Persoalan Internet dan Gawai pada Remaja Perlu Disikapi dengan Bijak
Kecanduan internet dan gawai pada remaja bisa berdampak buruk. Remaja hingga orangtua perlu memahami persoalan dan semua hal yang berhubungan dengan internet ataupun gawai agar bisa menyikapinya secara bijak.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat remaja tidak bisa lepas dari internet dan gawai. Padahal, kecanduan internet dan gawai pada remaja juga bisa berdampak buruk terhadap mental mereka. Oleh karena itu, remaja hingga orangtua perlu memahami persoalan dan semua hal yang berhubungan dengan internet dan gawai agar bisa menyikapinya secara bijak.
Semua persoalan dan pembahasan mengenai remaja yang kian kecanduan internet dan gawai tertuang dalam buku Internet, Gawai, dan Remaja yang ditulis tim dosen Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya. Peluncuran dan bedah buku tersebut diselenggarakan secara daring, Sabtu (13/11/2021).
Psikolog sekaligus salah satu penyusun buku tersebut, Agustina Hendriati, menyampaikan, buku ini ditulis karena adanya kebutuhan untuk membahas kesehatan mental, khususnya persoalan internet, gawai, dan remaja, secara komprehensif serta mendalam. Hal ini juga tidak terlepas dari kondisi remaja sekarang yang semakin gamang terhadap kehidupan.
Menurut Agustina, sudut pandang buku ini ditulis dengan tidak menyudutkan remaja atas perilaku yang sangat bergantung pada internet dan gawai. Dengan cara ini, remaja bisa membaca langsung berbagai informasi dan ilmu dalam buku ini tanpa merasa disudutkan.
Banyak remaja yang mulai mencari hal-hal terkait kesehatan reproduksi lewat internet dan gawai. Hal ini mereka lakukan karena masyarakat, terutama orangtua, masih tabu mengajarkan kesehatan reproduksi kepada anak.
Di sisi lain, orang dewasa yang mendampingi remaja tersebut juga bisa memanfaatkan buku ini untuk membangun dialog dan mengetahui isu-isu yang terdapat dalam dunia remaja saat menggunakan gawai. Masalahnya, selama ini orangtua hanya melarang anak atau remaja menggunakan gawai tanpa mengetahui hal-hal lain seputar kecanduan ini.
Ketua Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia (APKI) Eunike Sri Tyas mengatakan, dari aspek fisik, remaja dikategorikan sebagai kelompok usia yang dianggap sangat sehat sehingga mereka minim pemantauan. Akan tetapi, sebenarnya terdapat beberapa aspek kesehatan lainnya yang kerap diabaikan oleh sejumlah pihak, salah satunya reproduksi.
Menurut Tyas, banyak remaja yang mulai mencari hal-hal terkait kesehatan reproduksi lewat internet dan gawai. Hal ini mereka lakukan karena masyarakat, terutama orangtua, masih tabu mengajarkan kesehatan reproduksi kepada anak. Upaya mencari informasi secara mandiri inilah yang seharusnya mendapat pengawasan.
Selain itu, dalam pencarian identitas diri, remaja juga dipandang memiliki kebutuhan untuk bisa mengambil keputusan secara otonom, sementara gawai serta internet memberikan fasilitas tersebut. Kondisi ini seharusnya diiringi dengan pemberian nilai-nilai oleh orangtua atau guru bimbingan konseling tentang akses internet yang bijak agar informasi yang didapat sesuai dengan kebutuhan remaja.
”Buku ini sangat tepat dibaca karena menjawab kebutuhan remaja terkait masalah akses kepada internet dalam gawainya untuk benar-benar cerdas mencari informasi yang dibutuhkan yang kerap terabaikan,” ucapnya.
Ketua Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI) Weny Savitri memandang bahwa remaja perlu mengetahui dan menyikapi secara bijak penggunaan gawai. Dengan membaca buku tersebut, remaja yang nantinya akan menjadi orangtua bisa mengetahui hal-hal apa saja yang seharusnya disikapi saat menggunakan gawai, baik yang positif maupun negatif.
Pembentuk identitas
Sebagai orangtua, Kepala Pusat Ketangguhan dan Pembangunan Keluarga Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Yohana Ratrin Hestyanti juga mengalami perjuangan dalam memahami dan mengatur strategi agar gawai tidak menimbulkan dampak negatif pada anak. Bahkan, ia juga memahami kecemasan sosial di dunia maya yang dialami remaja.
”Gawai bagi remaja sudah seperti kebutuhan pokok dan terus melekat sehingga cukup besar dampaknya. Bahkan, dampak gawai bisa menjadi bagian penting dalam pembentukan identitas diri. Pembentukan aspek penting dalam kepribadian sangat dipengaruhi bagaimana mereka memiliki kebiasaan gawai,” tuturnya.
Yohana menjelaskan, otak remaja mengalami perkembangan yang sangat cepat saat pubertas. Cara berpikir dan kreativitas remaja juga akan terpengaruh saat terekspos oleh gawai dan internet. Pengaruh gawai dalam pembentukan identitas ini beragam, mulai dari sikap aktif memproduksi hingga pasif mengonsumsi.
”Gawai pada akhirnya memengaruhi bagaimana remaja berperilaku. Perilaku juga akan terbentuk, misalnya ketika remaja tidak bisa menangani ekspresi kemarahannya saat bermain gim. Jadi, tidak bisa dimungkiri, gawai sudah menjadi bagian penting dan keseharian remaja,” katanya.