Mengapa Orangtua Harus Membatasi Waktu Anaknya Menatap Layar?
Kita perlu menjadi teladan yang baik dengan mulai membatasi waktu layar dan menunjukkan asyiknya dunia nyata.
Apa yang dapat Anda pelajari dari artikel ini?
- Mengapa kita harus memberi batasan waktu pada anak dalam menatap layar?
- Bagaimana hal ini bisa bermanfaat bagi keluarga?
- Berapa lama waktu menatap layar pada anak yang disarankan?
- Mengapa pengaturan ini sulit dilakukan?
- Apa saja aktivitas alternatif yang bisa dilakukan anak?
Mengapa pembatasan waktu menatap layar penting bagi anak?
Pembatasan waktu menatap layar pada gawai sangat penting bagi anak-anak karena paparan berlebihan dapat berdampak negatif pada pertumbuhan mereka. Upaya yang tak mudah di era digital saat ini perlu terus dilakukan. Hal ini untuk menjaga kesehatan anak-anak kita, mulai dari kesehatan fisik, termasuk indra penglihatan, hingga kesehatan sosial dan emosional mereka.
Menatap layar gawai terlalu lama dapat menyebabkan masalah penglihatan, seperti rabun jauh atau mata minus. Mungkin hal ini yang membuat kita saat ini mudah menemukan anak-anak yang memakai kacamata tebal.
Anak-anak yang mengakses gawai di malam hari sebelum tidur pun biasanya akan mengalami gangguan sulit tidur. Hal ini bisa membawa serentetan masalah pada anak, seperti tidak fokus di sekolah, anak mudah emosi, pertumbuhan terganggu, kelelahan, dan turunnya prestasi.
Kesehatan fisik lain yang bisa ditimbulkan dari mengakses layar gawai terlalu lama yaitu pada kemampuan motorik dan metabolisme mereka. Pembatasan waktu menatap layar (screen time) bisa memberi anak kesempatan untuk bergerak dan menghindari perilaku sedentary.
Dengan mendorong mereka lebih banyak bergerak, anak-anak akan lebih aktif secara fisik. Hal ini akan baik bagi metabolisme dan perkembangan fisiknya yang masih dalam tahap pertumbuhan. Anak-anak yang bergerak secara aktif juga dapat mengurangi risiko obesitas dan meningkatkan kesehatan jasmaninya.
Baca juga: Anak Butuh Orangtua, Bukan Layar
Selanjutnya, anak-anak yang aktif dan mau bergerak/bermain bersama teman-temannya akan berinteraksi serta mengasah keterampilan sosialnya. Gesekan dan pujian dari teman-temannya akan melatih kecerdasan emosionalnya.
Kondisi ini penting untuk pertumbuhan mereka sebagai individu yang seimbang, sehat fisik dan mentalnya.
Bagaimana hal ini bisa bermanfaat bagi keluarga?
Mengurangi waktu menatap layar pada anak selain membawa manfaat bagi anak itu sendiri juga membawa manfaat bagi orangtua dan keluarga. Manfaat itu mulai dari kerekatan (bonding) orangtua dan anak maupun anak dengan anak (saudaranya) hingga mengontrol konten yang dikonsumsi anak.
Anak-anak yang dibatasi waktu menatap layarnya diharapkan memanfaatkan waktunya untuk berinteraksi bersama keluarga. Interaksi ini bisa berupa membaca buku bersama, bermain bersama, berdiskusi/mengobrol, dan sekadar saling bercanda.
Interaksi ini akan meningkatkan waktu berkualitas bersama keluarga yang berdampak positif pada penguatan ikatan emosional dan komunikasi antaranggota keluarga.
Manfaat lain yaitu orangtua dapat lebih mudah mengawasi dan mengontrol konten yang dikonsumsi anak. Hal ini untuk memastikan mereka terpapar pada informasi yang sesuai dan bermanfaat positif bagi mereka. Bila anak-anak terpapar hal-hal yang belum layak untuk dikonsumsi seusianya, sang orangtua pun bisa dibuat repot.
Berapa lama waktu menatap layar pada anak yang disarankan?
Menurut panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak di bawah usia 1 tahun secara tegas tidak disarankan mendapatkan screen time. Pada anak usia 1-2 tahun sebaiknya memiliki waktu menatap layar yang sangat terbatas, semisal hanya untuk panggilan video dengan anggota keluarga.
Pengaturan pada anak usia 2-3 tahun, WHO menyarankan untuk membatasi penggunaan gawai hingga maksimal satu jam per hari. Demikian pada anak usia 3-6 tahun sebaiknya tidak lebih dari satu jam screen time per hari.
Orangtua acapkali bingung memberikan alternatif kegiatan lain yang bisa dilakukan anak.
Untuk membatasi screen time, orangtua dapat menetapkan area bebas gawai, seperti ruang makan dan kamar tidur, serta memastikan konten yang dikonsumsi anak adalah edukatif dan berkualitas. Selain itu, orangtua disarankan menerapkan aplikasi pengontrol pada gawai untuk mengatur batas waktu harian pada perangkat anak.
Mengapa membatasi waktu menatap layar sulit dilakukan?
Alasan utama orangtua membiarkan anak mengakses dan menatap layar gawai berlama-lama yaitu tidak mau repot/direpoti anak. Ketika anak bermain dengan gawai, sang anak biasanya diam dan tidak merecoki orangtuanya yang entah sedang bekerja, mengerjakan pekerjaan rumah, atau juga orangtua yang sama-sama sedang asyik menggunakan gawainya
Kesulitan lain yaitu orangtua acapkali bingung memberikan alternatif kegiatan lain yang bisa dilakukan anak. Bisa juga orangtua beralasan tidak memiliki waktu untuk berkegiatan bersama dengan anak.
Perlu diingat, anak-anak adalah pembelajar dan peniru yang sangat baik. Mereka belajar dan mengamati perilaku orangtuanya. Karena itu, kita perlu menjadi teladan yang baik dengan mulai membatasi waktu layar dan menunjukkan di luar dunia digital juga ada kehidupan nyata yang asyik untuk dinikmati.
Apa saja aktivitas alternatif yang bisa dilakukan anak?
Menyediakan aktivitas alternatif bagi anak-anak yang mengurangi ketergantungan pada layar adalah langkah penting dalam mendukung perkembangan mereka. Kegiatan alternatif ini bisa sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya. Aktivitas fisik, seperti berolahraga, bersepeda, atau berjalan-jalan di taman, dapat meningkatkan kesehatan fisik dan keterampilan motorik anak.
Ada pula kegiatan kreatif lain yang bisa menjadi pilihan, seperti melukis, membuat kerajinan tangan, atau bermain alat musik yang dapat merangsang perkembangan otak dan ekspresi diri. Bermain board game atau puzzle membantu anak-anak dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan sosial.
Baca juga: Bagaimana Mencegah Kecanduan Gawai pada Anak?
Membaca buku bersama anak atau mendongeng tidak hanya memperkaya kosakata, tetapi juga memperkuat ikatan antara orangtua dan anak. Bisa pula sesekali mengajak si buah hati berkegiatan di luar ruangan, seperti berkemah atau berkebun, yang dapat mengajarkan anak-anak tentang alam dan rasa tanggung jawab.
Mengikuti pelatihan seni atau kelas memasak atau mempraktikannya dari tutorial gratis dan tepercaya di media sosial dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk belajar keterampilan baru sambil mengurangi waktu layar. Melakukannya secara berkala dengan mengajak teman-teman dapat mendorong interaksi sosial dan permainan imajinatif.
Dengan menyediakan berbagai pilihan aktivitas yang menarik dan bermanfaat, orangtua dapat membantu anak-anak menemukan hobi dan minat baru yang memperkaya pengalaman mereka jauh dari layar.