Kerja Sama Media Arus Utama di Indonesia dan China Perlu Diperkuat
Media di Indonesia dan China perlu membangun kerja sama lebih mendalam.
Oleh
SUTTA DHARMASAPUTRA DARI BEIJING, CHINA
·3 menit baca
BEIJING, KOMPAS — Kerja sama media arus utama antara China dan Indonesia perlu lebih erat dan diperkuat untuk memberikan informasi yang baik bagi kemajuan kedua negara, kemakmuran rakyatnya, dan kehidupan dunia yang lebih baik.
Semangat itu mengemuka dalam Forum Media China Indonesia ke-2 yang diadakan di Beijing, China, Senin (2/9/2024). Acara dihadiri pimpinan redaksi media dari China ataupun Indonesia.
Delegasi media dari Indonesia dipimpin Ketua Forum Pemred Arifin Asydhad.
Media di Indonesia dan China perlu membangun kerja sama yang lebih mendalam dan menggunakan pengaruh masing-masing untuk mendorong pemahaman yang lebih baik di masyarakat.
”Mari kita bekerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan membangun masyarakat dengan masa depan bersama bagi umat manusia,” kata Wakil Presiden Asosiasi Diplomasi Publik China, Tong Xioling, dalam pidato penutupan.
Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun menegaskan, di dalam sepuluh tahun terakhir, hubungan perdagangan kedua negara meningkat dengan pesat.
Berdasarkan data kepabeanan China, di tahun 2014, angka perdagangan Indonesia-China mencapai 63,66 milliar dollar AS dan pada saat itu Indonesia mengalami defisit sebesar 14,48 milliar dollar AS.
Sementara itu, pada tahun 2023, angka perdagangan mencapai 139,26 milliar dollar AS dan Indonesia mengalami surplus 8,88 milliar dollar AS. Pada Januari-Juni 2024, total perdagangan kedua negara mencapai 68,4 miliar dollar AS.
Meski demikian, berdasarkan hasil survei Kompas, masih banyak mispersepsi yang berkembang di masyarakat tentang kerja sama ekonomi kedua negara.
Dicontohkan, dalam survei yang dilakukan Litbang Kompas tahun 2022, mayoritas publik di Indonesia belum menerima dengan baik masuknya investasi dari China dibandingkan negara lain. Padahal, faktanya, investasi China ke Indonesia justru sangat besar dibandingkan dengan negara lain.
Asisten Pemred Xinhuanet Co Ltd Liu Hong menyampaikan, adanya mispersepsi tentang hubungan China dan Indonesia merupakan akibat kurangnya informasi yang baik. Oleh karena itu, media kedua negara perlu bekerja sama lebih erat.
Duta Besar RI Djauhari juga mengatakan bahwa media, baik cetak maupun elektronik dan digital, memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi kepada publik secara cepat dan luas. Oleh karena itu, media berperan penting sebagai jembatan informasi antara pemerintah dan masyarakat serta antar-negara. Melalui media, pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pemerintah terdiseminasi secara luas.
Jurnalisme Era Teknologi
Menurut Tong, industri media memang mengalami banyak perubahan akibat kemajuan teknologi. Akan tetapi, norma-norma jurnalisme masih tetap sama, yaitu untuk memastikan dapat memberikan informasi yang benar dan baik bagi publik.
Kendati teknologi kecerdasan buatan terus berkembang, semua itu tidak akan terlepas dari faktor manusianya.
Oleh karena itu, media arus utama harus terus memegang erat prinsip jurnalisme, yaitu menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, hati nurani, dan keadilan untuk keindahan dunia dan kemanusiaan.
”Ini tidak akan berubah selamanya,” tegas Tong.
Editor Senior People’s Daily, Ding Gang, mengatakan, hadirnya teknologi AI memang memberi tantangan sendiri bagi media dalam dua tahun belakangan ini.
Meski demikian, hal itu tidak mengubah esensi profesi jurnalis, yaitu untuk selalu bisa mendapatkan informasi dari lapangan yang nyata ke publik.
”Kami harus tahu bagaimana menggunakan itu dengan baik. Kami harus tetap turun ke lapangan dan menyaksikan langsung apa yang terjadi untuk menyampaikan fakta yang nyata ke publik,” papar Ding Gang.