Risiko Infeksi Covid-19 Meningkat Dua Kali Lipat 90 Hari Setelah Vaksinasi
Risiko infeksi Covid-19 meningkat dua kali lipat setelah hari ke-90 pemberian dosis kedua vaksin Pfizer-BioNTech. Temuan ini menunjukkan vaksinasi memberi perlindungan yang baik di minggu-minggu awal.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Suasana vaksinasi di Rumah Makan Gratis Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (18/11/2021). Sebanyak 200 vaksin dan makan gratis diberikan kepada warga di sini.
JAKARTA, KOMPAS—Sebuah studi yang diterbitkan oleh The BMJ hari ini, Kamis (25/11) menemukan peningkatan dua kali lipat risiko infeksi Covid-19 setelah hari ke-90 pasca dosis kedua vaksin Pfizer-BioNTech. Temuan ini menunjukkan vaksinasi memberi perlindungan yang baik di minggu-minggu awal, namun menurun seiring waktu.
Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti Research Institute of Leumit Health Services di Israel, dengan penulis pertama, Ariel Israel, yang merupakan kepala pusat riset tersebut. Israel merupakan salah satu negara pertama yang meluncurkan kampanye vaksinasi Covid-19 skala besar pada Desember 2020, tetapi mengalami peningkatan kembali infeksi sejak Juni 2021.
Temuan ini mengonfirmasi vaksin Pfizer-BioNTech memberikan perlindungan yang sangat baik pada minggu-minggu awal setelah vaksinasi, tetapi perlindungan berkurang untuk beberapa individu seiring dengan waktu.
Di seluruh dunia, kampanye vaksinasi Covid-19 skala besar membantu mengendalikan penyebaran virus. Akan tetapi, infeksi terobosan bisa terjadi, bahkan di negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi. Temuan ini mengonfirmasi bahwa infeksi terobosan itu bisa disebabkan hilangnya kekebalan secara bertahap dari waktu ke waktu.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Seorang warga menerima suntikan pertama vaksin Covid-19, Sabtu (4/9/2021), di Kantor Gubernur Sulawesi Utara, Manado. Di Sulut, capaian vaksinasi dosis pertama baru 40,21 persen, sedangkan dosis kedua 16,9 persen dari total target 2,08 juta warga. Sementara itu, 7.746 tenaga kesehatanb telah mendapat vaksin dosis ketiga.
Suntikan ketiga
Ariel mengatakan, kajian yang dilakukan timnya bertujuan untuk menemukan petunjuk tentang perlunya suntikan ketiga dan waktu yang tepat untuk melakukannya. Untuk melakukan ini, para peneliti memeriksa catatan kesehatan elektronik terhadap 80.057 orang dewasa (usia rata-rata 44 tahun) yang menerima tes PCR setidaknya tiga minggu setelah suntikan vaksin kedua mereka, dan tidak memiliki bukti infeksi Covid-19 sebelumnya.
Temuan ini mengonfirmasi vaksin Pfizer-BioNTech memberi perlindungan amat baik minggu-minggu awal setelah vaksinasi, tapi perlindungan berkurang bagi beberapa individu seiring waktu.
Dari 80.057 peserta tersebut, tulis Ariel, 7.973 atau 9,6 persen memiliki hasil tes positif. Orang-orang ini kemudian dicocokkan dengan kontrol negatif pada usia dan kelompok etnis sama yang diuji pada minggu yang sama.
Tingkat hasil positif meningkat seiring dengan waktu sejak dosis kedua vaksin diberikan. Sebagai contoh, di semua kelompok umur 1,3 persen peserta dites positif 21-89 hari setelah dosis kedua, tetapi ini meningkat menjadi 2,4 persen setelah 90-119 hari, 4,6 persen setelah 120-149 hari, 10,3 persen setelah 150-179 hari, dan 15,5 persen setelah 180 hari atau lebih.
Setelah memperhitungkan faktor-faktor lain yang berpotensi berpengaruh, para peneliti menemukan peningkatan risiko infeksi yang signifikan seiring waktu berlalu sejak dosis kedua.
Dibandingkan dengan 90 hari pertama setelah dosis kedua, risiko infeksi di semua kelompok umur mencapai 2,37 kali lipat lebih tinggi setelah 90-119 hari, 2,66 kali lipat lebih tinggi setelah 120-149 hari, 2,82 kali lipat lebih tinggi setelah 150-179 hari, dan 2,82 kali lipat lebih tinggi setelah 180 hari atau lebih.
Kompas
Perbandingan persentase hasil positif, menurut waktu yang telah berlalu sejak dosis vaksin kedua, dalam kelompok pra-pencocokan. Sumber: Ariel Israel (BMJ, 2021)
Para peneliti mengakui interpretasi temuan mereka dibatasi oleh desain observasional, dan mereka tidak dapat mengesampingkan kemungkinan ada faktor lain yang tidak terukur seperti kondisi rumah tangga, kepadatan populasi, atau jenis virus, selain jenis vaksinnya.
Namun, temuan ini sangat penting karena dilakukan terhadap orang-orang yang semuanya menerima vaksin yang sama. Para peneliti juga mampu menganalisis data yang terperinci, menunjukkan bahwa hasilnya kuat.
Dengan temuan ini, para peneliti menyimpulkan, pada individu yang menerima dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech, perlindungan menurun seiring waktu, dan risiko infeksi terobosan meningkat secara progresif dibandingkan perlindungan yang diberikan selama 90 hari pertama. Hasilnya menunjukkan pertimbangan dosis vaksin ketiga diperlukan untuk mencegah lonjakan kasus.
Manfaat penguat
Kajian Ariel dan tim ini sejalan dengan temuan sebelumnya tentang pentingnya vaksin booster atau penguat untuk mencegah penularan Covid-19. Sebagaimana ditulis Yinon M. Bar‑On, dari Weizmann Institute of Science di Rehovot dalam New England Journal of Medicine edisi 15 September 2021, di antara orang dewasa Israel berusia 60 tahun dan lebih tua, yang menerima dosis ketiga vaksin Pfizer-BioNTech memiliki tingkat kasus Covid-19 dan kondisi parah jauh lebih rendah daripada yang hanya menerima dua vaksin.
Kajian Bar‑On ini membandingkan tingkat kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan tingkat penyakit parah (30 Juli hingga 31 Agustus 2021) antara mereka yang telah menerima suntikan booster 12 hari sebelumnya (kelompok booster) dan mereka yang belum menerima suntikan penguat (kelompok nonbooster). Analisis ini melibatkan 1.137.804 orang berusia 60 tahun ke atas yang telah divaksinasi lengkap setidaknya lima bulan sebelumnya.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Paku Alam X (berdiri ketiga dari kanan) menyaksikan penyuntikan vaksin kepada ibu hamil dalam acara vaksinasi massal di di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (19/8/2021). Vaksinasi massal itu khusus ditujukan untuk para ibu hamil dengan jumlah sasaran sekitar 1.100 orang. Di DIY, terdapat sekitar 13.000 orang ibu hamil yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19.
Para peneliti menemukan, 12 hari setelah dosis booster, tingkat infeksi lebih rendah pada penerima dosis penguat dibandingkan kelompok nonbooster dengan faktor 11,3 dan tingkat keparahan lebih rendah dengan faktor 19,5. Dibandingkan tingkat infeksi 4-6 hari setelah booster, tingkat infeksi 12 hari setelah vaksinasi lebih rendah dengan faktor 5,4.
"Temuan kami memberikan indikasi jelas tentang efektivitas dosis booster bahkan terhadap varian delta yang saat ini dominan," tulis Bar-On dan tim.