Rumah Indonesiana, Wadah Animator Mengembangkan Kebudayaan Lokal
Bekerja sama dengan Korea Selatan, pemerintah membangun inkubasi kreativitas bagi para animator di enam daerah.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kompetensi para pelaku budaya di Indonesia dikembangkan agar agenda pemajuan kebudayaan terus berinovasi di era digital. Konten-konten bermuatan kebudayaan Nusantara perlu diperbanyak dan diperluas untuk menjadi kekayaan budaya.
Untuk itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan, bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Republik Korea Selatan membangun Rumah Indonesiana. Ini adalah program inkubasi kreativitas yang bisa diikuti para animator di enam daerah di Indonesia; Jakarta, Makassar, Cirebon, Jambi, Bali, dan Kabupaten Sikka.
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kaya, ini akan menjadi menarik jika dikembangkan menjadi animasi.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan, potensi pembuat konten di Indonesia sangat tinggi dan materi konten berupa kebudayaan Indonesia juga menjadi aset tak terbatas. Para animator peserta inkubasi harus meningkatkan kapasitas teknis terutama dalam mengeksplorasi potensi materi konten digital bermuatan kebudayaan.
”Ini menjadi pusat pelatihan kerja kreatif tentang semua yang sifatnya produksi konten. Jadi, di samping meningkatkan kompetensi mereka di bidang animasi, tentu kita berharap mereka menggarap konten-konten lokal agar kita bisa melihat karya budaya Indonesia ke pentas dunia,” kata Hilmar di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Jumat (6/9/2024).
Program Rumah Indonesiana akan diikuti 75 orang animator dan pelaku budaya di setiap kotanya yang dibagi berdasarkan kemampuan tingkat pemula sebanyak 45 orang dan tingkat menengah sebanyak 30 orang. Mereka akan diseleksi melalui pendaftaran terbuka.
Selama proses inkubasi mereka akan diajar oleh animator-animator profesional dari Korea Selatan dan Indonesia. Kelas akan dibuka dalam dua kelompok ajar, kelompok satu selama 10 minggu sementara kelompok dua selama enam minggu ke depan.
Museum Kebangkitan Nasional akan menjadi lokasi proyek perintis Rumah Indonesiana di Jakarta yang resmi dirilis hari ini. Ada dua ruangan di Museum Kebangkitan Nasional yang disulap menjadi ruang kelas dengan belasan komputer berjajar sebagai media pembelajaran.
Pemilihan Museum Kebangkitan Nasional sebagai lokasi inkubasi pun tidak terlepas dari sejarah gedung ini. Gedung yang dibangun tentara Zeni Angkatan Darat Hindia Belanda pada 1899 dan selesai pada 1902 ini dulunya adalah sekolah kedokteran bagi pribumi yang diberi nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Dokter Djawa School.
”Sekarang, di tempat ini kita bersama-sama menatap masa depan, dengan kreativitas kita bisa menghadapi tantangan global bersama-sama,” kata Hilmar.
Direktur Hallyu Support Division, Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Republik Korea Selatan, Sim Min-seok menilai, program ini juga bisa menjadi sarana pertukaran ilmu dan budaya, khususnya terkait perkembangan dunia animasi.
”Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kaya, ini akan menjadi menarik jika dikembangkan menjadi animasi yang menarik anak muda,” kata Min-seok.
Sekretaris Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek, Fitra Arda menambahkan, keterlibatan pemerintah daerah sangat penting karena harus menjadi fasilitator untuk pemajuan kebudayaan khususnya yang dilakukan oleh generasi muda.
Melalui program ini, diharapkan para pembuat konten lokal dapat lebih meningkatkan kualitas konten yang dikemas dari cerita dan kekayaan budaya lokal, serta memperluas jejaring untuk berkolaborasi.
”Yang terpenting adalah meningkatnya kesadaran para pembuat konten digital akan pentingnya pelestarian budaya yang kita miliki,” kata Fitra.