Perjalanan Bisa Jadi Cara Terbaik untuk Mencegah Penuaan
Studi terbaru membuktikan bahwa bepergian dapat memperlambat tanda-tanda penuaan dini.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para peneliti telah membuktikan bahwa bepergian dapat menjadi cara yang terbaik untuk melawan penuaan dini. Dengan bepergian, seseorang akan mendapatkan berbagai manfaat kesehatan yang positif, termasuk untuk memperlambat tanda-tanda penuaan.
Hal itu dibuktikan melalui studi yang dipublikasi pada 8 Agustus 2024 di theJournal of Travel Research. Studi tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Edith Cowan, Australia.
”Penuaan merupakan sebuah proses yang tidak dapat diubah. Akan tetapi, meskipun tidak dapat dihentikan, proses (penuaan) ini bisa diperlambat,” ujar kandidat doktor dari Universitas Edith Cowan, Fangli Hu, seperti yang dikutip dari ScienceDaily, Jumat (6/9/2024).
Lewat studi interdisipliner yang dilakukan berdasarkan teori entropi—terkait proses perubahan energi—pada bidang pariwisata, para peneliti membuktikan bahwa perjalanan memberikan manfaat kesehatan, baik fisik, mental, maupun sosial, sehingga dapat memperlambat tanda penuaan pada seseorang.
Pengalaman perjalanan yang menyenangkan dan positif itu mampu mempertahankan keadaan entropi yang rendah. Namun, sebaliknya, apabila pengalaman perjalanan cenderung negatif, itu justru bisa meningkatkan entropi yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Fangli Hu menyampaikan, pengalaman perjalanan yang positif dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental seseorang melalui interaksi dengan lingkungan yang baru, keterlibatan dan aktivitas fisik dan interaksi sosial, serta pengembangan emosi yang positif. Manfaat ini sebenarnya telah diakui pula dengan adanya wisata kebugaran, wisata kesehatan, dan wisata yoga.
”Wisata tidak hanya tentang waktu luang dan rekreasi. Lebih dari itu, pariwisata juga dapat berkontribusi bagi kesehatan fisik dan mental seseorang,” ucapnya.
Wisata bukan hanya tentang waktu luang dan rekreasi. Lebih dari itu, pariwisata juga dapat berkontribusi bagi kesehatan fisik dan mental seseorang.
Ia mengatakan, pengalaman perjalanan yang positif dapat membantu tubuh mempertahankan keadaan entropi yang rendah. Ketika berwisata, orang akan dikenalkan dengan lingkungan yang baru dan kegiatan yang menenangkan. Dengan suasana baru dapat merangsang respons stres menjadi lebih baik sekaligus meningkatkan laju metabolisme.
Pengalaman tersebut akan memicu pula respons sistem imun yang adaptif. Kemampuan tubuh untuk memahami dan mempertahankan diri terhadap ancaman eksternal juga bisa ditingkatkan.
”Sederhananya, sistem pertahanan diri menjadi lebih kuat. Hormon yang mendukung perbaikan dan regenerasi jaringan dapat dilepaskan dan meningkatkan fungsi sistem penyembuhan diri,” tutur Fangli Hu.
Aktivitas rekreasi dalam perjalanan akan membantu tubuh untuk meringankan stres kronis, meredam aktivitas berlebihan pada sistem kekebalan tubuh, serta mendorong fungsi normal dari sistem pertahanan diri. Dengan berekreasi, tubuh berpotensi untuk melepaskan ketegangan dan kelelahan pada otot dan persendian. Dengan begitu, keseimbangan metabolisme tubuh bisa terjaga.
Hal lainnya, saat melakukan perjalanan, seseorang cenderung lebih banyak melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan kaki atau hiking. Dengan lebih banyak beraktivitas fisik, metabolisme tubuh akan meningkat dan energi yang dikeluarkan juga lebih banyak.
”Latihan fisik dapat meningkatkan sirkulasi darah, memperlancar peredaran nutrisi, dan mempertahankan sistem penyembuhan diri yang aktif. Latihan fisik sedang juga bermanfaat bagi tulang, otot, dan sendi, selain mendukung sistem antikeausan pada tubuh,” katanya.
Demensia
Penelitian lain yang juga dilakukan oleh peneliti dari Universitas Edith Cowan, Australia, menemukan bahwa perjalanan bisa menjadi terapi untuk membantu kesehatan mental dan kesejahteraan seseorang. Perjalanan pula diterapkan dalam terapi pada pasien demensia.
Peneliti utama dalam studi tersebut, Jun Wen, mengatakan, terapi yang biasanya diberikan kepada pasien demensia, seperti terapi musik, olahraga, stimulasi kognitif, terapi kenangan, dan adaptasi pada lingkungan, itu semua bisa didapatkan sekaligus ketika sedang berlibur. Karena itu, pengalaman berlibur berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai intervensi pada perawatan demensia.
Saat berlibur di lingkungan baru dengan pengalaman baru, seseorang akan mendapatkan stimulasi kognitif dan sensorik yang baik. Ketika berlibur, biasanya seseorang juga akan meningkatkan aktivitas fisiknya karena lebih banyak berjalan kaki. Selain itu, seseorang juga biasanya akan memilih lingkungan dengan udara yang lebih segar dan paparan sinar matahari yang lebih banyak.
”Segala sesuatu yang dilakukan selama berlibur dapat membantu pasien demensia untuk memperoleh manfaat dari wisata sebagai suatu intervensi terapi,” katanya.