Aturan Setiap Negara Bisa Berbeda, Residu Pestisida Anggur Shine Muscat di Indonesia Dinilai Aman
Hasil pemeriksaan residu pestisida pada anggur Shine Muscat di Indonesia masih di bawah batas yang telah ditetapkan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Dompolan anggur hijau di pekarangan rumah warga di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (4/9/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Hasil pemeriksaan residu pestisida pada sampel produk anggur Shine Muscat yang beredar di Indonesia menunjukkan masih di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh otoritas keamanan pangan Indonesia. Meski begitu, ambang batas maksimal residu tersebut bisa berbeda antarnegara. Hal tersebut yang membuat tingkat keamanan di sejumlah negara bisa berbeda-beda.
Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin) Sahat Manaor Panggabean di Jakarta, Senin (4/11/2024), menuturkan, batas maksimum residu (BMR) untuk residu pestisida dan batas maksimum cemaran (BMC) untuk logam berat serta cemaran mikroba yang ditetapkan oleh Barantin mengacu pada standar internasional Codex dan SNI. Untuk anggur impor, terdapat lebih dari 80 jenis bahan aktif pestisida dengan batas maksimum residu yang telah diatur.
Pemeriksaan produk anggur Shine Muscat yang diimpor dari China terakhir dilakukan di pelabuhan pemasukan Tanjung Perak, Surabaya, pada 31 Oktober 2024. Pengujian tersebut dilakukan dengan target residu pestisida, antara lain metalaxyl, cyprodinil, tebuconazol, buscalid, dan pyrimethanyl, juga chlorpyrifos.
”(Dari hasil pemeriksaan) tidak terdeteksi sehingga semuanya masih di bawah ambang batas yang ditetapkan. Untuk itu, kami sampaikan bahwa komoditas (anggurShine Muscat) tersebut aman untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia,” katanya.
Kompas
Beberapa hari terakhir, beredar isu kandungan residu pestisida yang melebihi batas aman pada anggur yang belakangan populer dan banyak dikonsumsi warga, yaitu anggur hijau Shine Muscat. Bagaimana kronologinya? Dan, bagaimana imbauan BPOM terkait hal ini? Lalu, bagaimana hasil pemeriksaan anggur Shine Muscat di lapangan?
Sahat menambahkan, hasil pengujian laboratorium dari Barantin tersebut juga selaras dengan hasil pengujian yang dilakukan otoritas keamanan pangan dari Malaysia dan Singapura. Kedua negara tersebut juga telah menyatakan tidak menemukan cemaran residu pestisida di atas ambang batas yang ditentukan.
Kami sampaikan bahwa komoditas (anggur Shine Muscat) tersebut aman untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Sesuai dengan Codex Alimentarius BMR untuk senyawa klorpirifos pada anggur sebesar adalah 1 ppm (part per million/bagian per sejuta). Berbeda dengan BMR klorpirifos pada anggur yang ditetapkan oleh Jejaring Kewaspadaan Pestisida Thailand (Thai-PAN) dan Dewan Konsumen Thailand (TCC) sebesar 0,01 ppm.
Sebelumnya, hasil uji yang dilakukan Thai-PAN dan TCC menunjukkan 23 dari 24 sampel anggur yang diteliti mengandung residu pestisida melebihi ambang batas yang diizinkan di Thailand. Pada salah satu sampel bahkan ditemukan kandungan senyawa kimia berbahaya yang dilarang berupa chlorpyrifos dan endrin aldehyde.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar mengatakan, pengujian juga dilakukan oleh BPOM pada sampel anggur Shine Muscatyang beredar di Indonesia. Sampel yang diuji diambil dari beberapa wilayah, khususnya di titik masuk dari pengiriman anggur tersebut, seperti di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Bandar Lampung, Makassar, Pontianak, dan Medan.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Penjual melayani pembeli di sentra penjualan buah Pasar Pucang Anom, Surabaya, Jawa Timur, 3 Februari 2020.
”Pengujian sampel dari Jabodetabek, Bandung, dan Bandar Lampung telah selesai dilaksanakan. Dengan parameter uji residu pestisida chlorpyrifos menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectrometry, hasilnya tidak terdeteksi,” tuturnya.
Selain itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, hasil uji cepat residu pestisida terhadap 350 sampel anggur Shine Muscat yang dilakukan oleh Dinas Urusan Pangan Daerah juga menunjukkan bahwa 90 persen sampel hasilnya negatif. Sementara 10 persen sampel lainnya terdeteksi positif, tetapi dengan kadar yang rendah di bawah ambang batas maksimum residu.
Uji laboratorium pun telah dilakukan terhadap 240 senyawa residu pestisida pada sampel anggur Shine Muscat. Hasilnya menunjukkan sebanyak 219 senyawa negatif dan 21 senyawa mengandung residu pestisida yang masih jauh di bawah BMR.
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO
Buah anggur yang siap dipanen, Jumat (15/11/2019), di kebun anggur di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Banjarsari di Probolinggo, Jawa Timur.
”Dari hasil uji ini juga dinyatakan tidak ada senyawa berbahaya seperti dugaan dari pemberitaan di Thailand, yaitu klorpirifos dan endrin aldehyde,” ucap Arief.
Batas berbeda
Pelaksana Harian Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional Yusra Egayanti mengatakan, residu merupakan kandungan yang tersisa dalam suatu produk. Besarnya paparan residu ini masih dinilai aman sesuai dengan batas yang ditentukan.
Di tingkat internasional, batas aman dari paparan residu tersebut diatur dalam Codex. Batas aman ini ditentukan sesuai dengan batas asupan harian yang dapat diterima tubuh (acceptable daily intake). Batas tersebut berlaku untuk semua kelompok usia, termasuk pada kelompok rentan.
Meski begitu, batas maksimal residu bisa berbeda-beda di setiap negara, bergantung pada aturan yang berlaku. Perbedaan batas maksimal residu pun lazim terjadi antarnegara. Perbedaan ini juga bisa dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pada suatu produk di setiap negara.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Sebelum dibersihkan, biasanya wortel direndam, antara dua sampai tiga jam. Itu bertujuan menghilangkan pestisida atau zat kimianya.
”Salah satu kasus yang terjadi di Thailand itu adalah akibat perbedaan regulasi tadi. Bukan berarti yang positif residu tersebut merupakan bahaya karena bisa jadi karena tidak diatur. Penetapan BMR juga bisa berangkat dari tingkat konsumsi. Ketika konsumsinya tinggi, maka BMR harus di bawah (ambang batas),” tutur Yusra.
Mencuci anggur
Sekalipun dinilai aman untuk dikonsumsi, Arief menuturkan, masyarakat tetap harus mencuci buah anggur dengan air mengalir sebelum mengonsumsi. Tindakan ini sangat penting untuk mengurangi risiko adanya residu atau cemaran lain yang masih tertinggal di permukaan buah. Hal ini terutama karena buah anggur merupakan komoditas yang dapat langsung dikonsumsi tanpa pengupasan.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan bisa menerapkan praktik keamanan pangan yang baik, antara lain dengan membaca label yang tertera, memilih komoditas yang memiliki izin edar, dan teliti sebelum membeli. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih teredukasi mengenai keamanan pangan.