Pelestarian Naskah Kuno oleh Perpustakaan Nasional Diakui UNESCO
Perpustakaan Nasional melestarikan naskah kuno yang dimiliki bangsa. Penghargaan UNESCO pun diraih.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelestarian dan perluasan akses terhadap naskah Nusantara yang dilakukan Perpustakaan Nasional untuk menyelamatkan dan meningkatkan akses warisan dokumenter selama dua dekade terakhir mendapat pengakuan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO). Perpustakaan Nasional Republik Indonesia meraih penghargaan Jikji Memory of the World Prize edisi ke-10 tahun 2024 di Cheongju, Korea Selatan.
Penghargaan sebagai laureate of the 2024 Jikji Memory of the World Prize diterima langsung oleh Pelaksana Tugas Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz yang didampingi Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas Aditia Gunawan. Penghargaan ini diserahkan oleh Direktur Warisan Dokumenter UNESCO Fackson Banda pada Rabu (4/9/2024).
Perpusnas menjadi lembaga kesepuluh di dunia yang mendapatkan anugerah ini sekaligus yang pertama dari Indonesia. Para juri menilai kontribusi luar biasa Perpusnas terhadap usaha pelestarian dan perluasan akses terhadap naskah Nusantara, melalui program ekstensif dalam penyelamatan dan peningkatan akses warisan dokumenter selama dua dekade terakhir.
”Perpusnas berhasil menjadi pemenang dari 49 nominator dari 49 negara,” ujar Banda.
Jikji Prize disponsori oleh Pemerintah Kota Cheongju. Nama hadiah terinspirasi dari buku Jikji, sebuah kitab cetakan metal bergerak pertama yang diproduksi pada 1377 di kota Cheongju. Kitab ini berisi tentang ajaran Buddha yang telah didaftarkan sebagai Memory of the World pada 2001.
Jikji Prize adalah penghargaan yang diberikan oleh UNESCO kepada individu, institusi, atau lembaga swadaya masyarakat di negara anggota yang berkontribusi secara signifikan terhadap upaya pelestarian dan perluasan akses warisan dokumenter, termasuk naskah kuno.
Dimulai sejak 2004, Jikji Prize diselenggarakan setiap dua tahun. Tujuan utamanya adalah membangkitkan kesadaran tentang warisan dokumenter yang berharga bagi kemanusiaan. Hingga 2022, tercatat sembilan lembaga di dunia yang mendapat penghargaan ini.
Penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World diberikan untuk memperingati pencantuman Buljo Jikji Simche Yojeol, sebuah karya tertulis Korea yang diakui sebagai buku tertua yang dicetak dengan menggunakan huruf logam yang dapat dipindahkan. Dengan dukungan dana 30.000 dollar AS, yang diberikan oleh Republik Korea melalui kota Cheongju, penghargaan ini bertujuan untuk menghargai upaya-upaya yang berkontribusi pada pelestarian dan peningkatan akses warisan dokumenter sebagai warisan bersama umat manusia.
Capaian Perpusnas yang digarisbawahi oleh dewan juri internasional adalah program-program penyebarluasan informasi naskah Nusantara bagi berbagai kalangan. Hingga 2023, Perpusnas telah menghasilkan 710 buku yang berbasis naskah Nusantara, baik berupa alih aksara, alih bahasa, kajian, dan saduran. Bahkan, pada 2024, sebanyak 100 buku seri komik berbasis naskah akan diterbitkan.
Penting untuk menjaga nilai-nilai dari naskah kuno agar diwariskan kepada generasi mendatang yang dapat dijadikan pelajaran untuk masa kini dan masa depan.
Dewan juri internasional yang memberikan rekomendasi atas penghargaan ini juga mengakui dedikasi Perpusnas dalam pelestarian dan penyebaran informasi naskah Nusantara melalui berbagai program, termasuk festival naskah nasional, publikasi yang luas, serta inisiatif pendidikan untuk anak-anak dan pemuda.
Jendela memahami sejarah
Secara terpisah, Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay menyoroti pentingnya manuskrip sebagai jendela untuk memahami sejarah, budaya, dan pengalaman hidup masa lalu. ”Upaya kolektif kita untuk meningkatkan pelestarian dan aksesibilitas terhadap warisan dokumenter harus terus berlanjut. Saya mengucapkan selamat kepada Perpusnas atas penghargaan yang layak diterima ini,” ujar Azoulay.
Azoulay menambahkan, warisan dokumenter merupakan jendela unik dan tak tergantikan yang dapat memperlihatkan sejarah yang memberikan wawasan ke dalam pemikiran, budaya, dan pengalaman hidup dari masa lalu. Upaya kita untuk bersama-sama meningkatkan pelestarian dan peningkatan akses warisan dokumen ini harus terus dilanjutkan. ”Saya mengucapkan selamat kepada Perpustakaan Nasional Indonesia atas keberhasilan meraih penghargaan ini” kata Azoulay.
UNESCO mendirikan program Memori Dunia pada tahun 1995 untuk membantu melestarikan warisan dokumenter dunia, sebuah repositori yang kaya akan memori kolektif. Dokumen ini, baik dalam bentuk tertulis, audio, maupun visual, sangatlah rapuh dan memerlukan kerja sama global yang terkoordinasi dengan baik untuk memastikan keberlangsungan hidup dokumen tersebut serta akses berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Pemanfaatan naskah kuno
Aminudin yang dihubungi dari Jakarta, Kamis (5/9/2024), menuturkan, penghargaan Jikji Memory of the World Prize tersebut merupakan kehormatan bagi Indonesia, khususnya Perpusnas. ”Kami menyambut gembira karena pekerjaan yang telah kami lakukan selama beberapa tahun terakhir dalam mengumpulkan, melestarikan, mengonservasi, dan menghadirkan warisan di Indonesia diakui sebagai tak ternilai dan layak diapresiasi oleh UNESCO dan kota Cheongju melalui penghargaan ini,” ujar Aminudin.
Lebih lanjut, Aminudin mengatakan, penghargaan internasional ini datang pada saat yang tepat seiring dengan grand design baru yang telah disusun Perpusnas untuk beberapa tahun ke depan, yang menetapkan naskah Nusantara sebagai program prioritas. Pengarusutamaan naskah Nusantara yang dimiliki bangsa Indonesia ini untuk memaksimalkan manfaat naskah kuno bagi publik.
”Penting untuk menjaga nilai-nilai dari naskah kuno agar diwariskan kepada generasi mendatang yang dapat dijadikan pelajaran untuk masa kini dan masa depan,” ujar Aminudin.
Menurut Aminudin, di dalam negeri masih banyak daerah yang menyimpan naskah Nusantara, baik yang ada di perorangan, komunitas, maupun pemerintah daerah. Perpusnas mendata sekitar 82.000 naskah tersebar di berbagai daerah. Perpusnas baru mendata sekitar 13.000, sedangkan yang sudah didigitalisasi baru sekitar 6.500 naskah.
“Kami menghimbau agar individu, komunitas, atau pemda mendaftarkan naskah sehingga kami tahu seperti apa dan tentang apa. Jika sudah terdaftar bisa diolah, melalui perservasi atau naskah yang agak rusak atau ringkih bisa diawetkan atau dilestarikan dan dibuat metadata. Nanti dibaca filolog yang ada Perpusnas atau pegiat naskah Nusantara dari berbagai organisasi dan individu yang punya kompetensi. Nanti bisa jadi rujukan peneliti atau pembaca yang mau tahu isi keseluruhan secara mendetail,” ucap Aminudin.
Lewat pengarustamaan naskah Nusantara, tambah Aminudin, akses pada naskah ini menjadi terbuka baik untuk publik di dalam dan luar negeri. Di luar negeri pun ada catatan naskah Nusantara yang cukup lengkap. Harapannya, Perpusnas menyediakan platform bersama untuk bisa saling mengakses. Kerja sama dengan beberapa negara diharapkan bisa terwujud tahun ini, antara lain dengan Belanda, Paris, Arab Saudi, Mesir, Jerman, dan Inggris.
Aminudin mengatakan, jika semua data naskah Nusantara sudah dimiliki, nantinya naskah sebagai rujukan untuk kegiatan lebih lanjut. Berbagai pemanfaatan itu misalnya untuk riset hingga mendukung gerakan literasi dengan membuatkan buku bacaan berbasis naskah. Di tahun ini, ada 140 komik berbasis naskah kuno yang dibuat anak-anak dan masyarakat tertarik membaca pengetahuan tentang naskah kuno. Ke depannya bisa dikembangkan menjadi film pendek atau bentuk lainnya.