Integrasi Data Kualitas Udara dalam Aplikasi Satu Sehat
Integrasi data kualitas udara dilakukan lewat aplikasi SatuSehat. Masyarakat bisa memantau kualitas udara di lingkungan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Integrasi data kualitas udara sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah polusi udara di masyarakat. Selama ini, data kualitas udara tersedia di berbagai platform dengan standar yang berbeda sehingga proses monitoring sulit dilakukan. Karena itu, kolaborasi integrasi data ini mulai diinisiasi, salah satunya, melalui integrasi data dalam aplikasi SatuSehat.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat membuka acara diskusi bertajuk ”Collective Action to Tackle Air Pollution” di Jakarta, Jumat (6/9/2024) mengatakan, pemerintah mulai mengintegrasikan data kualitas udara, khususnya terkait data PM2.5. Data yang diintegrasikan ialah data yang dimiliki Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta data dari pihak swasta.
”Lewat integrasi data ini, indeks polusi udara akan dimasukkan dalam platform Satu Sehat. Masyarakat bisa mengakses data ini untuk mendapatkan data kualitas udara pada waktu yang nyata. Ini sekaligus bisa meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko beraktivitas di luar ruangan saat berada di daerah yang tercemar,” ujarnya.
Lewat integrasi data ini, indeks polusi udara akan dimasukkan dalam platform Satu Sehat. Masyarakat bisa mengakses data ini untuk mendapatkan data kualitas udara pada waktu yang nyata.
Selain itu, Budi menyampaikan, kemampuan laboratorium akan ditingkatkan untuk menganalisis data sumber polutan. Pengujian sampel udara bervolume tinggi (Hvas) semakin diperluas untuk mengukur partikel udara yang berukuran kecil. Pengujian juga bisa dilakukan melalui teknik fluoresensi sinar-X.
Lewat pemanfaatan teknologi-teknologi tersebut diharapkan analisis terhadap tipe dan sumber polutan yang ada di masyarakat bisa lebih tepat. Tindakan dan intervensi pun bisa secara efektif mengurangi sumber polusi udara.
Budi menuturkan, secara bersamaan, upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya polusi udara terus dijalankan. Masyarakat diajak untuk melindungi diri dari bahaya polusi udara, termasuk dengan menggunakan masker jenis KN94 dan KN95 yang efektif bisa mengurangi paparan polutan berbahaya.
”Kita harus bisa berkomitmen bersama untuk mewujudkan udara yang bersih dan masa depan yang lebih cerah,” katanya.
Co-founder Bicara Udara Ratna Kartadjoemena menyampaikan, Indonesia masih membutuhkan lebih banyak data kualitas udara. Saat ini, Indonesia hanya memiliki 5 persen stasiun pemantauan kualitas udara dari jumlah yang dibutuhkan.
Inventarisasi data emisi udara pun diperlukan dengan alokasi sumber daya yang lebih luas. Khusus penanganan masalah polusi udara di Jakarta, sumber daya yang dimiliki harus diperluas pada wilayah aglomerasi perkotaan Jabotabekpunjur.
”Polusi udara bersifat lintas batas. Kolaborasi diperlukan. Di Jakarta sendiri, masalah polusi udara akibat transportasi memerlukan koordinasi banyak pemangku kepentingan. Menangani polusi di berbagai sektor di seluruh Indonesia menuntut kerja sama yang lebih luas,” tutur Ratna.
Secara terpisah, Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Rachmat Kaimuddin menyampaikan, pemerintah telah berupaya menggunakan sumber daya yang ramah lingkungan serta meningkatkan pendanaan untuk mendorong penggunaan transportasi umum yang lebih luas. Upaya untuk mengurangi polusi yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) juga menjadi perhatian utama pemerintah.
”Kita perlu memperbanyak penelitian dan studi untuk memvalidasi solusi hemat biaya terbaik untuk mengurangi polusi udara karena PLTU dan gas buang kendaraan,” ucapnya.
Dampak kesehatan
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyatakan, polusi udara merupakan masalah yang serius bagi masyarakat. Kualitas udara yang buruk dapat menurunkan angka harapan hidup masyarakat.
Pada masyarakat di Jakarta, misalnya, angka harapan hidup masyarakat berkurang lima tahun akibat kualitas udara yang sangat buruk. Jakarta masuk dalam 10 besar dari kota dengan kualitas udara yang terburuk di dunia.
Berbagai penyakit yang mengancam jiwa yang terkait dengan polusi udara juga meningkat di masyarakat. Misalnya, gangguan saluran napas, penyakit jantung dan stroke, kanker, serta kematian pada bayi. Sekitar 10 dari 1.000 kematian bayi baru lahir terjadi terkait paparan polusi udara.
Data lain menunjukkan bahwa polusi udara turut bertanggung jawab atas 7 juta kematian dini setiap tahun di dunia. Di Indonesia, polusi udara menyebabkan beban ekonomi sekitar 4 juta dollar AS per tahun dari biaya perawatan kesehatan dan produktivitas masyarakat yang hilang.
”Mengatasi masalah polusi udara ini bukan masalah yang mudah. Bukan berarti dengan menurunkan polusi udara, angka penyakit akan langsung turun. Kita butuh waktu untuk bersama-sama berupaya memperbaiki kualitas udara di lingkungan kita,” tutur Dante.