Upaya Mengembalikan Daya Ingat
Lupa adalah sifat manusia yang makin menjadi saat usia menua. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, lupa menjadi ancaman bagi produktivitas manusia lanjut usia. Maka, penelitian untuk mencegah lupa giat dilakukan.
Penurunan daya ingat menjadi hal menyedihkan dan menimbulkan kekhawatiran saat menginjak usia lanjut. Lupa menaruh barang, lupa mengerjakan sesuatu, bahkan lupa kata-kata tertentu.
Di masa depan, hal-hal tersebut mungkin tidak terjadi lagi. Para ilmuwan terus meneliti obat dan terapi genetik untuk mencegah memudarnya ingatan serta membalikkan daya ingat yang telah menurun dan menjadi tajam kembali seperti saat muda.
Dalam laporan di Molecular Psychiatry, 16 Juli 2021, Sujeong Yang dari Universitas Cambridge, Inggris, bersama kolega dari Universitas Leeds, Inggris, serta sejumlah pusat penelitian di Italia, Jepang, Belanda, Singapura, Kanada, dan Ceko, menyatakan, perubahan dalam matriks ekstraseluler otak, yakni perancah di permukaan sel saraf, menyebabkan hilangnya daya ingat seiring bertambahnya usia. Perancah yang disebut jaring perineuronal (perineuronal nets/PNN) itu berperan penting dalam neuroplastisitas (kelenturan sel saraf) yang menjamin kemampuan otak untuk belajar, beradaptasi, serta mengingat.
PNN adalah struktur seperti tulang rawan yang mengelilingi neuron (sel saraf) di otak. Fungsi utamanya untuk mengontrol tingkat plastisitas sel saraf di otak. PNN mengandung sejumlah senyawa yang dikenal sebagai kondroitin sulfat. Salah satunya, kondroitin 4-sulfat berfungsi menghambat pembentukan jaringan baru dan menghambat neuroplastisitas. Sebaliknya, kondroitin 6-sulfat berperan meningkatkan neuroplastisitas.
Ketika koneksi di otak telah optimal, maka pembentukan jaringan baru yang lentur berhenti. Hilang sebagian kelenturan ini membuat otak bekerja lebih efisien. Namun, kelenturan tetap dibutuhkan. Jika PNN menjadi kaku, kerja otak pun terhambat.
Seiring bertambahnya usia, keseimbangan senyawa ini berubah. Saat kadar kondroitin 6-sulfat menurun, kemampuan untuk belajar dan membentuk ingatan baru pun berubah. Pada manusia, PNN muncul di usia sekitar lima tahun. Ketika koneksi di otak telah optimal, maka pembentukan jaringan baru yang lentur berhenti. Hilang sebagian kelenturan ini membuat otak bekerja lebih efisien. Namun, kelenturan tetap dibutuhkan. Jika PNN menjadi kaku, kerja otak pun terhambat.
Tim meneliti apakah memanipulasi komposisi kondroitin sulfat dari PNN dapat memulihkan kelenturan sel saraf dan mengurangi pudarnya daya ingat terkait usia. Mereka mengamati tikus berusia 20 bulan, usia yang sangat tua untuk tikus, dan melakukan serangkaian tes untuk mengonfirmasi hilangnya daya ingat tikus tersebut dibandingkan tikus berusia enam bulan.
Baca juga : Stimulasi Otak yang Tepat dengan Listrik Tingkatkan Daya Ingat
Salah satunya, tes untuk melihat apakah tikus-tikus percobaan mengenali suatu objek. Tikus-tikus berbagai usia ditempatkan di awal labirin berbentuk Y dan dibiarkan menjelajahi dua objek identik di ujung kedua cabang. Setelah beberapa saat, mereka ditempatkan lagi di labirin, kali ini satu cabang berisi objek baru, yang lain berisi objek lama. Para peneliti mengukur jumlah waktu yang dihabiskan tikus-tikus untuk menjelajahi setiap objek untuk melihat apakah mereka mengingat objek dari tugas sebelumnya. Tikus yang lebih tua ternyata sulit untuk mengingat objek tersebut.
Tim peneliti lantas memberi tikus tua terapi dengan memanfaatkan vektor virus pembawa obat yang mampu meningkatkan kembali jumlah kondroitin 6-sulfat pada PNN. Hasilnya, daya ingat tikus tua pulih ke tingkat hampir sama dengan tikus yang lebih muda.
Untuk mengeksplorasi peran kondroitin 6-sulfat dalam pudarnya daya ingat, para peneliti membiakkan tikus yang telah dimanipulasi secara genetik sehingga hanya mampu menghasilkan sedikit senyawa kondroitin sulfat untuk meniru kondisi penuaan. Pada usia 11 minggu, tikus-tikus ini sudah menunjukkan tanda-tanda kehilangan daya ingat secara dini. Upaya meningkatkan kadar kondroitin 6-sulfat menggunakan vektor virus ternyata mampu memulihkan daya ingat dan kelenturan PNN ke tingkat yang serupa dengan tikus sehat.
Harapan bagi manusia
”Kami melihat hasil yang luar biasa ketika memberi terapi tikus yang menua. Daya ingat dan kemampuan untuk belajar bisa dipulihkan ke tingkat saat mereka jauh lebih muda,” kata Jessica CF Kwok dari Fakultas Ilmu Biomedis Universitas Leeds, sebagaimana dikutip laman Universitas Leeds, 26 Juli 2021.
James W Fawcett, Guru Besar Universitas Cambridge, menambahkan, ”meski penelitian kami pada tikus, mekanisme yang sama bekerja pada manusia. Molekul dan struktur otak manusia sama dengan tikus sehingga dimungkinkan untuk mencegah kehilangan daya ingat manusia di usia tua.”
Baca juga : Demensia Bukan Sekadar Penurunan Daya Ingat
Sebelumnya, Simona Foscarin, Ruma Raha-Chowdhury, dan James W Fawcett dari Universitas Cambridge, serta Jessica CF Kwok dari Universitas Leeds, di jurnal Aging, 28 Juni 2017, memaparkan penelitian awal mengenai kaitan pertambahan usia, kondroitin sulfat, dan berkurangnya kelenturan PNN.
Mereka melakukan penelitian pada tikus percobaan yang menjadi model untuk penyakit Alzheimer dan penuaan. Mereka mendapatkan, peningkatan kondroitin 4-sulfat dan penurunan kondrotin 6-sulfat menghambat pertumbuhan akson (bagian neuron yang berfungsi menghantarkan impuls) dan menyebabkan PNN lebih kaku, sehingga berdampak buruk pada daya ingat.
Fungsi PNN dalam kerja otak juga diteliti Kristian Kinden Lensjø dan kolega dari Universitas Oslo, Norwegia. Dalam laporan yang dimuat di the Journal of Neuroscience, 1 Februari 2017, disebutkan, keseimbangan antara plastisitas (kemampuan belajar dan membuat ingatan baru) dan stabilitas (mengingat hal-hal yang telah dipelajari) otak diatur oleh beberapa molekul di dalam neuron (sel saraf) beserta koneksinya.
Baca juga : Ubah Sel Imun untuk Tingkatkan Daya Ingat
Temuan baru menunjukkan, jaring PNN juga berperan penting. PNN membungkus erat koneksi sel saraf tertentu menjelang akhir masa kanak-kanak, pada saat plastisitas menurun dan stabilitas meningkat. Upaya menghilangkan PNN akan mempengaruhi fungsi sel saraf serta mengganggu ingatan jangka panjang.
Saat ini, tim peneliti Universitas Leeds dan Universitas Cambridge telah mengidentifikasi obat potensial untuk manusia yang dapat diminum dan mampu meningkatkan kelenturan PNN. Diharapkan hasilnya kelak mampu mengembalikan ketajaman daya ingat manusia di usia lanjut. Tantangannya adalah membuat keseimbangan antara plastisitas dan stabilitas sehingga manusia mampu belajar hal baru dan tetap mengingat hal-hal yang dipelajari.