Menimbang Manfaat Susu Ikan sebagai Alternatif Susu Sapi
Susu ikan sebagai alternatif dari susu sapi ramai diperbincangkan. Banyak pertanyaan muncul terkait manfaat susu ikan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan susu ikan sebagai alternatif dari susu sapi yang diberikan dalam program makan siang bergizi pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mencuat baru-baru ini. Susu ikan ini bisa digunakan untuk mengatasi persoalan terbatasnya produksi susu sapi di Indonesia.
Mengutip dari rilis yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Kamis (24/8/2023), susu ikan merupakan produk inovasi yang menggabungkan manfaat protein ikan dengan diversifikasi produk olahan dari ikan.
Produk tersebut diproses dengan bahan baku ikan yang kemudian diolah dengan teknologi modern hingga akhirnya menghasilkan hidrolisat protein ikan sebagai bahan baku susu ikan.
Susu ikan ini diklaim mengandung asam lemak EPA (eicosapentaenoic acid), DHA (docosahexaenoic acid), dan omega 3 yang tinggi. Selain itu, susu ini juga diklaim bebas alergen dan mudah dicerna oleh tubuh. Ikan yang digunakan pun diproses dari ikan dalam negeri.
Menanggapi hal itu, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat IPB University yang juga Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (Aipgi) Hardinsyah, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (11/9/2024), menuturkan, definisi susu sebaiknya perlu diluruskan terlebih dahulu.
Susu merupakan cairan yang dihasilkan dari kelenjar susu mamalia, termasuk manusia.
Definisi susu sebaiknya perlu diluruskan terlebih dahulu. Susu merupakan cairan yang dihasilkan dari kelenjar susu mamalia, termasuk manusia.
Berdasarkan definisi yang dipakai Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), susu yang dipakai dalam produk susu ialah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, dan hewan ternak penghasil susu lain. Jadi, produk yang diolah dari kedelai atau almond bukan sebagai susu.
Produk yang diolah dari kedelai disebut sebagai sari kedelai, sementara produk dari almond disebut sari almond. ”Jadi, susu ikan lebih tepat disebut sari ikan atau susu ikan analog,” kata Hardinsyah.
Kandungan
Terkait dengan kandungan pada sari ikan, Hardinsyah menilai, zat gizi makro yang terkandung mungkin bisa menggantikan zat gizi makro yang terdapat pada susu sapi. Namun, kandungan gizi mikro di dalamnya bisa berbeda.
Keberlanjutan produk sari ikan juga masih dipertanyakan. Sebab, hal itu akan membutuhkan banyak ikan untuk menghasilkan jumlah sari ikan yang diperlukan. Hal ini perlu mempertimbangkan pula proses pengemasan dan penjaminan mutu dan kualitas produk yang dihasilkan.
”Jangan juga karena banyak ikan yang digunakan nantinya akan berdampak pada harga jual ikan di pasaran. Jika harga ikan menjadi mahal, itu akan membuat daya beli di masyarakat menjadi turun sehingga konsumsi ikan juga turun di masyarakat,” ujarnya.
Secara terpisah, dokter spesialis gizi klinis di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Nurul Ratna Mutu Manikam, mengatakan, susu sebenarnya hanya sebagai makanan tambahan dalam pemenuhan gizi seseorang.
Pencegahan masalah gizi dinilai lebih efektif dilakukan dengan memastikan asupan gizi seimbang yang didapatkan dari konsumsi protein hewani langsung, seperti daging ayam, daging sapi, ataupun telur.
Selain itu pastikan pula konsumsi sayur dan buah seimbang, beserta dengan konsumsi sumber karbohidrat yang cukup. Jenis makanan yang bervariasi lebih dibutuhkan untuk memastikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak bisa terpenuhi.
Oleh sebab itu, Nurul menilai, pemberian makanan utuh seperti daging ayam, daging sapi, ataupun telur dinilai lebih efektif dan praktis untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, terutama pemenuhan protein hewani.
”Konsumsi ikan langsung secara utuh juga lebih baik dan praktis dibandingkan harus diproses menjadi bentuk susu. Sementara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi lain bisa dipenuhi dari beragam jenis makanan lainnya,” ujarnya.