La Nina Menambah Intensitas Hujan, Waspadai Cuaca Ekstrem Pekan Ini
Kemunculan siklon tropis Yinxing dan aktifnya gelombang ekuatorial meningkatkan ancaman cuaca ekstrem dalam sepekan ini.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN
Sebuah bajaj menerobos genangan air di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Selasa (5/11/2024).
JAKARTA, KOMPAS – Sejumlah wilayah Indonesia, khususnya Sumatera, sebagian Kalimantan, dan sebagian Jawa bagian tengah hingga barat, telah memasuki musim hujan. Fenomana La Nina mengakibatkan penambahan curah hujan hingga 20 persen sampai awal 2025. Kemunculan siklon tropis Yinxing dan aktifnya gelombang ekuatorial meningkatkan ancaman cuaca ekstrem dalam sepekan ini.
”Pemerintah daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan. Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Adanya fenomena La Nina mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20 persen sampai awal 2025. Situasi ini juga berpotensi meningkatkan frekuensi bencana hidrometeorologi,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Untuk mengantisipasi peningkatan intensitas hujan, Dwikorita meminta pemerintah meningkatkan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir, seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir. Selain itu juga perlu dipastikan keandalan operasionalisasi waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.
Kompas
Curah hujan tinggi beberapa hari terakhir membuat sejumlah wilayah di Indonesia tergenang banjir. Sebelumnya Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan cuaca buruk di sejumlah wilayah di Indonesia. Ancaman bencana ini mesti diantisipasi warga dan seluruh pemangku kepentingan.
Deputi Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, saat ini sejumlah wilayah Indonesia, khususnya di Sumatera, sebagian Kalimantan, dan sebagian Jawa bagian tengah hingga barat, telah memasuki musim hujan. Sementara itu, wilayah Pulau Jawa lainnya diprediksi akan memasuki musim hujan pada dasarian II November 2024.
”Baru saja masuk musim hujan, tapi beberapa kejadian bencana hidrometeorologi sudah terjadi, seperti banjir dan tanah longsor, yang terjadi di Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat. Karena itu, kami mengimbau kepada seluruh masyarakat dan stakeholder terkait untuk waspada, jangan lengah,” tuturnya.
Pertumbuhan siklon tropis Yinxing dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia dalam 24-48 jam ke depan.
Menurut Guswanto, berdasarkan hasil analisis mingguan BMKG, terdapat potensi terjadinya cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir atau angin kencang selama sepekan ke depan, pada periode 7-12 November 2024. Dampak peningkatan hujan ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari, tetapi juga berpengaruh pada aktivitas penerbangan dan pelayaran.
”Kami juga mengimbau kepada pengguna, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi, terutama laut dan udara, untuk juga mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem ini,” ucapnya.
Dampak siklon tropis Yinxing
Saat ini BMKG juga memonitor kemunculan siklon tropis Yinxing di sekitar Laut Filipina. Siklon ini, menurut Guswanto, memengaruhi dinamika cuaca di wilayah Indonesia.
”Siklon tropis Yinxing diprediksi meningkat intensitasnya dalam 24 jam ke depan dan teramati bergerak semakin menjauhi wilayah Indonesia. Namun, pertumbuhan siklon tropis ini dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan perairan di wilayah Indonesia dalam 24-48 jam ke depan,” ujarnya.
KOMPAS/FAKHRI FADLURROHMAN
Sebuah mobil menerobos genangan air di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Selasa (5/11/2024).
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpeluang terjadi di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Selain itu, pengaruh siklon ini juga menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut 1,25 meter hingga 2,5 meter atau kategori laut sedang di wilayah perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku, dan Samudra Pasifik Utara Halmahera.
Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menyebutkan, berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG diketahui bahwa fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial juga berdampak pada meningkatnya ketersediaan massa uap air basah dan memicu gangguan pola angin yang dapat mendukung pertumbuhan awan-awan hujan.
Di saat bersamaan, katanya, labilitas lokal yang kuat serta adanya pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di beberapa wilayah di Indonesia mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.
”Maka dari itu, dalam sepekan ke depan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak ikutannya berupa bencana hidrometeorologi yang berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia,” katanya.