Konsumsi Ikan Selama Kehamilan Turunkan Risiko Autisme pada Anak
Konsumsi ikan selama kehamilan dikaitkan dengan penurunan diagnosis gangguan spektrum autisme pada anak.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi ikan selama kehamilan dikaitkan dengan penurunan diagnosis gangguan spektrum autisme pada anak yang dilahirkan. Namun, para peneliti tidak menemukan hubungan yang sama dengan suplemen yang mengandung asam lemak omega-3.
Penelitian yang dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition pada Selasa (3/9/2024) ini menunjukkan keterkaitan diet pranatal dengan risiko autisme pada anak. Kristen Lyall dari AJ Drexel Autism Institute, Drexel University menjadi penulis pertama kajian ini.
Ikan merupakan sumber penting asam lemak omega-3, nutrisi penting selama kehamilan untuk mendukung kesehatan ibu dan perkembangan saraf anak.
Untuk itu, para peneliti yang tergabung dalam Environmental influences on Child Health Outcomes (ECHO) Cohort ingin melihat apakah rendahnya konsumsi ikan dan penggunaan suplemen omega-3 selama kehamilan terkait diagnosis autisme atau sifat terkait dengan autisme yang dilaporkan orangtua.
”Studi kami berkontribusi pada semakin banyaknya bukti yang menunjukkan peran diet prenatal terkait dengan autisme pada keturunan,” kata Lyall dan tim.
Dalam kajian yang dipublikasikan di Public Health Nutrition pada Maret 2024, tim ECHO Cohort ini mengungkapkan 25 persen dari peserta hamil di Amerika Serikat tak pernah makan ikan atau mengonsumsinya kurang dari sebulan sekali saat hamil. Lebih sedikit peserta mengonsumsi suplemen minyak ikan omega-3.
Peneliti ECHO Cohort Emily Oken, dari Harvard Medical School, yang terlibat dalam dua riset ini menuturkan, rangkaian temuan ini menggarisbawahi perlunya pesan kesehatan masyarakat lebih baik tentang pedoman konsumsi ikan bagi ibu hamil mengingat tren meningkatnya diagnosis autisme di dunia.
Temuan riset
Dalam kajian terbaru tersebut, para peneliti menganalisis data dari sekitar 4.000 peserta. Kemudian tim periset ini meneliti hubungan antara asupan ikan, penggunaan suplemen, dan hasil perkembangan saraf terkait dengan autisme.
Konsumsi ikan dan penggunaan suplemen omega-3 diukur dengan informasi diet yang dilaporkan peserta. Konsumsi ikan peserta dikategorikan sebagai kurang dari sebulan sekali, lebih dari sebulan sekali, tetapi kurang dari seminggu sekali, seminggu sekali, dan dua porsi atau lebih per minggu.
Studi ini memberikan lebih banyak bukti mengenai keamanan dan manfaat konsumsi ikan secara teratur selama kehamilan.
Sekitar 20 persen peserta dewasa melaporkan tidak mengonsumsi ikan, dan sebagian besar melaporkan tidak menggunakan suplemen omega-3 atau minyak ikan.
Kemudian para peneliti mengamati hubungan antara asupan ikan ibu dan penggunaan suplemen minyak ikan omega-3 selama kehamilan dan terjadinya autisme yang didiagnosis dokter dan ciri-ciri terkait autisme yang dilaporkan oleh orangtua.
Ciri-ciri tersebut diukur menggunakan Skala Responsivitas Sosial (SRS), survei yang banyak digunakan yang diselesaikan oleh orangtua atau pengasuh. Skor yang lebih tinggi pada SRS menunjukkan ada lebih banyak perilaku terkait dengan autisme.
Hasil riset menunjukkan, mengonsumsi ikan selama kehamilan terkait kemungkinan lebih rendah bagi keturunan didiagnosis autisme dan sedikit penurunan pada skor SRS total dibandingkan dengan tidak mengonsumsi ikan. Hasil ini konsisten di semua tingkat konsumsi ikan, dari jumlah apa pun.
Hasil kajian juga menunjukkan, tidak ditemukan hubungan signifikan antara suplemen minyak ikan omega-3 dan diagnosis autisme dibandingkan dengan tidak mengonsumsinya.
Berdasarkan kajian ini, para peneliti merekomendasikan ibu hamil mengonsumsi lebih banyak ikan untuk mendapatkan manfaat omega-3. Asupan ikan prenatal merupakan sumber utama asam lemak omega-3 dinilai sangat penting untuk perkembangan otak janin.
”Studi ini memberikan lebih banyak bukti mengenai keamanan dan manfaat konsumsi ikan secara teratur selama kehamilan,” kata Oken. Manfaat lain yang terbukti termasuk risiko kelahiran prematur lebih rendah dan perkembangan kognitif yang lebih baik.
Menurut Oken, bukti terkini menunjukkan bahwa manfaat konsumsi ikan rendah merkuri oleh ibu, atau sebagai gantinya, suplemen omega-3, lebih besar daripada potensi risikonya.