Investasi Sirkular Ekonomi Beri Manfaat 10 Miliar Dollar AS
Apabila sampah plastik dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, nilai sirkular ekonominya 10 miliar dollar AS. Ini menunjukkan pengelolaan sampah yang baik tak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga ekonomi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya menanggulangi permasalahan lingkungan khususnya polusi sampah plastik kini banyak dipadukan dengan kegiatan sirkular ekonomi. Melalui investasi dalam program lingkungan tersebut, Indonesia tidak hanya akan mengurangi sampah plastik di laut hingga 70 persen, tetapi juga dapat memberikan pendapatan 10 miliar dollar AS per tahun dalam 20 tahun ke depan.
Ketua National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia Sri Indrastuti Hadiputranto menyampaikan, sampah plastik masih menjadi permasalahan lingkungan yang dihadapi negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. NPAP mencatat, sebanyak 4,8 juta ton sampah plastik di Indonesia setiap tahunnya tidak dapat dikelola dengan baik.
”Berdasarkan studi yang dilakukan NPAP, World Bank, dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), sebanyak 351.300 ton sampah plastik per tahun yang tidak terkelola dengan baik pada akhirnya bermuara ke laut. Orang mengatakan sampah ini kiriman dari luar negeri, tetapi data menunjukkan 95 persen plastik yang masuk ke perairan itu berasal dari dalam negeri,” ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Kamis (26/11/2020).
Guna menanggulangi permasalahan ini, pada April 2020, NPAP meluncurkan rencana aksi untuk mencapai target pengurangan sampah plastik laut di Indonesia hingga 70 persen pada tahun 2025. NPAP juga membentuk lima gugus tugas untuk menerapkan rencana aksi tersebut yang fokus di sektor pembiayaan, kebijakan, inovasi, metrik, dan perubahan perilaku.
Gugus tugas di sektor kebijakan yang diketuai Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Bank Dunia ini tengah mengumpulkan data untuk membuat analisis terkait kebijakan sampah di Indonesia. Dua lembaga tersebut sedang mengkaji penyebab penanganan sampah di Indonesia belum optimal meski sudah banyak kebijakan yang dikeluarkan.
Selain itu, gugus tugas pembiayaan yang di antaranya beranggotakan Kementerian Keuangan dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) juga telah menyelesaikan peta jalan untuk mencapai tujuan pengurangan sampah plastik di laut dengan target investasi modal sekitar 18 miliar dollar AS. Investasi juga ditargetkan meningkat sekitar 1 miliar dollar AS per tahun untuk pembiayaan operasional sistem pengelolaan sampah padat pada tahun 2040.
Direktur Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein menjelaskan, sejumlah upaya yang dilakukan gugus tugas pembiayaan, antara lain, memetakan usaha dan proyek investasi, mengidentifikasi hambatan pembiayaan berkelanjutan dan mekanisme lainnya, meluncurkan peta jalan investasi, serta mengkoordinasi mitra pembiayaan.
”Melalui investasi dalam program lingkungan dan sirkular ekonomi, Indonesia tidak hanya akan mengurangi sampah plastik di laut hingga 70 persen, tetapi juga dapat memberikan pendapatan hingga 10 miliar dollar AS per tahun. Rencana aksi investasi ini terbagi dalam lima bidang, yaitu pengurangan, desain ulang, mengumpulkan, mendaur ulang, dan pembuangan sampah,” tuturnya.
Menurut Winfried, estimasi dan peluang pendapatan dari investasi di kegiatan bisnis yang fokus mengurangi sampah diperkirakan sebesar 2,8 miliar dollar AS. Sementara estimasi pendapatan pada bisnis desain ulang produk sebesar 2,2 miliar dollar AS, bisnis pengumpulan sampah 860 juta dollar AS, bisnis daur ulang 3,4 miliar dollar AS, dan bisnis fasilitas pembuangan sampah berkisar 590-950 juta dollar AS.
Ia menegaskan, selain peran gugus tugas pembiayaan, dukungan dari berbagai sektor sangat penting agar estimasi pendapatan tersebut dapat tercapai. Pemerintah, industri besar, hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat meningkatkan inovasi serta pengembangan proyek di setiap tahapan sistem pengelolaan plastik. Khusus bagi pemerintah dapat dilakukan melalui kebijakan, insentif, dan tindakan pendukung lainnya.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan pembiayaan operasional untuk pengumpulan sampah dan sistem daur ulang di tingkat kota, serta membangun kapasitas kelembagaan. Selain itu, perlu juga mengakomodasi investasi modal melalui perubahan sistem, teknologi dan pendekatan pendanaan campuran.