Pertemuan Gelombang Kelvin-Rossby Picu Hujan Persisten
Hujan deras berpotensi terjadi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Situasi ini karena adanya pembentukan pusat-pusat konveksi yang dipicu anomali sirkulasi angin di atas wilayah Kalimantan.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Alat berat dikerahkan dalam penataan kawasan Kanal Timur di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (6/9/2021). Bantaran kanal tersebut sebagian akan difungsikan untuk taman dan ruang publik.
JAKARTA, KOMPAS — Rangkaian banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Kalimantan sejak akhir Agustus 2021 dipengaruhi pertemuan gelombang atmosfer Kelvin dan Rossby. Fenomena hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih dapat terjadi hingga 6 September 2021. Hujan lebat yang memicu banjir juga dilaporkan terjadi di Sulawesi.
Peneliti klimatologi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Erma Yulihastin, di Jakarta, Senin (6/9/2021), mengatakan, sistem peringatan dini atmosfer ekstrem berbasis satelit dan model atmosfer Sadewa-Lapan telah mendeteksi potensi hujan deras di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. ”Situasi ini karena adanya pembentukan pusat-pusat konveksi yang dipicu oleh anomali sirkulasi angin di atas Kalimantan,” kata Erma.
Menurut Erma, pemusatan angin ini terjadi karena adanya penguatan angin dari selatan yang mengalami pembelokan ke arah timur laut di sekitar bagian barat Sumatera dan bertemu dengan angin dari selatan di wilayah Kalimantan. Suplai kelembaban yang tinggi juga terkonsentrasi di Kalimantan karena adanya penjalaran gelombang Kelvin dari barat yang bertemu dengan Rossby dari timur.
Suplai kelembaban yang tinggi juga terkonsentrasi di Kalimantan karena adanya penjalaran gelombang Kelvin dari barat yang bertemu dengan Rossby dari timur.
”Hal ini yang berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di wilayah Kalimantan sejak beberapa hari terakhir,” katanya.
Pola pertemuan kedua gelombang ini merupakan pengulangan pada saat banjir di Kalimantan barat pertengahan 14 Juli 2021. Selain itu, indeks BSISO1, yakni penjalaran kelembaban terkait aktivitas musim panas Asia, berada pada fase 4, yaitu di kawasan Indonesia bagian barat.
DOKUMENTASI MONRI UNTUK KOMPAS
Banjir di Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, terjadi sejak Sabtu (4/9/2021). Hingga Senin (6/9/2021), banjir belum surut.
Erma menambahkan, berdasarkan prediksi Sadewa-Lapan, potensi terjadi pusat konveksi serupa yang memicu hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi masih dapat terjadi di berbagai wilayah di Kalimantan. ”Masyarakat di wilayah itu diharapkan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan longsor yang dapat terjadi pada dua hari mendatang,” tuturnya.
Banjir Sulawesi
Meningkatnya intensitas hujan juga terjadi di Sulawesi bagian tengah dan utara, menyebabkan terjadinya banjir di sejumlah daerah. Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir telah melanda Kecamatan Mapii, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Sabtu (4/9/2021) pukul 18.30. Sebanyak 90 keluarga atau 330 jiwa di dua desa terdampak banjir dengan ketinggian 20-100 sentimeter ini.
Banjir juga melanda Kecamatan Tomilito, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, pada Sabtu sore. Banjir yang dipicu jebolnya tanggul di Desa Milango ini berdampak terhadap 154 keluarga atau 531 jiwa.
Erma mengatakan, hujan persisten yang terjadi di Polewali Mandar memiliki faktor berbeda dengan yang melanda Kalimantan. Hujan di kawasan ini disebabkan pembentukan sistem konvektif segala meso di atas Teluk Bone, yang kemudian mengalami migrasi ke arah barat menuju Selat Makassar.
”Wilayah Polewali Mandar berada di atas jalur yang dilewati oleh sistem konvektif tersebut. Pembentukan konveksi di wilayah perairan Bone dan Laut Maluku bagian selatan sangat intensif karena anomali suhu permukaan laut yang menghangat di Laut Maluku, Laut Banda, dan Laut Arafura,” ujarnya.
POLDA KALTENG
Petugas kesehatan memeriksa salah satu warga terdampak banjir di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, Senin (23/8/2021).
Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Siswanto mengatakan, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem dasarian pada 3 September. Sejumlah daerah telah diprediksi bakal mengalami hujan dengan intensitas sedang, termasuk di antaranya Sulawesi Barat dan Gorontalo.
Meski demikian, detail wilayah yang terdampak banjir ini, di luar prediksi BMKG, bisa diakses di tautan berikut ini: https://iklim.bmkg.go.id/. Sementara daerah berpotensi banjir dengan kategori tinggi dalam prediksi BMKG berada di Papua, meliputi Kabupaten Deiyai, Dogiyai, Mimika, Nabire, dan Paniai.
Siswanto mengatakan, khusus untuk daerah Polewali Mandar, tahun ini tidak mengalami kemarau. ”Daerah ini seharusnya masih musim hujan hingga Agustus 2021, atau kalaupun terjadi kemarau sangat singkat karena di perkiraan musim BMKG, Sulawesi bagian barat akan masuk hujan pada September di dasarian ketiga,” ungkapnya.