Tranplantasi Ginjal Perlu Perhatikan Karakteristik Donor
Transplantasi ginjal aman bagi donor selama memenuhi sejumlah karakteristik medis. Masyarakat pun diingatkan agar menjaga kesehatan ginjal dengan gaya hidup sehat seperti konsumsi sayur/buah dan berolahraga.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Transplantasi menjadi pilihan terapi yang paling ideal bagi pasien dengan gagal ginjal. Terapi ini dinilai aman, baik untuk pasien transplantasi maupun donor. Meski begitu, donor harus memenuhi karakteristik dan syarat yang ditentukan untuk mencegah risiko yang bisa terjadi.
“LFG (laju filtrasi glomerulus atau laju penyaringan darah pada ginjal) yang adekuat menjadi syarat mutlak pada seleksi calon donor. Selain itu, usia dan kekakuan arteri dari donor dapat menjadi bahan pertimbangan tambahan,” ujar Maruhum Bonar H Marbun saat mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka promosi doktor secara virtual di Jakarta, Senin (10/9/2020).
Atas disertasi yang berjudul “Pengaruh Hiperfiltrasi terhadap Fungsi Ginjal Pascanefrektomi pada Donor Ginjal Hidup: Kajian terhadap Resistive Index Pembuluh Darah, VEGF, NGAL, dan Heparan Sulfat Urin”, Bonar berhak menyandang gelar dokter ilmu kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia lulus dengan predikat cumlaude.
Ia mengatakan, pasien transplantasi ginjal memiliki tingkat kematian lebih rendah dan kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan pasien dialisi (cuci darah). Di Indonesia, transplantasi ginjal hanya bisa dilakukan dengan menggunakan donor hidup. Untuk itu, kebutuhan donor hidup semakin meningkat seiring dengan banyaknya jumlah pasien penyakit gagal ginjal.
Dari penelitian yang dilakukan Bonar, tindakan pengangkatan ginjal pada donor hidup atau disebut nefrektomi merupakan tindakan yang aman. Setidaknya, setelah 30 hari pascanefrektomi dilakukan, fungsi ginjal donor tidak menurun.
Fungsi ginjal donor yang awalnya menurun selama beberapa hari pertama pascanefrektomi dapat kembali meningkat sampai 70 persen, bahkan bisa kembali normal. Ini terjadi meskipun 50 persen massa ginjalnya telah hilang.
“Secara alamiah, fungsi ginjal setelah nefrektomi tidak menurun karena ginjal sisa berusaha mengompensasi kehilangan satu ginjal. Kemudian, fungsinya akan dikembalikan menjadi normal melalui proses yang disebut sebagai hiperfiltrasi,” katanya.
Hiperfiltrasi yang berhasil mengembalikan fungsi ginjal donor disebut hiperfiltrasi adaptif. Sebaliknya, hiperfiltrasi yang tidak berhasil mengembalikan fungsi ginjal setelah nefrektomi disebut sebagai hiperfiltrasi maladaptif. Pada kondisi ini, donor berisiko mengalami gangguan ginjal akut dan kemudian bisa menjadi gangguan ginjal kronik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bonar pada 40 donor ginjal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, karakteristik dasar dari donor memengaruhi kondisi yang terjadi pascanefrektomi. Adapun donor yang secara bermakna terkait dengan hiperfiltrasi maladaptif terlihat pada kelompok dengan LFG pranefrektomi kurang dari 104,60 mililiter per menit per 1,73 m2; usia lebih dari 45 tahun; dan kekakuan arteri lebih dari 8,33 meter per detik.
“Fungsi ginjal donor setelah diangkat biasanya akan menurun sampai 50 persen dalam satu bulan pertama. Namun, fungsi akan meningkat sampai 70 persen, bahkan sampai 100 persen. Dalam penelitian ini menunjuka, ternyata kemampuan adaptasi ginjal pascatransplantasi dipengaruhi oleh karakteristik donor,” katanya.
Gaya hidup
Bonar menambahkan, risiko terjadi hiperfiltrasi maladaptif pada donor ginjal juga bisa dicegah tanpa menggunakan obat-obat. Modifikasi gaya hidup menjadi lebih baik merupakan cara yang paling efektif untuk dilakukan.
Modifikasi tersebut antara lain dengan menurunkan berat badan, mengonsumsi sayuran dan buah-buahan, serta rutin berolahraga. Dengan menurunkan berat badan, sel lemak yang dapat menghambat fungsi ginjal akan menurun.
Sementara itu, buah dan sayur mengandung antioksidan yang tinggi. Kandungan fiber yang ditemukan di dalam sayur juga mampu meningkatkan fungsi ginjal. Olahraga pun dapat memicu pelebaran pembuluh darah.
“Prinsipnya, di luar pengobatan dan terapi farmakologi, modifikasi gaya hidup penting dilakukan oleh donor untuk mempertahankan fungsi ginjal yang baik,” katanya.