Mencecap Bahagia meski Tak Melihat
Para penyandang disabilitas mendapatkan kesempatan bertemu langsung dengan Paus Fransiskus.
In omnibus amare (dalam segala hal mengasihi)
In omnibus servire (dalam segala hal melayani)
In ominibus amare et servire Domino (dalam segala hal mengasihi dan melayani Tuhan)
Dengan iringan piano, lirik-lirik itu berkumandang menyambut datangnya Paus Fransiskus di Aula Henry Soetio, Kantor Konferensi Waligereja Indonesia, Jakarta, Kamis (5/9/2024). Lagu berjudul ”Amare et Servire” tersebut dilambungkan oleh kelompok paduan suara Laetitia Disability Choir (LDC). Mereka terdiri dari 21 penyandang disabilitas tunanetra dan low vision.
Bernadus Dustin (22), salah satu yang bertugas mengisi suara tenor dalam kelompok paduan suara tersebut, tidak menyangka mendapatkan momentum langka bertemu Paus secara langsung. Selama ini, ia hanya mendengar Paus Fransiskus sebagai pemimpin umat Katolik sedunia.
”Hari ini bertemu dengan Paus. Saya senang sekali dan sangat gembira. Mungkin ini salah satu sejarah dalam hidup saya yang bisa saya bagikan,” kata Dustin.
Dari empat lagu yang dibawakan, Dustin merasa tersentuh dengan lagu ”Remember Me” ciptaan Deborah Govenor yang dibawakan sebelum Paus datang. Selain itu, ia juga merasa tersentuh dengan lagu ”Amare et Servire”. Apalagi, lagu tersebut dibawakan sebagai pengantar Paus masuk.
Baca juga: Paus Fransiskus Serukan Kasih dalam Olimpiade Akbar Kehidupan
Untuk bisa membawakan lagu-lagu tersebut dengan baik, Dustin bersama teman-teman penyandang disabilitasnya berlatih dengan keras. Saban Selasa pukul 09.30-11.00 WIB, LDC mengadakan latihan rutin bersama di kompleks gedung karya sosial Katedral Jakarta.
Bagi Dustin, kedatangan Paus amat bermakna, terutama bagi mereka yang terpinggirkan. ”Paus datang sebagai salah satu bentuk kepeduliannya terhadap teman-teman disabilitas yang kurang mampu. Dan, bukan hanya teman-teman disabilitas, melainkan juga orang-orang yang tidak mampu juga,” tuturnya.
Walau (mereka) tak melihat, dengan kehadiran Paus dapat menjadi anugerah tersendiri. Mereka semua merasa bangga, terharu sekaligus sangat antusias, walau tidak melihat.
Anastasia Sri Priharyanti, penanggung jawab LDC, menceritakan, pada pertengahan Juli 2024, KWI meminta LDC untuk bernyanyi menyambut kedatangan Paus. Kabar tersebut lantas disambut dengan penuh sukacita oleh para anggota LDC.
”Walau (mereka) tak melihat, dengan kehadiran Paus dapat menjadi anugerah tersendiri. Mereka semua merasa bangga, terharu sekaligus sangat antusias, walau tidak melihat,” ujarnya.
Baca juga: Bela Rasa Paus Fransiskus Jembatani Kesetaraan
Kehadiran Paus kiranya dirasakan dengan hangat dalam hati mereka. Dengan semangat kasih dan pelayanan, para penyandang disabilitas itu pun dapat merasakan secercah kebahagiaan yang tercurah melalui kidung-kidung nyanyian.
Terdapat empat lagu yang dibawakan oleh LDC, yakni ”Remember Me”, ”Arbab”, ”Amare et Servire”, serta ”Hujan Berkat”. Lagu ”Hujan Berkat” yang dibawakan saat Paus menyalami satu per satu para penerima manfaat dipilih berdasarkan pengalaman LDC yang merasakan berkat tersendiri, yakni bernyanyi untuk Paus.
”Kami ingin memberikan sesuatu dari kekurangan, tetapi justru itu yang menjadi kelebihan dari teman-teman karena bernyanyi dari hati,” ujarnya.
Yanti menambahkan, LDC yang telah berdiri sejak 1992 itu menganut semangat laetitia atau berarti sukacita. Artinya, kelompok paduan suara tersebut diharapkan dapat terus melambungkan pujian dengan penuh sukacita.
Baca juga: Serasa di GBK Bersama Paus Fransiskus meski dari Layar
Pelatih LDC, Grace Prihadi, turut merasakan sukacita ketika lagu-lagu yang dilatihnya selama ini dapat dibawakan dengan baik. Bagi dia, LDC seakan sudah menjadi keluarganya tersendiri. Ia juga bersyukur lantaran para penyandang disabilitas tersebut mampu belajar bernyanyi dengan cepat.
”Ketika latihan, mereka dapat mengikuti dengan cepat karena mereka semua by hearing. Saya hanya mencontohkan per bagian sopran, alto, tenor, dan bas, baru melatihnya satu per satu. Mereka belajar cepat sekali karena mereka antusias,” tutur Grace yang telah melatih LDC sejak 2021.
Sukacita dalam perjumpaan dengan Paus Fransiskus itu turut dialami tiga anak dari Panti Asuhan Bhakti Luhur, Kabupaten Tangerang, Banten. Ketiga anak itu juga merasa beruntung. Sebab, salam dan berkat mereka terima langsung dari Bapa Suci Paus Fransiskus.
Baca juga: Si Kecil dengan Keberuntungan Besar
Adriana, misalnya, merasa senang dapat bertemu dengan sosok yang ia dambakan sejak kecil. Meski tidak melihatnya secara langsung, genggaman tangan Paus dan berkat kudus yang dilayangkannya tinggal dalam hati Adriana.
”Perasaannya seneng banget. Waktu aku masih kecil, aku sudah berharap pengin ketemu Bapa Paus. Eh, akhirnya terwujud sekarang,” ujarnya.
Baca juga: Paus Fransiskus Serukan Kasih dalam Olimpiade Akbar Kehidupan
Hal serupa turut dialami oleh Imelda, penyandang disabilitas low vision. Ia merasa senang sekali lantaran tidak semua orang dapat berjumpa langsung dengan Paus Fransiskus. Perasaan tersebut tumpah ruah sampai-sampai Imelda tak mampu mengucapkan kata-kata ketika Paus menyalaminya dengan hangat dan memberikan rosario.
Suster Maria Emerinsia ALMA, pendamping anak-anak itu, pun merasa bersyukur lantaran mendapatkan kesempatan dan anugerah yang amat berharga ini. Salah satu pesan dari Paus Fransiskus yang mengena baginya ialah dalam keadaan apa pun tetap bersemangat untuk melayani.
Melukis Paus
Tak hanya menemui para penyandang disabilitas, para orang sakit, kaum lanjut usia, serta kaum papa-miskin, Paus Fransiskus juga meninggalkan guratan salib di atas selembar kanvas. Dari guratan itu, kuas-kuas Anfiled Wibowo (19) lantas menari dan mencipta guratan-guratan baru.
Sampai akhirnya, sosok Paus Fransiskus terlukis jelas di situ hanya dalam 15 menit. Lukisan tersebut rencananya akan diberikan sebagai hadiah untuk Sri Paus.
Mardonius Tri Tjahyo Adi, ayah Anfield, menceritakan, sejak kecil Anfield gemar mencoret-coret dengan pensil dan krayonnya. Barulah pada usia 7 tahun, Anfiled mulai mengenal kanvas sebagai alas luapan imajinasinya.
”Dia sejak kecil suka dengan cerita Alkitab dan tokoh-tokoh di dalamnya. Lalu, saya mulai mengenalkan dia dengan sosok Paus dan sekarang sudah ada 12 karya tentang Paus. Saat tahu Paus akan ke sini, dia sangat senang,” ujarnya.
Mardonius atau akrab disapa dengan Doni melihat Anfiled sangat gembira dan antusias ketika melanjutkan garis yang telah dibuat oleh Paus. Tidak seperti biasanya, Anfield mampu menyelesaikan lukisannya dalam 15 menit.
Baca juga: Paus Fransiskus Nyalakan Pengharapan Sumarsih dan Keluarga Korban Pelanggaran HAM
Bagi Doni, anak semata wayangnya itu tak pernah ragu dalam menuangkan idenya dalam garis dan bentuk. Sebab, kata Doni, Tuhan telah memberikan keunikan kepadanya, yakni tunarungu dan autisme yang membuatnya lebih fokus serta berani dalam berkarya.
”Semoga kedatangan Paus membuat Anfiled tetap berkarya karena itu passion-nya. Ternyata skill-nya diapresiasi oleh gereja dan masyarakat, biar dia semangat,” katanya.
Teman-teman penyandang disabilitas kerap dipandang sebelah mata. Kekurangan yang dimiliki telah beralih rupa menjadi kelebihan. Mereka berkesempatan berjumpa langsung dengan Paus Fransiskus.
==============================================================
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Group Pembaca Kompas ”Liputan Khusus Kunjungan Paus”. Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.