Bumi Mendidih, 2024 Menuju Tahun Pertama dengan Suhu di Atas 1,5 Derajat Celsius
Tahun 2024 menjadi penanda baru terlewatinya ambang batas 1,5 derajat celsius yang disepakati Persetujuan Paris.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN
Para ojek payung menunggu warga menggunakan jasa mereka di depan Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (3/11/2024).
JAKARTA, KOMPAS — Dengan hanya dua bulan tersisa di tahun 2024, suhu global sudah sangat tinggi sehingga hanya penurunan ekstrem di minggu-minggu terakhir yang dapat mencegah tahun ini mencatat rekor baru. Proyeksi terbaru menunjukkan pada akhir tahun 2024 suhu global bakal mencapai 1,55 derajat celsius lebih hangat daripada tingkat pra-industri.
Laporan terbaru Layanan Perubahan Iklim Copernicus (European Copernicus Climate Change Service/C3S) Uni Eropa yang dikeluarkan pada Kamis (7/11/2024) menyebutkan, setelah 10 bulan di tahun 2024, kini hampir dapat dipastikan bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun terhangat yang pernah tercatat dan tahun pertama dengan suhu lebih dari 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-Revolusi Industri.
”Pra-industri” mengacu pada periode 1850-1900, sebelum aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, mulai menghangatkan planet ini secara signifikan. ”Hal ini menandai tonggak baru dalam catatan suhu global dan seharusnya menjadi katalisator untuk meningkatkan ambisi bagi Konferensi Perubahan Iklim mendatang, COP 29,” kata Samantha Burgess, Wakil Direktur C3S. COP 29 KTT Perubahan Iklim akan berlangsung pekan mendatang di Baku, Azerbaijan.
JUMARTO YULIANUS
Aliansi Peduli Krisis Iklim Indonesia melakukan Pawai Peduli Krisis Iklim di Jakarta, Sabtu (26/10/2019).
Para ilmuwan menemukan bahwa suhu global selama 12 bulan berturut-turut adalah 1,62 derajat celsius lebih tinggi daripada suhu rata-rata tahun 1850-1900. Dengan hanya dua bulan tersisa di tahun 2024, suhu global sudah sangat tinggi sehingga hanya penurunan ekstrem di minggu-minggu terakhir yang dapat mencegah tahun ini mencatat rekor baru.
Proyeksi C3S menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2024, suhu global akan setidaknya 1,55 derajat celsius lebih hangat daripada tingkat pra-industri. Jika dibandingkan, ini berarti tahun 2024 melampaui rekor suhu saat ini sebesar 1,48 derajat celsius, yang terjadi tahun lalu.
Rekor suhu tahun ini juga akan menandai pertama kalinya bahwa seluruh tahun kalender telah melampaui pemanasan 1,5 derajat celsius, menurut data Copernicus. Hal ini bersifat simbolis karena hampir 200 negara berkomitmen, berdasarkan Persetujuan Paris 2015, untuk membatasi kenaikan suhu global hingga di bawah 1,5 derajat celsius guna menghindari dampak terburuk dari perubahan iklim.
Meskipun melampaui 1,5 derajat celsius dalam satu tahun tidak berarti tujuan Persetujuan Paris telah sepenuhnya dilanggar. Laporan sebelumnya oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) baru-baru ini memperingatkan bahwa, berdasarkan kebijakan saat ini, suhu global dapat meningkat lebih dari 3 derajat celsius pada akhir abad ini.
AHMAD ARIF
Anomali suhu permukaan udara global tahunan (dalam derajat celsius) relatif terhadap tahun 1850-1900 dari tahun 1940 hingga 2024. Estimasi untuk tahun 2024 bersifat sementara dan berdasarkan data dari Januari hingga Oktober (sumber data: ERA5).
Oktober terpanas kedua
Menurut laporan C3S ini, Oktober 2024 merupakan Oktober terhangat kedua secara global, setelah Oktober 2023, dengan suhu permukaan udara rata-rata 15,25 derajat celsius, lebih tinggi 0,8 derajat celsius di atas suhu rata-rata Oktober tahun 1991-2020.
Jika dibandingkan dengan rata-rata suhu pra-industri, suhu pada Oktober 2024 adalah 1,65 derajat celsius lebih panas dan merupakan bulan ke-15 dalam periode 16 bulan di mana suhu permukaan udara rata-rata global melebihi 1,5 derajat celsius di atas tingkat pra-industri.
Suhu rata-rata global secara konsisten memecahkan rekor untuk periode tahun ini.
Suhu rata-rata global selama 12 bulan terakhir (November 2023-Oktober 2024) adalah 0,74 derajat celsius di atas suhu rata-rata tahun 1991-2020, dan diperkirakan 1,62 derajat celsius di atas suhu rata-rata pra-industri tahun 1850-1900. Rata-rata anomali suhu global selama 10 bulan pertama tahun 2024 (Januari hingga Oktober) adalah 0,71 derajat celsius di atas rata-rata tahun 1991-2020, yang merupakan rekor tertinggi untuk periode ini dan 0,16 derajat celsius lebih hangat daripada periode yang sama pada 2023.
AHMAD ARIF
Anomali suhu permukaan udara global bulanan (dalam derajat celsius) relatif terhadap tahun 1850-1900 dari Januari 1940 hingga Oktober 2024 diplot sebagai deret waktu untuk setiap tahun. Tahun 2024 ditunjukkan dengan garis merah tebal, tahun 2023 dengan garis oranye tebal, dan semua tahun lainnya dengan garis abu-abu tipis (sumber data: ERA5).
Laporan C3S ini juga menyebutkan, kondisi es Laut Arktik mencapai luas bulanan terendah keempat pada Oktober, yaitu 19 persen di bawah rata-rata. Anomali konsentrasi es laut jauh di bawah rata-rata di semua laut perifer Samudra Arktik, khususnya di Laut Barents, Kepulauan Kanada, dan utara Svalbard.
Luas es laut Antartika adalah yang terendah kedua pada Oktober, yaitu 8 persen di bawah rata-rata, setelah Oktober 2023 (-11 persen), melanjutkan serangkaian anomali negatif besar yang diamati sepanjang tahun 2023 dan 2024. Anomali konsentrasi es laut di Samudra Selatan terus didominasi oleh konsentrasi yang jauh di bawah rata-rata di sektor Samudra Hindia, seperti yang telah terjadi sejak Juli.
AHMAD ARIF
Anomali dan suhu permukaan laut yang ekstrem pada Oktober 2024. Kategori warna merujuk pada persentil distribusi suhu untuk periode referensi 1991–2020. Kategori ekstrem (Terdingin” dan Terhangat”) didasarkan pada peringkat untuk periode 1979-2024. Nilai dihitung hanya untuk lautan yang bebas es. Area yang tertutup es laut dan lapisan es pada Oktober 2024 ditampilkan dalam warna abu-abu muda (sumber data: ERA5).
Faktor El Nino
Menurut laporan Copernicus, pemanasan pada 2024 juga mengkhawatirkan. Di awal tahun, suhu dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang merupakan siklus alami, di mana air permukaan yang luar biasa hangat di Samudra Pasifik tropis bagian timur melepaskan panas ekstra ke atmosfer. Fase ini dimulai pada pertengahan tahun 2023 dan berakhir pada April 2024.
Bulan ini, ENSO mengarah pada La Nina yang merupakan fase pendinginan, tetapi suhu ternyata tetap luar biasa tinggi. Dalam seminggu terakhir, suhu rata-rata global secara konsisten memecahkan rekor untuk periode tahun ini.
Kenaikan suhu juga dilaporkan terjadi di Indonesia pada Oktober 2024 ini. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, suhu maksimum harian di wilayah Indonesia sepanjang Oktober 2024 mencapai 37-38 derajat celsius. Bahkan, pada Minggu (27/10/2024), menurut Deputi Meteorologi BMKG Guswanto, suhu maksimum harian mencapai rekor 38,4 derajat, yang tercatat di Stasiun Meteorologi Gewayantana, Larantuka, Flores Timur.