Museum Nasional Indonesia Segera Dibuka Kembali, Pemanfaatan Koleksi Museum Diperluas
Museum Nasional Indonesia akan kembali dibuka pada 15 Oktober 2024. Museum ini ditutup selama setahun setelah kebakaran.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah setahun ditutup pascakebakaran, Museum Nasional Indonesia akan kembali dibuka. Revitalisasi di berbagai lini menampilkan wajah baru museum yang menyimpan lebih dari 196.000 benda bersejarah tersebut. Pemanfaatan koleksi museum diperluas sehingga tidak sekadar memajang benda-benda peninggalan masa lalu.
Pelaksana Tugas Kepala Indonesia Heritage Agency (IHA) Ahmad Mahendra mengatakan, Museum Nasional Indonesia (MNI) masih terus berbenah. Selain revitalisasi fisik, narasi museum juga diubah dengan pendekatan reimajinasi.
”Persoalan narasi ini menjadi sangat penting. Selama ini MNI itu selalu melihat masa lalu. Kami ingin konteks MNI merupakan bagian dari masa lalu, tetapi juga inspirasi untuk masa depan,” ujarnya saat meninjau proses revitalisasi MNI di Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Pemanfaatan koleksi museum pun diperluas. Koleksi museum tak cuma bisa dilihat sebagai fungsi rekreasi. Sebab, sebelum disimpan di museum, sejumlah koleksi merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek, seperti spiritual, sosial, dan kultural.
Mahendra menuturkan, pengunjung diperbolehkan berinteraksi dengan koleksi museum, seperti dengan bernyanyi atau menari. Hal ini dilakukan untuk memfasilitasi pengunjung dari suku atau kelompok masyarakat tertentu yang memiliki pemaknaan tersendiri terhadap suatu benda koleksi.
Pemanfaatan lainnya adalah sebagai ruang pembelajaran. Koleksi museum mengandung kekayaan pengetahuan dan teknologi tradisional. Kekayaan itu menjadi bekal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan konteks masa kini dan mendatang.
Oleh karena itu, MNI membuka ruang penelitian dari berbagai pihak. ”Museum ini menggunakan tagline Kita Indonesia. Jadi, itu pintu gerbang bagaimana memahami Indonesia, baik dari masa lalu, masa kini, dan masa depan,” ucapnya.
Tata pameran di MNI juga diubah. Pameran temporer akan ditampilkan secara tematik agar lebih mudah dipahami oleh pengunjung. Selain itu, penempatan sejumlah arca dibuat lebih proporsional sehingga tidak terlalu menumpuk di satu ruangan atau area.
Mahendra menambahkan, konsep reimajinasi museum dan cagar budaya terdiri dari tiga pilar utama, yaitu reprogramming, redesigning, dan reinvigorating. Reprogramming berfokus pada pembaruan kuratorial dan koleksi, redesigning yang bertujuan merenovasi bangunan dan ruang agar aman dan nyaman, serta reinvigorating atau berfokus pada penguatan kelembagaan profesionalisme dan peningkatan kompetensi.
”Kami tidak hanya memperbaiki fisik bangunan dan menyelamatkan koleksi, tetapi juga melakukan reimajinasi terhadap bagaimana museum ini dapat berperan lebih besar bagi masyarakat. Revitalisasi ini bukan sekadar perbaikan infrastruktur, tetapi transformasi yang mendalam—baik secara fisik maupun konseptual—yang menghadirkan museum sebagai ruang interaktif dan relevan dengan kebutuhan publik modern,” jelasnya.
Pengunjung diperbolehkan berinteraksi dengan koleksi museum, seperti dengan bernyanyi atau menari.
Selain MNI, IHA juga mengelola 17 museum dan 34 cagar budaya nasional lainnya di Tanah Air, antara lain Museum Batik Indonesia, Museum Prasejarah Semedo Tegal, Galeri Nasional Indonesia, dan Museum Prasejarah Sangiran. Ada juga Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs Gunung Padang, Situs Leang Timpuseng, dan Benteng Duurstede. Lokasinya tersebar di sejumlah wilayah, seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
Renovasi pascakebakaran
MNI akan kembali dibuka untuk publik pada 15 Oktober 2024. Museum ini ditutup sejak September tahun lalu. Saat itu, kebakaran melanda sejumlah ruangan di Gedung A. Lebih dari 800 benda koleksi museum terdampak dengan kerusakan ringan, sedang, hingga berat.
Pada Selasa siang, sejumlah pekerja merenovasi beberapa sisi bangunan di Gedung A. Beberapa pekerja juga sedang mencetak landasan arca. Bangunan bekas terbakar di sisi belakang gedung tersebut masih ditutup.
Revitalisasi MNI pascakebakaran melibatkan sejumlah langkah penanganan, salah satunya mendata dampak kerusakan terhadap bangunan dan koleksi. Upaya ini mencakup evakuasi koleksi terdampak, menyangga bangunan yang masih berdiri, dan pembongkaran struktur yang rawan runtuh.
MNI juga akan menggelar pameran pascakebakaran. Selain menampilkan beberapa koleksi terdampak kebakaran, pameran ini turut menunjukkan langkah penanganan koleksi dan upaya manajemen bencana di museum tersebut.
Penanggung Jawab Unit MNI, Ni Luh Putu Chandra Dewi, menyampaikan, kejadian kebakaran tahun lalu menjadi tantangan besar bagi pihaknya sekaligus menjadi momentum memperkuat komitmen dalam melestarikan kekayaan budaya Indonesia. ”Revitalisasi ini adalah upaya berkelanjutan untuk memastikan MNI tetap menjadi ruang yang relevan dan inspiratif bagi generasi mendatang,” katanya.
Jendela budaya
Revitalisasi MNI tidak hanya berfokus pada lokasi atau koleksi terdampak kebakaran, tetapi dilakukan secara menyeluruh. Dengan begitu, selain perubahan fisik bangunan, beberapa program baru akan digulirkan, termasuk melibatkan generasi muda.
Chandra mengatakan, MNI akan menjadi ruang belajar tentang keindonesiaan dari masa ke masa. Museum tersebut menyimpan koleksi dari berbagai penjuru Nusantara, mulai dari masa prasejarah hingga saat ini.
”Revitalisasi ini menarasikan wajah baru MNI dengan cerita baru. MNI bisa memberikan gambaran pengantar sebagai jendela budaya Indonesia,” ujarnya.
MNI akan memperkenalkan empat program utama untuk mengajak pengunjung terlibat lebih dekat dengan sejarah dan budaya Indonesia. Penyajian wajah baru tata pamer koleksi dapat dinikmati di Taman Arca, rotunda, hingga ruang Kertarajasa.
Pembaruan teknologi dan penyajian narasi bisa disaksikan di ruang Imersif A. Selain itu, ada juga pameran temporer pascakebakaran serta pameran repatriasi yang menampilkan lebih dari 300 koleksi terpilih yang telah dikembalikan ke Indonesia.