Mengapa Paus Fransiskus Pilih Mobil dan Penginapan yang Terbilang Sederhana?
Kesederhanaan menjadi implikasi dari pesan perdamaian dan persaudaraan yang dibawa Paus Fransiskus dalam kunjungannya.
Sebelum Paus Fransiskus tiba di Indonesia pada 3 September 2024, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC sudah membocorkan alasan di balik kesederhanaan Paus. Bahkan, Paus Fransiskus memilih duduk di samping pengemudi dan membuka kaca jendelanya. Hingga hari terakhir kunjungannya di Indonesia pada 6 September 2024, Paus Fransiskus masih tampak membuka jendela dan menyapa warga yang berdiri di pinggir jalan.
Tak hanya soal mobil dan penginapan, Mgr Antonius juga membeberkan berkah kedatangan Paus Fransiskus bagi Indonesia hingga menyinggung soal pertobatan ekologis. Simak cerita lengkapnya dalam wawancara khusus Mgr Antonius dengan harian Kompas.
Baca juga: Kedatangan Paus Fransiskus Sarat Kesederhanaan
Apa alasan Paus Fransiskus memilih mobil maupun penginapan yang terbilang sederhana, terutama selama kunjungannya?
Sebetulnya, beliau ini menghadirkan pesan perdamaian. Kesederhanaan itu hanya implikasi dari perdamaian yang dia bawa. Inti pesannya ialah perdamaian, persaudaraan, dan kemanusiaan. Itu saja. Pesan ini membawa komitmen yang luar biasa berat bagi orang seperti Paus Fransiskus.
Misalnya pesan perdamaian. Dengan membawa pesan perdamaian ini, Paus Fransiskus memaknainya, ”Saya tidak akan pernah menganggap orang yang jahat pada saya adalah musuh. Maka, saya minta mobil yang terbuka. Saya tidak merasa diancam atau ada musuh yang akan menjahati saya”. Jadi, apa yang Paus Fransiskus yakini, dia wujudkan.
Terkadang, kita bisa bilang, ”Kita bersaudara.” Namun, masih ada ketakutan (terhadap orang lain) yang kita rasakan.
Baca juga: Pesan Apa Saja yang Mengemuka dari Paus Fransiskus Selama di Indonesia?
Mobil yang Paus Fransiskus naiki di Stadion Gelora Bung Karno terbuka, tidak ada kaca, dan antipeluru. Mengapa? Karena dia merasa tidak ada orang yang akan menjahatinya. Semua orang bersaudara. Mari kita rangkul semua orang dan tidak saling mencurigai. Dari sini, muncullah kesederhanaan.
Selama berkunjung di Indonesia, mobil yang disediakan bagi Paus Fransiskus berasal dari panitia serta berbeda dengan sejumlah standar kenegaraan. Untuk menginap, Paus memilih tinggal di rumah sendiri, yakni Kedutaan Besar Takhta Suci Vatikan di Indonesia.
Baca juga: ”Kijang” dan ”Maung” untuk Transportasi Paus Fransiskus di Indonesia
Artinya, mobil yang dipilih Paus cenderung sederhana justru karena dia merasa bersaudara dengan semua orang sehingga tidak memerlukan sekat keamanan?
Betul. Tidak ada sekat. Misal, ada orang yang minta disediakan mobil lapis baja karena curiga ada yang menjahatinya. Penyediaan mobil tersebut penting demi keamanannya. Namun, Paus Fransiskus tidak begitu. Pilihan seperti ini berat untuk dipraktikkan, tidak semua orang bisa.
Oleh sebab itu, kalau Paus Fransiskus mengatakan semua orang bersaudara, dia tidak mencurigai siapa pun. Persaudaraan yang dipegangnya berprinsip, ”Saya datang membawa perdamaian, masak bawa senjata?”
Bagaimana peran KWI menyiapkan dokumen yang ditandatangani Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal?
KWI bersama Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar menyiapkan dokumen yang berisi komitmen perdamaian, kemanusiaan, hingga pemeliharaan keutuhan lingkungan hidup. Setelah disusun, dokumen tersebut diusulkan ke Vatikan untuk dipelajari dan diputuskan apakah bisa ditandatangani Paus Fransiskus.
Dokumen itu mulai digagas sejak Paus Fransiskus menyatakan kehendaknya mengunjungi Masjid Istiqlal. Memang, biasanya, Paus mengunjungi tokoh dan rumah ibadah agama mayoritas di suatu negara. Saat kehendak itu mengemuka, tim yang mengurus acara kunjungan Paus ke Masjid Istiqlal mengusulkan untuk mengadakan penandatanganan dokumen antara Imam Besar dan Paus.
Kami membuat drafnya sejak Juni 2024. Begitu selesai, saya kirim ke Duta Besar Vatikan di Indonesia. Sempat lama kami menunggu jawaban dari Vatikan. Namun, tidak ada penolakan. Mungkin terdapat pertimbangan khusus karena Paus menghindari adanya nuansa politis. Jangan sampai dokumen ini ada bau politiknya. Pada saat itu, saya optimistis Vatikan menerima dokumen itu karena berisi tentang kemanusiaan.
Baca juga: Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Tanda Tangani Deklarasi Istiqlal
Bagaimana caranya agar setelah kunjungan Paus Fransiskus selesai di Indonesia, pertobatan ekologis tetap dilaksanakan?
Mudah-mudahan kedatangan Paus Fransiskus bukan hanya sampai berhenti pada kesadaran, tetapi menjadi gerakan yang komplet. Lingkungan hidup ini urusan manusia, apa pun agamanya. Alam bisa dimanfaatkan agar dapat berguna bagi manusia. Namun, tolong tetap jaga lingkungan hidup. Jangan sampai alam yang dieksploitasi malah berbalik dan menjadi bumerang bagi keselamatan dan kehidupan manusia. Itulah yang diingatkan Paus Fransiskus terus-menerus.
Pengelolaan lingkungan hidup untuk masa depan itu penting. Ensiklik Laudato Si yang digagas Paus Fransiskus menyatakan, jangan meninggalkan Bumi ini menjadi serba kekurangan kepada generasi berikutnya. Buatlah generasi berikutnya bahagia dengan Bumi yang diwariskan. Hiduplah berkecukupan.
Baca juga:
- Perjuangan Masyarakat Adat, Kegundahan Paus Fransiskus
- Sulitnya Mewujudkan ”Laudato Si” dalam Misa Akbar Bersama Paus Fransiskus
Contoh salah satu kerusakan lingkungan adalah polusi udara. Coba bayangkan ketika Paus Fransiskus melihat langit di sini yang tidak terlihat bedanya antara mendung atau diselimuti polusi udara. Padahal, di tempat tinggalnya di Roma, Italia, langitnya bersih.
Mungkin, kesadarannya sudah cukup ada. Kini, tinggal gerakan atau aksi nyatanya saja. Perhatian terhadap lingkungan hidup juga datang dari agama-agama lain.
Apakah setelah Paus Fransiskus selesai mengunjungi Indonesia, KWI tetap menolak konsesi izin tambang?
Sikap kita tidak menerima penawaran pemerintah. KWI tidak mengurusi hal-hal seperti itu. Kami mengurusi urusan-urusan rohani. Maka, kami mengatakan, serahkanlah kepada para profesional. Kita tahu apa tentang tambang?
Kalau persoalan lingkungan, ketika menambang tentu ada tantangan. Bagaimana menambang tetapi ada konservasi alamnya? Ini bukan ranah wilayah kita. Ranah wilayah kita adalah rohani dan pelayanan. Oleh sebab itu, KWI selamanya tetap tidak akan menerimanya.
‘Saya tidak akan pernah menganggap orang yang jahat pada saya adalah musuh. Maka, saya minta mobil yang terbuka. Saya tidak merasa diancam atau ada musuh yang akan menjahati saya'. Jadi, apa yang Paus Fransiskus yakini, dia wujudkan.
Berkah apa yang bisa diterima masyarakat Indonesia dari kunjungan Paus Fransiskus?
Yang jelas itu sukacitanya. Pengalaman sukacita itu animonya luar biasa. Kehadiran Paus Fransiskus menimbulkan semangat. Ini adalah berkat yang memperkokoh secara pribadi. Mudah-mudahan, kehadiran Paus Fransiskus juga menjadi saat pertobatan bagi semua orang, termasuk pertobatan persaudaraan maupun pertobatan ekologis.
Saat pertobatan yang dimaksud ialah momen untuk memperbaiki kekurangan. Kenapa? Karena ada semangat yang luar biasa (dari Paus Fransiskus) jadi memberikan energi dan dorongan. Kalau ada pejuang kemanusiaan yang menghadapi kesukaran sedang merasa capek, kehadiran Paus meneguhkan. Ikut misa dalam jaringan saja dengan Paus Fransiskus, orang bisa merasa diteguhkan.
Baca juga: Serasa di GBK Bersama Paus Fransiskus meski dari Layar
Momen pertobatan ini juga menjadi saat untuk memperhatikan hati nurani kita. Ketika kita bertindak, bagaimana hati nurani kita? Ketika kita membuat keputusan, bagaimana hati nurani kita? Hal ini menjadi persoalan moral dan spiritual yang tidak dapat dipisahkan.
==============================================================
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Group Pembaca Kompas ”Liputan Khusus Kunjungan Paus”. Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.