Sistem Peringatan Dini Iklim Harus Tersedia untuk Semua Orang
Perserikatan Bangsa-Bangsa menargetkan, setiap orang di Bumi harus dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam lima tahun ke depan.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Mendug tebal menggelayut di kawasan selatan Jakarta sesaat sebelum hujan turun, Senin (23/12/2019). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah Indonesia akan melewati perubahan cuaca ekstrem. Kondisi itu diprediksi berlangsung pada Desember 2019 hingga Januari 2020. Perubahan cuaca ekstrem ditengarai berlangsung pada siang hingga sore hari. Siklon phanfone di Samudra Pasifik, timur Filipina, meningkatkan ekstremitas cuaca.
JAKARTA, KOMPAS — Perubahan iklim telah memicu cuaca yang semakin ekstrem sehingga risiko bencana terkait hidrometeorologi terus meningkat, tetapi sistem peringatan dini belum tersedia secara merata. Terkait dengan hal ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa menargetkan, setiap orang di Bumi harus dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam lima tahun ke depan.
Pengumuman tersebut dikeluarkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres pada Hari Meteorologi Sedunia, Rabu (23/3), yang tahun ini bertemakan Peringatan Dini dan Tindakan Dini. Guteres menugaskan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) untuk memimpin upaya dan mempresentasikan rencana aksi untuk mencapai tujuan ini pada konferensi iklim PBB berikutnya di Mesir, November tahun ini.
”Gangguan iklim yang disebabkan manusia sekarang merusak setiap wilayah. Laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) merinci penderitaan yang sudah terjadi. Setiap peningkatan pemanasan global akan meningkatkan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem,” kata Guterres dalam keterangan pers.
Terkait dengan hal ini, Guteres mengatakan pentingnya berinvestasi secara setara dalam adaptasi dan ketahanan melalui penguatan sistem peringatan dini. ”Itu termasuk informasi yang memungkinkan kita mengantisipasi badai, gelombang panas, banjir, dan kekeringan,” ujarnya.
AP/NIC COURY
Warga melintas di area perkemahan tunawisma yang diterjang luapan Sungai San Lorenzo di Santa Cruz, California, Amerika Serikat, Senin (13/12/2021). Sebuah badai besar yang mendera wilayah California Utara yang disertai hujan dan salju diduga akan membesar hingga menyebabkan gangguan perjalanan serta kemungkinan terjadi banjir. Cuaca ekstrem seperti ini terjadi setelah musim gugur yang panas dan kering di belahan AS barat.
Sistem peringatan dini didesain untuk memantau kondisi atmosfer secara real time di darat dan di laut dan secara efektif memprediksi cuaca dan peristiwa iklim pada masa depan menggunakan model numerik komputer canggih.
Hal itu bertujuan untuk memahami risiko apa yang dapat ditimbulkan oleh badai yang dapat diperkirakan terjadi di daerah yang akan terdampak, yang bisa berbeda-beda jika itu adalah daerah kota atau perdesaan, daerah kutub, pesisir atau pegunungan.
Setiap peningkatan pemanasan global akan meningkatkan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem.
Sistem peringatan dini juga harus mencakup rencana tanggapan yang disepakati pemerintah dan masyarakat untuk meminimalkan dampak yang diantisipasi. Sebuah sistem peringatan dini yang komprehensif juga harus mencakup pelajaran dari peristiwa masa lalu untuk terus meningkatkan tanggapan pada masa depan cuaca, iklim, air, dan bahaya lingkungan terkait.
Laporan utama Komisi Global Adaptasi 2019 ”Adapt Now” menemukan bahwa sistem peringatan dini memberikan pengembalian investasi lebih dari sepuluh kali lipat.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa peringatan dini 24 jam sebelum datangnya badai atau gelombang panas dapat mengurangi kerusakan yang terjadi hingga 30 persen. Dengan menghabiskan 800 juta dollar AS untuk sistem semacam itu di negara berkembang akan menghindari kerugian sebesar 3-16 miliar dollar AS per tahun.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Warga berjalan di atas jembatan Banjir Kanal Timur dengan latar belakang cuaca mendung di Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (7/2/2021). Dalam beberapa hari ini, cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi terjadi di sejumlah wilayah Jawa Tengah hingga berpotensi bencana.
Ketimpangan kemampuan
Sekalipun sudah banyak bukti mengenai manfaat sistem peringatan dini, menurut Guters, sepertiga penduduk dunia, terutama di negara kurang berkembang dan negara berkembang kepulauan kecil, belum memiliki sistem peringatan dini. Di Afrika, bahkan lebih buruk, 60 persen orang tidak mendapatkan peringatan dini.
”Ini tidak dapat diterima, terutama dengan dampak iklim yang pasti akan semakin buruk. Untuk itu, hari ini saya mengumumkan bahwa PBB akan memelopori tindakan baru untuk memastikan setiap orang di Bumi dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam waktu lima tahun,” kata Guterres.
Menurut dia, sistem peringatan dini dan tindakan dini merupakan alat penting untuk mengurangi risiko bencana dan mendukung adaptasi iklim.
Perubahan iklim sudah sangat terlihat melalui cuaca yang lebih ekstrem di seluruh belahan dunia. Ini terlihat dari gelombang panas yang lebih intens, kekeringan serta kebakaran hutan yang semakin hebat.
Pada saat yang sama, ada lebih banyak uap air di atmosfer, yang menyebabkan curah hujan ekstrem dan banjir yang mematikan di berbagai wilayah. Pemanasan lautan juga memicu badai tropis yang lebih kuat dan naiknya permukaan laut meningkatkan dampaknya.
Menurut laporan WMO pada 2021, selama 50 tahun terakhir (1970-2019), bencana yang berhubungan dengan air telah rata-rata merenggut nyawa 115 orang per hari secara global. Selain itu, hal ini menyebabkan kerugian 202 juta dollar AS setiap hari.
Jumlah bencana terkait hidrometeorologi ini meningkat lima kali lipat selama periode 50 tahun. Hal ini didorong oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, peristiwa cuaca yang lebih ekstrem, dan pelaporan yang lebih baik.
Berkat peringatan yang lebih baik, jumlah nyawa yang hilang menurun hampir tiga kali lipat selama periode yang sama karena prakiraan cuaca yang lebih baik dan manajemen bencana yang proaktif dan terkoordinasi.
”Meningkatnya jumlah bencana akibat perubahan iklim membahayakan implementasi sejumlah besar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selain mitigasi, investasi dalam adaptasi iklim juga semakin penting. Salah satu pengembalian investasi tertinggi dicapai dengan meningkatkan layanan peringatan dini cuaca, air, dan iklim dan infrastruktur pengamatan terkait,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas.
Menurut Taalas, dana yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas layanan dan infrastruktur sistem peringatan dini secara global mencapai 1,5 miliar dollar AS selama lima tahun mendatang.