Pavel Durov: Jumlah Pengguna Baru Telegram dari Indonesia Meningkat
JAKARTA, KOMPAS — Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov merasa takjub betapa banyak pengguna baru Telegram sejak dia berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Dalam suratnya di kanal khusus Telegram tertanggal 3 Agustus 2017, Durov menyebutkan pertumbuhan jumlah pengguna baru Telegram secara global 600.000 di seluruh dunia dan 20.000 di antaranya pengguna baru dari Indonesia.
”Saya tidak menyadari betapa banyaknnya pengguna berdedikasi yang kami miliki sampai kemarin. Saya masih merasa gembira dengan resepsi (di Jakarta) yang menghangatkan. Jumlah dukungan dan cinta saya dapatkan dalam kunjungan saya kemarin di Indonesia sungguh luar biasa,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kompas, jumlah pengikut kanal pribadi Durov di Telegram juga meningkat sekitar 10.000 anggota sejak satu bulan lalu, dari 40.000-an anggota, saat ini (Kamis, 3 Agustus) sudah 53.157 anggota. Pertengahan Juli lalu, Pemerintah Indonesia menyatakan memblokir Telegram (dari desktop), tetapi larangan itu tampaknya tidak berlaku untuk pengguna telepon seluler pintar karena wartawan Kompas, misalnya, tetap bisa menggunakan aplikasi Telegram di iPhone seperti biasa.
Perusahaan yang mengoperasikan Telegram mengklaim memiliki lebih dari 100 juta pengguna dan menawarkan fitur-fitur seperti menghapus sendiri pesan sampai menyediakan ruang privasi yang lebih besar. Pengguna juga dapat berkomunikasi secara langsung dalam kelompok pribadi ataupun melalui saluran (kanal).
”Dalam pertemuan dengan coder dan adopter Telegram Indonesia, saya dijamu oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. ”Sebelumnya upaya kami untuk menghubungi Pak Rudi gagal karena tidak menerima e-mail (e-mail tak bisa diandalkan–mari kita semuanya beralih ke Telegram), tetapi pada akhirnya momen ini merupakan yang terbaik sejak kami menguatkan hubungan pribadi yang menyenangkan,” tutur Durov.
”Tak ada rahasia apa pun antara Telegram dan penggunanya sejak kalian yang membuat Telegram populer, bukan pemerintah atau pemegang saham atau pengiklan (sungguh menyedihkan apabila beberapa perusahaan teknologi informasi kadang melupakan itu). Jadi, kami menggelar konferensi pers selama 15 menit untuk menyampaikan informasi kepada publik tentang isi pertemuan kami dengan Pak Rudi,” tulis Durov dalam kanalnya di Telegram.
”Sebagai hasil pertemuan tersebut, kami membuka saluran komunikasi langsung di Telegram antartim kami untuk menghapus konten publik yang memuat propaganda teroris. Kami juga menambahkan orang Indonesia dalam tim kami dan semua ini berarti bahwa kami dapat memproses laporan-laporan tentang propaganda teroris dalam beberapa jam saja (sebelumnya butuh 1-2 hari),” kata Durov.
Menteri Rudiantara memberi jaminan kepada saya bahwa dia menghormati privasi dan hak privasi dijamin oleh undang-undang di Indonesia. Saya gembira mendengar ini karena–sayangnya–pemerintah di beberapa negara besar di Asia tidak selalu melakukan hal yang sama.
”Menteri Rudiantara memberi jaminan kepada saya bahwa dia menghormati privasi dan hak privasi dijamin oleh undang-undang di Indonesia. Saya gembira mendengar ini karena–sayangnya–pemerintah di beberapa negara besar di Asia tidak selalu melakukan hal yang sama,” ungkap Durov.
”Kami di Telegram bangga bahwa kami tidak pernah membocorkan data pribadi pengguna kepada pihak ketiga mana pun sejak kami memulai dan kami selalu menjaga ini tanpa pengecualian di mana pun berada,” katanya.
Aplikasi Telegram dimulai tahun 2013 sebagai sarana untuk menyediakan layanan pesan yang lebih aman. Penciptanya, Pavel Durov berkebangsaan Rusia, menyebutkan, aplikasi ini untuk mencegah layanan keamanan Rusia mengakses komunikasi antarpengguna. Durov ini mirip Mark Zuckerbeg, pencipta Facebook. Durov mulai menonjol pada 2006 setelah menciptakan VKontake, platform media sosial yang lebih populer di Rusia dibandingkan Facebook.
Awal Juli lalu, Telegram mengumumkan aplikasi percakapan itu mampu menampung 10.000 anggota, mampu mengirim pesan lebih cepat dibandingkan aplikasi serupa mana pun dan dapat mengirim foto, video, dokumen berbagai jenis (doc, zip, mp3, dan sebagainya) sampai 1,5 GB.
Jumlah pengguna aktif Telegram di seluruh dunia saat ini mencapai 100 juta, yang mengirim 15 miliar pesan setiap hari. Pengguna baru Telegram yang mendaftar setiap hari sekitar 350.000. Telegram dapat diakses dari perangkat apa pun, mulai dari Android, iOS, WindowsPhone, sampai pada platform versi web, macOS, sampai PC, Mac, dan Linux. (Kompas.id, 3 Juli 2017)
Dimanfaatkan kelompok radikal
Pada Mei 2017, The Huffington Post menulis, seiring langkah media sosial Facebook dan Twitter yang meningkatkan upaya untuk menutup akun-akun pro-NIIS, Telegram malah mengisi kekosongan tersebut. Sejak sekitar tahun 2015, para analis mengatakan terjadi eksodus kalangan ekstremis ke aplikasi dengan privasi dan kebebasan yang lebih baik.
”Kami telah melihat kecenderungan yang benderang atas berkembangnya penggunaan Telegram oleh hampir semua kelompok teroris di seluruh dunia,” kata Gabriel Weimaan, profesor di Universitas Haifa, Israel, dan penulis masalah-masalah ekstremisme di jagat maya.
Telegram kini sudah menjadi salah satu sarana utama kelompok militan NIIS menyebarkan informasi dan mempersatukan pendukungnya. (Kompas.id, 15 Juli 2017)
Terlihat kecenderungan yang benderang atas berkembangnya penggunaan Telegram oleh hampir semua kelompok teroris di seluruh dunia.
Weimaan menjelaskan, umumnya kelompok teror awalnya mengadopsi platform-platform baru di dunia maya yang dapat mereka eksploitasi. Telegram bekerja seperti WhatsApp (yang kini dimiliki Facebook) menggunakan enskripsi end-to-end untuk melindungi informasi bersama.