Pemenuhan Gizi Seimbang Tingkatkan Imunitas Tubuh Anak
Daya tahan tubuh dapat dijaga dengan memastikan kebutuhan gizi seimbang bisa terpenuhi. Sumber pangan yang dikonsumsi pun harus beragam.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anak termasuk dalam kelompok rentan dari penularan Covid-19. Karena itu, upaya pencegahan dengan menjaga sistem imunitas tubuh menjadi sangat penting. Itu bisa dilakukan dengan memastikan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang dalam asupan mereka.
Kerentanan anak terpapar Covid-19 ini ditunjukkan dengan data dari Satgas Penanganan Covid-19, per 15 Juli 2021, yang menunjukkan 12,9 persen kasus positif berusia 0-18 tahun. Kasus kematian sebesar 1,1 persen.
Pengajar dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo Surabaya Meta Herdiana Hanindita mengatakan, nutrisi berperan penting dalam pembentukan sistem imunitas tubuh. Apabila anak mengalami malnutrisi, sistem imunitas pun akan menurun.
”Anak membutuhkan makronutrien dan mikronutrien untuk mendukung sistem imunitas serta tumbuh kembangnya. Pemberian nutrisi yang tepat dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak selama masa pandemi, terutama agar terhindar dari infeksi,” katanya dalam webinar terkait Pemilihan Nutrisi yang Tepat untuk Anak, Jumat (16/7/2021).
Meta menambahkan, pemberian nutrisi terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan dapat membantu pertumbuhan, meningkatkan massa otot, serta membangun komposisi tubuh yang dapat mendukung pembentukan imunitas tubuh.
Setiap usia anak memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda. Pada usia 0-6 bulan, kebutuhan energi dan nutrisi bayi dapat terpenuhi seluruhnya oleh air susu ibu. Pada usia 6-9 bulan, selain dari air susu ibu, pemberian makanan pendamping ASI juga harus diperhatikan dengan porsi 2-3 kali makan besar ditambah dengan 1-2 kali makan selingan. Tekstur makanan pada usia ini lebih lembut.
Sementara pada usia 9-12 bulan, ASI diberikan bersama makanan dengan tekstur yang lebih keras sesuai dengan pertumbuhan gigi. Porsi makan besar 3-4 kali dan makan selingan 1-2 kali. Dalam satu porsi sekitar setengah mangkuk ukuran 250 mililiter (ml)
Pada anak usia 12-23 bulan. ASI tetap diberikan dengan tambahan makanan yang menunya sesuai dengan makanan keluarga. Pada usia ini, anak mulai beradaptasi dengan segala menu makanan. Porsi makan dalam sehari sebanyak 3-4 kali makan besar dan 1-2 kali makan selingan dengan ukuran satu porsi sekitar tiga per empat hingga satu mangkuk penuh ukuran 250 ml.
”Besaran komposisi zat gizi yang harus dipenuhi dari pemberian MPASI juga berbeda di setiap usia anak. Pada usia 6-23 bulan, komposisi zat besi dan zinc amat penting sehingga makanan harus kaya akan dua kandungan nutrisi tersebut. Sementara, pada usia 9-11 bulan dan 12-23 bulan, kebutuhan energi dan protein semakin tinggi,” kata Meta.
Rendahnya literasi gizi ini tampak dari banyaknya ibu yang masih menganggap produk kental manis sebagai pengganti susu.
Zat besi bisa didapatkan dari bahan makanan, seperti hati ayam dan hati sapi, ayam, bayam, daging merah, dan ikan. Sementara zinc bisa didapatkan pada daging merah, telur, bayam, kacang-kacangan, susu, dan keju. Adapun zat nutrisi lain yang bisa meningkatkan imunitas tubuh, antara lain protein, vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan selenium.
Menyimpan makanan
Meta menambahkan, orangtua juga perlu memastikan proses masak dilakukan dengan benar. Makanan yang sudah dimasak pun perlu dijaga dalam suhu yang benar. Sebaiknya, makanan tidak disimpan terlalu lama di suhu antara lima derajat celsius sampai 60 derajat celsius. Mikroba tumbuh dengan cepat ketika berada di suhu tersebut.
”Jika makanan disimpan pada suhu di atas 32 derajat celsius sampai 60 derajat celsius, tidak boleh disimpan lebih dari satu jam. Karena itu, makanan disimpan di kulkas dengan suhu di bawah lima derajat celsius dan ketika akan dimakan bisa dihangatkan kembali,” kata Meta.
Meski begitu, ia menambahkan, ketika menghangatkan makanan sebaiknya tidak terlalu lama dan tidak dipanaskan berkali-kali. Itu dapat menurunkan kandungan nutrisi dalam makanan.
Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat menyampaikan, pemahaman masyarakat untuk memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan anak harus terus ditingkatkan. Literasi gizi yang rendah di masyarakat justru dapat berdampak pada pemberian makanan ataupun minuman yang berbahaya bagi tumbuh kembang anak.
Rendahnya literasi gizi ini tampak dari banyaknya ibu yang masih menganggap produk kental manis sebagai pengganti susu. Dari penelitian yang dilakukan YAICI bermasa PP Muslimat NU, terdapat 28,96 persen responden yang menggunakan kental manis sebagai pengganti susu pertumbuhan. Bahkan, dari penelitian ini menunjukkan satu dari tujuh anak mengonsumsi produk kental manis setiap hari.
”Padahal, kental manis mengandung gula yang sangat tinggi sementara nilai gizinya rendah. Akibatnya, selain membuat anak kekurangan gizi, konsumsi kental manis sebagai pengganti susu juga bisa menimbulkan risiko diabetes dan obesitas,” katanya.