Minim Ruang Terbuka Hijau, Kota-kota di Belahan Bumi Selatan Lebih Rentan Cuaca Panas
Cuaca panas telah melanda banyak negara. Ruang terbuka hijau di perkotaan menjadi salah satu kunci menghadapinya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Warga melewati jembatan penghubung di Tebet Eco Park di Kelurahan Tebet Barat, Jakarta Selatan, Rabu (26/4/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan tidak merata secara global. Studi terbaru di University of Exeter, Inggris, menyebutkan, kota-kota di belahan Bumi selatan kekurangan ruang terbuka hijau sehingga membuatnya lebih rentan terhadap cuaca panas.
Riset itu menemukan, kota-kota di selatan ekuator hanya memiliki 70 persen dari “kapasitas pendinginan” yang disediakan ruang terbuka hijau perkotaan di belahan Bumi utara. Kombinasi cuaca ekstrem dan fenomena urban heat island (UHI) atau pulau panas perkotaan berpotensi meningkatkan risiko penyakit dan kematian akibat cuaca panas.
Ruang hijau perkotaan dapat membantu mengurangi risiko tersebut dengan mendinginkan lingkungan luar ruangan dan menyediakan tempat berlindung dari cuaca panas. Laporan hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature, Senin (2/9/2024). UHI merupakan kondisi suhu udara di perkotaan yang lebih panas dibandingkan wilayah sekitarnya.
Peneliti perubahan iklim di University of Exeter, Timothy Lenton, yang juga salah satu penulis penelitian itu, mengatakan, orang-orang yang meninggal akibat perubahan iklim sering sekali berada di daerah kumuh perkotaan di belahan Bumi selatan, salah satunya di India. Hal ini patut diwaspadai mengingat cuaca panas telah melanda banyak negara.
“Ruang hijau perkotaan adalah cara yang sangat efektif untuk mengatasi apa yang dapat menjadi efek fatal dari panas dan kelembaban ekstrem,” ujarnya dilansir dari eurekalert.org, Selasa (3/9/2024).
Penelitian yang melibatkan Nanjing University, China; Aarhus University, Denmark; North Carolina State University, Amerika Serikat, menyebutkan, terdapat potensi besar meningkatkan sistem pendinginan perkotaan di belahan Bumi selatan untuk mengurangi ketimpangan global. Lenton menyampaikan, ruang terbuka hijau dapat mendinginkan suhu permukaan di perkotaan sekitar 3 derajat celcius selama musim panas.
Studi ini menggunakan data satelit dari 500 kota terbesar di dunia untuk menilai “kapasitas pendinginan” setiap kota. Efek pendingin ruang hijau perkotaan, terutama hutan kota, disebabkan oleh naungan pepohonan dan pendinginan transpirasi.
Menghijaukan kembali kota tidak mudah dan berbiaya tinggi. Namun, cara itu menjadi kunci agar kota lebih layak huni. Selain itu, berupaya mencegah hilangnya ruang terbuka hijau di kota-kota meskipun hanya tersisa sedikit.
Kawasan belahan Bumi selatan, yang meliputi wilayah Afrika, Amerika Latin, dan sebagian besar Asia, menjadi area paling berisiko terkena cuaca panas ekstrem. Penelitian sebelumnya menyebutkan, dengan kebijakan iklim saat ini, lebih dari seperlima umat manusia akan terpapar suhu panas yang berbahaya pada tahun 2100.
Efisiensi pendinginan
Ruang hijau lebih sering ditemukan di kota-kota yang lebih kaya. Profesor Chi Xu dari Universitas Nanjing, mengatakan, manfaat pendinginan untuk penduduk kota di belahan Bumi selatan sekitar 2,2 derajat celcius. Angka itu lebih rendah ketimbang kota-kota di belahan Bumi utara yang mencapai 3,4 derajat celcius.
“Perbedaan tersebut sebagian besar disebabkan oleh kuantitas vegetasi. Namun, efisiensi pendinginan juga lebih baik di wilayah global utara, mungkin karena pengelolaan ruang hijau dan spesies pohon yang berbeda,” jelasnya.
Peneliti dari Center for Ecological Dynamics in a Novel Biosphere, Aarhus University, Jens-Christian Svenning, menyebutkan, solusi berbasis alam itu dapat ditingkatkan secara substansial di belahan Bumi selatan. Hal ini akan membantu mengatasi tekanan cuaca panas di masa mendatang.
Menghijaukan kembali kota tidak mudah dan berbiaya tinggi. Namun, menurut peneliti dari North Carolina State University, Rob Dunn, cara itu menjadi kunci agar kota lebih layak huni. Selain itu, berupaya mencegah hilangnya ruang terbuka hijau di kota-kota meskipun hanya tersisa sedikit.
“Perubahan dapat mencakup ruang hijau di permukaan tanah, taman vertikal, dan atap, atau bahkan hutan, untuk membantu melindungi penduduk kota dari panas ekstrem,” ucapnya.