Rambut rontok dalam bentuk bercak-bercak bulat seperti koin bisa menjadi mimpi buruk bagi sebagian orang. Karena terkait penampilan, ”alopecia areata” lebih berdampak secara psikologis dibandingkan dampak fisik.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Di acara Academy Awards ke-94, Minggu (27/3/2022), terjadi insiden penamparan salah satu pembawa acara, Chris Rock, oleh aktor William Smith. Pemicunya, Chris Rock membuat lelucon terkait kondisi istri Smith, Jada Pinkett, yang tampil dengan kepala plontos karena mengalami alopecia areata.
Alopecia areata, menurut laman National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases (NIAMS) Amerika Serikat, adalah kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang folikel rambut dan menyebabkan kerontokan rambut. Folikel rambut adalah struktur di kulit yang menjadi tempat tumbuh rambut.
Alopecia areata biasanya terjadi di kepala dan wajah. Di kepala, rambut rontok dalam bentuk satu atau lebih bulatan kecil seukuran uang logam 25 sen dollar AS. Tetapi dalam beberapa kasus, kerontokan rambut bisa terjadi lebih luas. Berupa kerontokan total rambut di kulit kepala (alopecia totalis), bahkan seluruh rambut di tubuh (alopecia universalis).
Kerontokan rambut bisa terjadi tiba-tiba. Kulit tempat rambut rontok biasanya halus, tanpa ada ruam atau kemerahan. Beberapa penderita menuturkan, merasa kesemutan, sensasi terbakar, atau gatal di bagian kulit sebelum rambut rontok.
Gangguan sistem kekebalan ini bisa muncul pada siapa saja, laki-laki atau perempuan, pada usia berapa saja. Tetapi kebanyakan pada usia remaja, usia 20-an, atau 30-an tahun. Perjalanan alopecia areata juga berbeda-beda. Ada yang mengalami kerontokan rambut sepanjang hidup, ada yang hanya sementara dan rambut tumbuh kembali.
Penyakit ini tidak menular dan tidak mengancam jiwa. Penderita umumnya sehat. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menargetkan folikel rambut.
Penyakit ini tidak menular dan tidak mengancam jiwa. Penderita umumnya sehat.
Menurut artikel di Medical News Today, 22 Desember 2017, diduga ada kaitan dengan genetika. Satu dari lima orang dengan gangguan autoimun ini memiliki anggota keluarga yang juga menderita alopecia areata.
Penelitian lain mendapatkan, orang dengan penyakit autoimun, seperti dermatitis atopik, psoriasis, penyakit tiroid, atau vitiligo, lebih mungkin terkena alopecia areata. Di AS, alopecia dialami sekitar 6,8 juta orang. Kebanyakan terjadi pada orang kulit hitam dan hispanik.
Penelitian menunjukkan, alopecia areata dan vitiligo (gangguan autoimun yang menyerang sel-sel penghasil melanin sehingga menyebabkan bercak putih di kulit), mungkin memiliki patogenesis sama. Terkait jenis sel imun dan sitokin serupa yang mendorong penyakit dan faktor risiko genetik umum.
Terapi
Sejauh ini belum ada obat yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS untuk alopecia areata, demikian NIAMS. Namun, obat-obatan yang disetujui untuk kondisi lain dapat digunakan untuk terapi. Dalam hal ini termasuk kortikosteroid, imunosupresan, dan obat lain yang merangsang pertumbuhan rambut. Tujuan utama terapi adalah menekan sistem kekebalan tubuh agar tidak menyerang folikel rambut dan merangsang pertumbuhan kembali rambut. Sebagian besar diberikan melalui suntikan lokal, salep kulit, atau obat minum.
Obat yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut atau memengaruhi sistem kekebalan termasuk minoxidil, anthralin, squaric acid dibutylester (SADBE), dan diphencyprone (DPCP). Meski dapat membantu pertumbuhan kembali rambut, obat-obat itu tidak dapat mencegah kerontokan rambut.
Penggunaan fotokemoterapi, yakni sinar ultraviolet yang berada pada pita gelombang 280-325 nm (UVA) bersama olesan 8-methoxypsoralen (8-MOP) di kulit, menjadi alternatif yang efektif dan aman bagi pasien alopecia yang tidak bisa atau tidak mau menggunakan terapi sistemik atau invasif. Penelitian Gürol Açıkgöz dan kolega dari Fakultas Kedokteran Gulhane, Turki, itu dilaporkan di jurnal Photodermatoloy, Photoimmunology & Photomedicine, Desember 2013.
Sementara itu, penelitian awal pada hewan yang dilakukan Tongyu Cao Wikramanayake dan kolega dari Fakultas Kedokteran Universitas Miami, AS, mendapatkan, quercetin, bioflavonoid alami dalam buah dan sayuran, dapat menghambat perkembangan alopeciaareata dan efektif mengobati kerontokan rambut.
Dalam Cell Stress and Chaperones, 1 November 2011, dipaparkan, tikus penderita alopecia areata yang diobati dengan suntikan quercetin mengalami pertumbuhan kembali rambut. Namun, tidak demikian pada tikus yang mendapat suntikan plasebo. Penelitian klinis lanjutan diperlukan untuk melihat efektivitasnya pada manusia.
Sayuran dan buah yang mengandung quercetin antara lain paprika kuning dan hijau, bawang bombay, bawang merah, bawang putih, asparagus yang dimasak matang, tomat, brokoli, buah ceri, apel merah, dan anggur merah.
Meski kerontokan rambut pada alopecia tidak mengancam jiwa dan bukan pertanda kanker, kulit yang rambutnya rontok bisa menjadi sensitif terhadap suhu dingin atau panas. American Academy of Dermatology Association menyarankan untuk melindungi kulit terbuka yang bisa terkena dampak suhu dingin, misalnya kepala, telinga, hidung, dengan topi atau syal. Jika berkegiatan di bawah sinar matahari, gunakan tabir surya atau kenakan topi untuk melindungi kulit kepala dari sengatan matahari dan risiko kanker kulit.
Jika bulu hidung rontok, untuk melindungi saluran pernapasan terhadap debu, kuman atau partikel kecil di udara, direkomendasikan mengoleskan salep antibiotik di setiap lubang hidung. Kalau alis dan bulu mata ikut rontok, disarankan memakai bulu mata palsu, dan mengenakan kacamata jika berada di luar ruangan untuk melindungi mata.
Secara fisik penderita alopecia areata sehat. Namun, kerontokan rambut bisa membawa dampak psikologis. Bagi banyak orang, alopecia areata merupakan penyakit traumatis sehingga memerlukan perawatan untuk mengatasi aspek emosional dari kebotakan, di samping kerontokan rambut itu sendiri. Untuk itu, disarankan mencari bantuan dari psikolog dan kelompok dukungan, disamping dukungan penuh dari keluarga terdekat.