Sudahkah Kita Mengurangi Konsumsi Sampah Plastik?
Konsumsi plastik terus meningkat. Padahal, sampah plastik sulit terurai dan berbahaya bagi lingkungan serta kesehatan.
Sudahkah Kita Mengurangi Konsumsi Plastik?
1. Bagaimana tingkat konsumsi plastik?
2. Dari mana semua plastik berasal?
3. Apa dampak penggunaan plastik?
4. Bagaimana cara mengurangi sampah plastik?
Bagaimana tingkat konsumsi plastik?
Plastik menambah banyak nilai bagi kehidupan. Selain untuk bahan konstruksi, plastik juga diolah menjadi peralatan rumah tangga, instrumen medis, dan pengemasan makanan. Meski plastik memiliki banyak manfaat, kita kecanduan pada produk plastik sekali pakai.
Di seluruh dunia, menurut data Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), satu juta botol plastik dibeli tiap menit dan lima triliun kantong plastik digunakan setiap tahun. Seiring dengan modernisasi, produksi plastik meningkat tajam.
Produksi plastik meningkat tajam 70 tahun terakhir. Pada 1950 dunia memproduksi dua juta ton, tapi kini dunia memproduksi lebih dari 450 juta ton atau naik hampir 230 kali lipat. Bahkan, produksi plastik primer global diperkirakan 1,1 miliar ton pada tahun 2050.
Baca juga: Plastik di Darah dan Jejak Karbon
Indonesia termasuk salah satu negara penghasil sampah plastik terbanyak di dunia dengan timbulan sampah plastik sekitar 12 juta ton sampah plastik sepanjang tahun 2023. Sekitar 58 persen sampah itu tidak pernah dikumpulkan dan 9 persen yang dibuang ke laut.
Berdasarkan hasil riset Net Zero Waste Management Consortium dan Litbang Kompas, sampah menjadi masalah lingkungan di enam kota, yakni Medan, Samarinda, Makassar, Denpasar, Surabaya, dan Jakarta. Jenis sampah di enam kota tersebut didominasi kemasan atau serpihan plastik yang sulit diolah.
Selain itu, negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina menempati urutan teratas di daftar konsumsi mikroplastik per kapita global. Masyarakat Indonesia diperkirakan mengonsumsi mikroplastik dari makanan yang tercemar sebanyak 15 gram per kapita per bulan.
Penelitian ini dilakukan para periset Cornell University yang diterbitkan di jurnal Environment Science and Technology dan dirilis pada Rabu, 22 Mei 2024. Studi ini dilakukan dengan memetakan serapan mikroplastik di 109 negara.
Dari mana semua plastik berasal?
Sektor pengemasan merupakan penghasil sampah plastik sekali pakai terbesar di dunia. UNEP mencatat, sekitar 36 persen dari semua plastik yang diproduksi digunakan dalam pengemasan, termasuk wadah makanan dan minuman plastik sekali pakai.
Plastik juga digunakan di sektor pertanian. Plastik digunakan dalam segala hal mulai dari pelapis benih hingga film mulsa. Industri perikanan merupakan sumber penting lainnya. Peralatan penangkapan ikan industri turut menyumbang sampah plastik di laut.
Baca juga: Sampah Plastik: Berkah atau Kutukan?
Selain itu, industri mode merupakan pengguna utama plastik. Ada sekitar 60 persen bahan yang dibuat menjadi pakaian adalah plastik, termasuk poliester, akrilik, dan nilon. Industri ini juga memproduksi kain sintetis yang melepaskan serat plastik mikro setiap kali dicuci.
Puntung rokok yang mengandung serat plastik kecil merupakan jenis sampah plastik paling umum ditemukan di lingkungan, selain bungkus makanan, botol, kantong plastik, dan sedotan. Banyak dari kita memakainya tanpa memikirkan di mana produk itu berakhir.
Bagaimana dampak sampah plastik?
Manusia menghasilkan lebih dari 450 juta ton plastik setiap tahunnya dan dua pertiganya merupakan produk berumur pendek yang segera menjadi sampah, memenuhi lautan, dan sering kali masuk ke dalam rantai makanan manusia.
Plastik hampir tidak mungkin terurai sepenuhnya oleh alam. Sebagian besar barang plastik hanya terurai jadi potongan-potongan makin kecil. Mikroplastik ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui penghirupan dan penyerapan ke dalam organ tubuh.
Mikroplastik telah ditemukan di dalam paru-paru, hati, limpa, dan ginjal serta organ tubuh lainnya. Studi baru-baru ini mendeteksi mikroplastik dalam plasenta bayi yang baru lahir. Ada bukti kuat bahwa bahan kimia terkait plastik terkait dengan masalah kesehatan.
Baca juga: Pengelolaan Plastik Indonesia Tertinggal dari Vietnam, Thailand, dan Malaysia
Selain itu, plastik berkontribusi pada krisis iklim. Produksi plastik merupakan proses manufaktur terbanyak memakai energi di dunia. Material ini terbuat dari bahan bakar fosil seperti minyak mentah yang diubah lewat panas dan bahan tambahan lain jadi polimer.
Plastik hampir tidak mungkin terurai sepenuhnya oleh alam. Sebagian besar barang plastik hanya terurai jadi potongan-potongan makin kecil.
Pada tahun 2019 plastik menghasilkan 1,8 miliar metrik ton emisi gas rumah kaca. Tingkat emisi gas rumah kaca terkait produksi, penggunaan, dan pembuangan plastik konvensional berbahan bakar fosil diperkirakan meningkat 19 persen pada tahun 2040.
Simak juga: Plastik, Gantinya Apa?
Persoalan kebocoran sampah plastik ke laut tak hanya berdampak terhadap sektor lingkungan, tetapi juga ekonomi. Dari hasil analisis peneliti di Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional, kerugian akibat kebocoran sampah plastik ke laut Indonesia Rp 125 triliun sampai Rp 255 triliun per tahun.
Bagaimana pengelolaan sampah plastik?
Di negara-negara dengan sistem pengelolaan limbah buruk, limbah plastik menyumbat saluran pembuangan dan menyediakan tempat berkembang biaknya nyamuk serta hama. Hal ini meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan lewat vektor seperti malaria.
Sejauh ini 36 persen dari total hasil produksi plastik digunakan dalam pengemasan, termasuk produk plastik sekali pakai untuk wadah makanan dan minuman. Sekitar 85 persennya berakhir di tempat pembuangan sampah atau jadi limbah tak terkelola.
Dari miliaran ton sampah plastik yang dihasilkan secara global, kurang dari 10 persennya yang telah didaur ulang. Jutaan ton sampah plastik hilang dari lingkungan atau terkadang dikirim ribuan kilometer ke tempat di mana sebagian besar sampah itu dibuang.
Baca juga: Estimasi Kerugian Ekonomi akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Capai Rp 255 Triliun
Jika sampah plastik tak dikelola dengan baik, tak didaur ulang, dibakar, atau disimpan di tempat pembuangan sampah tertutup, maka sampah itu jadi polutan lingkungan. Satu sampai dua juta ton plastik masuk ke laut tiap tahun yang memengaruhi ekosistem.
Indonesia menargetkan pengurangan sampah plastik sampai 70 persen pada tahun 2025. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengklaim saat ini pengelolaan sampah plastik telah mencapai 41 persen dan ditargetkan terus meningkat.