BNPB Edukasi Warga Pesisir Bersiap Hadapi Potensi Gempa ”Megathrust”
Simulasi serentak dilakukan di empat daerah pesisir Sumatera dan Jawa untuk siap menghadapi potensi gempa ”megathrust”.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana menggelar simulasi evakuasi mandiri kepada masyarakat untuk memitigasi potensi gempa besar megathrust di Indonesia. Edukasi kebencanaan ini dilakukan agar masyarakat siap menghadapi gempa yang sampai sekarang tidak bisa diprediksi.
Simulasi dilakukan serentak di empat daerah, yakni di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat; Kabupaten Pandeglang, Banten; Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat; dan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Simulasi ini melibatkan ratusan warga, khususnya yang tinggal di daerah pesisir, agar siap menghadapi bencana.
”Kesiapsiagaan tidak hanya jadi pembelajaran dan latihan sekali seumur hidup, tapi harus menjadi budaya dan pelajaran seumur hidup,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar, dalam keterangannya, Jumat (6/9/2024).
Ini bisa terjadi kapan saja. Namun, kita juga jangan panik dan tetap tenang.
Anak-anak, guru, nelayan, pedagang, hingga unsur perangkat daerah meninggalkan keseharian sejenak untuk mengikuti simulasi. Mereka belajar merencanakan mekanisme evakuasi mandiri, membuat jalur evakuasi, memelihara tempat penampungan, dan melatih kembali komunikasi risiko berbasis komunitas.
Kentongan, pengeras suara masjid, hingga lonceng gereja dibunyikan sebagai penanda masyarakat untuk bersiap saat terjadi gempa. Para warga yang sedang beraktivitas sontak berhamburan untuk berusaha menyelamatkan diri.
Warga yang sudah mendapatkan pelatihan menjadi lebih terorganisasi dalam melakukan evakuasi mandiri. Hal ini terlihat dari warga yang mencari tempat perlindungan awal terlebih dahulu sebelum gempa berhenti dirasakan.
Mereka diarahkan untuk langsung mengambil tas siaga bencana, lalu berkumpul di titik kumpul yang sudah ditentukan di tempat masing-masing. Evakuasi diprioritaskan kepada kaum rentan seperti ibu hamil, anak-anak, dan lansia.
Adapun tas siaga bencana ini minimal berisi surat-surat penting (ijazah, surat tanah, surat kendaraan, atau surat yang bersifat penting). Kemudian, kotak obat-obatan pribadi; makanan ringan tahan lama (mi instan, biskuit, dan abon); alat bantu penerangan (senter, lampu kepala atau headlamp, korek api, dan lilin); pakaian untuk tiga hari; dan air minum.
Isi tas lainnya ialah peluit untuk alat bantu meminta pertolongan saat darurat, masker, perlengkapan mandi, alat bantu penerangan, dan radio atau ponsel beserta sumber pengisian daya (powerbank).
Sarana dan prasarana penunjang juga turut digunakan untuk mengangkut korban ataupun memberikan penanganan darurat kepada warga yang luka-luka akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Tak lama berselang, tim SAR gabungan juga tiba untuk membantu mempercepat evakuasi darurat.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Lukmansyah menegaskan, Indonesia dikelilingi zona pertemuan antarlempeng yang memungkinkan terjadinya gempa besar dan memicu tsunami. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada pertengahan Agustus mengungkapkan, segmen megathrust tinggal menunggu waktu lepas. Misalnya, megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut sangat berpotensi terjadi gempa besar.
”Ini bisa terjadi kapan saja, tidak ada yang bisa memprediksi waktu dan besarnya gempa yang akan terjadi. Namun, kita juga jangan panik dan tetap tenang,” kata Lukmansyah.
Dalam kesempatan ini BNPB turut memberikan bantuan kepada pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai berupa dukungan operasional dana siap pakai sebesar Rp 200 juta serta logistik dan peralatan meliputi 2 tenda pengungsi, 30 tenda keluarga, 30 velbed, 200 matras, 200 selimut, 2 unit light tower, 2 genset, 50 kasur lipat, 200 paket hygene kit,dan 200 paket sembako.
Di Cilacap, BNPB memberikan bantuan penanganan bencana berupa dukungan dana siap pakai sebesar Rp 200 juta, logistik, dan peralatan kepada Pemerintah Kabupaten Cilacap berupa tenda pengungsi, tenda keluarga,velbed, matras, selimut, light tower, genset, kasur lipat, hygiene kit, dan sembako.
Kemudian, di Pandeglang, BNPB memberikan dukungan logistik dan peralatan penanganan siaga darurat bencana hidrometeorologi, geologi, atau megathrust kepada Pemerintah Kabupaten Pandeglang berupa 2 tenda pengungsi, 30 tenda keluarga, 30 velbed, 2 light tower, 2 genset, 200 matras, 200 selimut, 50 kasur lipat, 200 paket hygiene kit, 200 paket sembako, serta dana siap pakai sebesar Rp 200 juta.
Di Pangandaran, logistik dan peralatan yang diserahkan terdiri dari sembako 200 paket, hygine kit 200 paket, selimut 200 lembar, matras 200 lembar, kasur lipat 50 lembar, velbed 30 unit, genset 2 unit, light tower 2 unit, tenda pengungsi 4 unit, dan tenda keluarga 30 unit, serta dana siap pakai sebesar Rp 200 juta.