Paus Fransiskus Serukan Kasih dalam Olimpiade Akbar Kehidupan
Paus Fransiskus mengajak semua orang menjadi sang juara kasih dalam ”Olimpiade kehidupan akbar”.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Paus Fransiskus menunjukkan keberpihakannya pada kelompok terpinggirkan atau marginal. Seperti Allah tak pernah meninggalkan manusia, sudah sepantasnya manusia berbela rasa kepada sesama. Oleh sebab itu, ia mengajak tiap orang menjadi juara kasih dalam ”Olimpiade” akbar kehidupan.
Di tengah kunjungan ke Indonesia, Paus Fransiskus menyempatkan diri beraudiensi dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Berbeda dengan helatan sehari sebelumnya yang menekankan dialog, kali ini ia menyapa para penerima manfaat organisasi di Gedung KWI (5/9/2024). Mereka adalah kaum papa dan miskin, kelompok lanjut usia, orang sakit, dan penyandang disabilitas yang mendapat pelayanan dari Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta dan sejumlah kongregasi suster.
Dalam pertemuan itu, Paus Fransiskus menjunjung kelompok disabilitas yang diwakili penyandang tunanetra, Mimi Rusli dan Andrew Natanel yang didiagnosis autisme ringan. Mereka berkesempatan mengungkapkan isi hatinya.
”Kalian adalah bintang yang bersinar di langit Nusantara ini, para anggota yang paling berharga dari gereja ini. Kalian adalah 'harta karunia' dalam kata-kata Santo Laurensius dari masa gereja perdana,” tutur Paus Fransiskus, seperti diterjemahkan Romo Markus Solo Kewuta, SVD.
Ia mengatakan, Allah menciptakan manusia dengan beragam kemampuan unik guna memperkaya dunia. Kelompok disabilitas telah menunjukkan bagaimana berbicara dengan indah pada Yesus sebagai mercusuar harapan manusia.
”Bersama-sama, ketika semua orang melakukan yang terbaik dan kita masih memberikan kontribusi tersendiri dengan memperkaya dan membantu kita menemukan kembali untuk bekerja sama di dunia, gereja, dan keluarga,” ujar Paus Fransiskus.
Ia juga mengapresiasi kedua perwakilan kelompok disabilitas yang menyatakan ungkapan hatinya. Mereka adalah penyandang tunanetra, Mimi Rusli dan Andrew Natanael. Secara khusus, Sri Paus mengajak semua orang untuk mengapresiasi perjuangan dan keberhasilan Andrew yang ikut berkompetisi dalam Paralimpiade.
”Selagi kita bertepuk tangan, mari kita tepuk tangan dengan meriah untuk diri kita sendiri karena kita semua dipanggil untuk menjadi bersama-sama juara kasih dalam olimpiade akbar kehidupan ini,” kata Paus.
Paus berpesan, kita saling membutuhkan satu sama lain. Sifat itu bukanlah hal yang buruk, justru membantu kita makin memahami hal terpenting dalam hidup ini adalah kasih. Dengan cara itu pula, kita mengetahui dan menyadari ada begitu banyak orang baik di sekeliling kita.
”Hal ini juga mengingatkan kita betapa besar Tuhan mengasihi satu per satu dari kita, bahkan dengan keterbatasan dan kesulitan kita. Masing-masing dari kita unik di mata-Nya dan ia tak pernah melupakan kita, tak pernah. Mari kita selalu mengingat hal itu untuk menjaga harapan kita tetap hidup, berjuang tanpa kenal lelah guna membuat hidup kita jadi anugerah bagi orang lain,” tutur Paus.
Seusai menyampaikan pidatonya secara singkat, Paus Fransiskus lantas menyalami semua orang dalam aula pertemuan KWI, termasuk para petugas disabilitas. Sebagian orang dipeluknya. Ia juga memberikan rosario, tanda kenangan dari Vatikan yang diberikan dengan tangannya sendiri sembari duduk di kursi roda.
Kehadiran Paus Fransiskus juga menandai hari ulang tahun KWI yang ke-100. Dalam praktiknya, KWI tak menyelenggarakan selebrasi tertentu, tetapi fokus pada pelayanan bagi orang-orang yang terpinggirkan secara geografis dan psikologis.
”Paus sangat menyambut peristiwa ini karena beliau selalu berbela rasa, memperhatikan, dan mengajak gereja untuk melayani orang-orang yang berada di pinggiran. Hal ini sesuai dengan tema kunjungan Paus, ‘Iman yang kokoh, iman yang teguh menghasilkan persaudaraan sejati’,” ujar Ketua KWI Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC sesudah Paus Fransiskus meninggalkan gedung.
Menurutnya, Paus Fransiskus mengajak semua orang untuk berbela rasa dengan orang-orang yang sungguh menderita, seperti yang diharapkan Mimi untuk tidak meninggalkan kelompok disabilitas. Allah tak pernah meninggalkan manusia, bahkan Dia selalu berbela rasa dengan manusia, sehingga sudah sepatutnya kita pun berbela rasa pada sesama.
Antonius melanjutkan, Paus Fransiskus menghargai pendamping kaum disabilitas dan bertepuk tangan bagi mereka yang telah berjasa. ”Ini ajakan pada kita bahwa kalau kita berbuat baik pada siapa pun, jangan pernah khawatir kalau mengalami kesulitan karena Tuhan tak akan pernah lupa dengan kebaikan-kebaikan kita,” tuturnya didampingi Mgr Adrianus Sunarko, OFM dan Mgr Paskalis Bruno, OFM.
Sebelum pertemuan dengan Paus Fransiskus di Gedung KWI berlangsung, Sekretaris Komisi Sosial KWI Romo Anthonius Steven Lalu menyatakan, Paus hendak berjumpa dengan orang-orang kelompok marginal serta penerima manfaat karya-karya karitas dan cinta kasih gereja.
”Supaya tidak salah kaprah, kegiatan ini bukan membagi bantuan. Bantuan ini sudah mereka dapatkan sepanjang perjalanan ini. Jadi selama ini, mereka sudah ada pelayanan dari gereja,” ujar Steven sebelum Paus tiba.
Bagi penyandang disabilitas, Paus Fransiskus dianggap sebagai seorang bapak yang merangkul karena selalu mengingatkan untuk berbela rasa dengan sesama. Oleh sebab itu, dia dipanggil ”Viva il Papa”, dengan ”Papa” yang berarti ”Bapak”.
Mengutip Paus Fransiskus, Steven mengatakan, tidak boleh ada yang tertinggal, baik penyandang disabilitas maupun orang miskin, sakit, atau berusia lanjut. Kita semua ingin berjalan bersama alias bersinode. Gerakan ini tecermin dari sinode yang dilakukan gereja-gereja Katolik dalam beberapa tahun terakhir.
Bagi penyandang disabilitas, Paus Fransiskus dianggap sebagai seorang bapak yang merangkul karena selalu mengingatkan untuk berbela rasa dengan sesama.
”Tidak ada yang boleh tertinggal atau bahkan ditinggalkan,” kata Steven.
Perjumpaan hari ini menunjukkan bahwa Paus Fransiskus dekat dengan semua orang. Mereka yang selama ini terkadang dipandang sebelah mata karena kerentanannya itu justru dekat dengan Paus.
”Paus Fransiskus juga mencintai semua orang sama seperti Tuhan mencintai semua orang, tidak pilih-pilih kasih. Paus mau menyatakan, ia dekat dengan orang-orang ini (kelompok marginal). Mungkin kita lebih dekat, tapi mereka lebih dekat lagi dengan Paus,” tutur Steven.
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Group Pembaca Kompas ”Liputan Khusus Kunjungan Paus”. Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.