Manusia Bisa Hidup dengan Satu Paru-paru, seperti Dialami Paus Fransiskus
Paus Fransiskus menjalani pengangkatan paru-paru di usia muda. Bagaimana seseorang bisa hidup dengan satu paru-paru?
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Paus Fransiskus yang baru saja melakukan perjalanan apostolik ke Indonesia selama ini hidup dengan satu paru-paru. Pada usia muda, Paus Fransiskus harus menjalani pengangkatan sebagian paru-parunya akibat infeksi yang dialami.
Namun, bagaimana seseorang bisa hidup dengan satu paru-paru? Dokter spesialis paru-paru dari Loyola University Medical Center, AS, Daniel Dilling, dalam ScienceDaily mengatakan, seseorang yang hidup dengan dua paru-paru memiliki banyak fungsi cadangan. Akan tetapi, jika ada satu paru-paru yang diangkat, seseorang masih bisa hidup dengan normal. Seseorang yang hidup dengan satu paru-paru tetap bisa menjalani kehidupan normal dan produktif tanpa sesak napas atau gejala lainnya.
Meski begitu, orang yang hidup dengan satu paru-paru bisa berisiko jika mengalami penyakit atau gangguan pada paru-paru di kemudian hari. Organ paru-paru tidak lagi memiliki kapasitas cadangan untuk mengompensasi hilangnya fungsi paru akibat penyakit tersebut.
Kepala Bedah Jantung dan Toraks di Ronald Reagan dari University of California, Los Angeles, Richard Shemin menuturkan, seseorang yang menghabiskan seluruh hidupnya dengan satu paru-paru biasanya bisa beradaptasi dengan baik. ”Itu dengan asumsi mereka tidak merokok dan melakukan segala hal agar faktor lingkungan tidak merusak paru-paru mereka,” ucapnya.
Pada orang yang salah satu paru-parunya telah diangkat, tubuh akan beradaptasi sehingga fungsi paru-paru yang tersisa akan meningkat. Satu paru-paru yang sehat dapat menyalurkan cukup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida agar tubuh tetap sehat.
Ahli paru di David Geffen School of Medicine, University of California, Los Angeles, John Belperio, dalam Los Angeles Times mengatakan, orang sehat dengan dua paru-paru akan mengeluarkan sekitar 4 liter udara, sementara orang sehat dengan satu paru-paru akan mengeluarkan antara 2,5 liter sampai 2,75 liter udara. Namun, seseorang sebenarnya cukup mengembuskan sekitar 1,5 liter udara untuk bisa bertahan hidup dalam waktu yang lama.
”Orang dapat hidup dengan satu paru-paru dan biasanya hal itu tidak mengganggu kehidupan seseorang. Mereka bisa hidup sama lamanya dengan orang normal. Biasanya, mereka dapat berolahraga, tergantung pada kondisi mereka, cukup mirip dengan orang normal,” tuturnya.
Orang dapat hidup dengan satu paru-paru dan biasanya hal itu tidak mengganggu kehidupan seseorang. Mereka bisa hidup sama lamanya dengan orang normal.
Bahkan, Belperio menambahkan, hidup dengan satu paru-paru pun tidak akan membatasi kemampuan seseorang untuk bekerja dengan jadwal yang padat dan sering bepergian. Pada kondisi Paus Fransiskus, risiko akan meningkat jika sampai tertular gangguan fungsi paru, seperti pneumonia atau flu yang serius.
”Kapasitas cadangan paru-paru yang dimiliki tidak sebanyak orang dengan dua paru-paru. Dibandingkan dengan orang yang memiliki fungsi paru-paru 100 persen, orang dengan satu paru-paru memiliki 60 persen sampai 70 persen,” katanya.
Operasi pengangkatan salah satu paru-paru yang disebut lobektomi biasanya dilakukan akibat kanker, cedera, ataupun kondisi lainnya. Namun, saat ini, tindakan pengangkatan paru-paru jarang dilakukan akibat kondisi infeksi.
Tindakan tersebut mungkin umum dilakukan pada puluhan tahun lalu untuk mengobati tuberkulosis atau penyakit infeksi lain karena belum adanya obat yang efektif untuk mengatasi hal tersebut.
Risiko
Meskipun seseorang bisa hidup dengan satu paru-paru, terdapat beberapa risiko yang perlu diperhatikan. Publikasi ilmiah di Journal of Cancer pada 2017 yang dikutip oleh Medical News Today mencatat, pembedahan yang dilakukan pada proses pengangkatan paru-paru bisa berisiko tinggi mengakibatkan komplikasi ataupun kematian.
Komplikasi yang ditimbulkan adalah gagal napas, perdarahan berlebihan dan syok, irama jantung abnormal atau aritmia, aliran darah berkurang, gumpalan darah di paru-paru, dan radang paru. Tindakan anestesi dari operasi juga bisa menimbulkan risiko.
Proses pemulihan yang baik sangat penting untuk memastikan seseorang yang mendapatkan tindakan pengangkatan paru-paru bisa beraktivitas kembali dengan normal. Akan tetapi, kapasitas paru-paru yang tidak seoptimal sebelumnya dapat membuat orang tersebut menjadi mudah sesak napas, terutama saat berolahraga dengan intensitas tinggi.
Upaya untuk mencegah faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru pun harus lebih diperhatikan pada orang dengan satu paru-paru. Pastikan untuk menghindari paparan asap rokok, baik langsung maupun tidak langsung, hindari paparan polusi, serta mencegah infeksi yang bisa berdampak pada fungsi paru.