SURABAYA, KOMPAS — Sejumlah umat Keuskupan Surabaya mulai bergerak ke Jakarta untuk mengikuti misa agung bersama Paus Fransiskus pada Kamis (5/9/2024) di Stadion Gelora Bung Karno. Umat diharapkan mematuhi tata tertib sehingga ekaristi akbar di arena sepak bola itu tetap menjadi sakral dan suci seperti dilaksanakan di gereja.
Jumlah peserta misa bersama dari Keuskupan Surabaya sebanyak 46 imam dan 2.219 umat. Dalam kategori umat termasuk komunitas rohani atau kategorial non-imam, antara lain frater, bruder, suster, dan seminaris yang menjadi pendamping atau peserta ekaristi akbar. Mereka mulai berangkat ke Jakarta pada Selasa (3/9/2024) dan Rabu (4/9/2024).
”Kami menyadari harus memperlakukan diri berada dalam dan selama misa agung yang juga merupakan acara yang dihadiri pejabat negara. Artinya, sikap dan perilaku kami, umat Katolik, akan dilihat oleh saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air yang melihat melalui siaran,” kata Entras Wahyu Djatmiko, umat Paroki Salib Suci Tropodo, Sidoarjo, Senin (2/9/2024).
Entras akan berangkat bersama istri dan rombongan paroki dengan dua bus pada Rabu petang atau malam. Mereka berharap tiba di hotel transit di Jakarta pada Kamis pagi untuk mandi, makan, dan istirahat sebelum menuju GBK untuk mengikuti misa agung pukul 17.00 WIB. Mereka patut hadir idealnya pukul 15.00 WIB atau dua jam sebelum ekaristi akbar bersama Bapa Suci.
”Kami telah diingatkan oleh pastor paroki untuk menaati dan mematuhi tata tertib termasuk tidak membawa barang yang dilarang dan berperilaku layaknya mengikuti misa di gereja. Apalagi, ini bersama Bapa Suci,” kata Entras.
Senada diutarakan oleh Cynthia Dewi, umat Paroki Roh Kudus Surabaya. Mereka telah mendapatkan panduan. Yang terutama sudah menempati kursi sejak pukul 15.30 WIB dan berusaha tidak beranjak kecuali kondisi darurat sampai misa agung berakhir. Jika membawa telepon seluler agar dalam mode senyap atau daya mati.
”Umat juga telah diingatkan agar tidak membawa barang-barang yang tidak diperlukan atau dilarang, misalnya makanan dan minuman, benda mudah terbakar, tongkat swafoto, benda dari besi, kamera, payung, botol minum, trompet, dan lain-lain,” kata Cynthia. Mereka akan patuh dengan berperilaku layaknya menghadiri ekaristi dalam gereja. Kehadiran di Jakarta bukan untuk wisata religi, melainkan bersama Paus Fransiskus hadir dalam perayaan suci dan sakral.
Dalam khotbah di Gereja Sakramen Mahakudus Surabaya, Minggu (1/9/2024), Ketua Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Surabaya RD Stefanus Iswadi Prayidno mengingatkan umat agar mematuhi tata tertib misa agung. ”Untuk misa agung, umat harus memenuhi berbagai syarat, apalagi jika ingin masuk surga,” katanya.
Iswadi menukil Ulangan 4:1-8 tentang kisah pengembaraan bangsa Israel selama 40 tahun di gurun sebelum masuk ke tanah terjanji. Pengembaraan yang begitu lama itu karena umat tidak berpegang pada aturan Allah, tetapi pada aturan sendiri dengan mengurangi dan menambahi. ”Jadi, sebaiknya berpeganglah pada aturan Allah, di misa agung nanti, taatlah, patuhlah,” ujarnya.
Secara terpisah, Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Surabaya RD Robertus Theo Elno Respati mengatakan, misa adalah perayaan utama bagi umat Katolik. Misa adalah santapan rohani untuk kehidupan umat karena ingin bersatu bersama Allah. Untuk itu, sikap dan perilaku umat amat penting untuk memastikan perayaan ekaristi terutama bersama Paus Fransiskus berjalan dengan tertib, lancar, dan tetap sakral dan suci.
”Umatlah yang nanti memperlihatkan apakah memperlakukan misa agung seperti acara biasa atau menjaganya tetap sakral dan suci untuk kehidupan rohani,” kata Theo. Umat yang hadir diharapkan mendoakan semua yang tidak bisa hadir dan mewartakan berkat serta perutusan dari Paus Fransiskus. Wajah umat Katolik di Indonesia akan terlihat dari pelaksanaan misa agung itu.
============
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Group Pembaca Kompas”Liputan Khusus Kunjungan Paus”. Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.