Paus: Mohon Doa Perjalanan ke Asia
Paus Fransiskus akan tiba di Jakarta pada Selasa (3/9/2024) siang.
VATIKAN, KOMPAS — Di depan ribuan peziarah yang memadati sebagian Alun-alun Santo Petrus Vatikan, Minggu (1/9/2024), Paus Fransiskus memohon dukungan doa untuk perjalanannya ke Asia.
Hari Senin (2/9/2024) petang waktu Roma, Paus Fransiskus dijadwalkan meninggalkan Roma untuk memulai perjalanannya ke Asia. Selanjutnya, Paus akan tiba di Jakarta pada Selasa (3/9/2024) siang.
Selain Indonesia, dalam perjalanan yang akan berlangsung hingga 13 September mendatang, Paus Fransiskus akan mengunjungi Papua Niugini, Timor Leste, dan Singapura.
”Besok (hari ini) saya akan memulai perjalanan apostolik mengunjungi beberapa negara di Asia. Mohon doa untuk kelancaran perjalanan ini,” kata Paus Fransiskus di depan ribuan peziarah yang memadati sebagian Alun-alun Santo Petrus Vatikan, Minggu.
Saya akan memulai perjalanan apostolik mengunjungi beberapa negara di Asia. (Paus Fransiskus)
Dalam kesempatan itu, Paus Fransiskus juga kembali mengulang seruannya tentang perdamaian, terutama untuk Ukraina dan Palestina. Paus mengatakan, dialog adalah cara terbaik untuk mengakhiri perang.
Dalam kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia, tema yang diangkat adalah iman, persaudaraan, dan bela rasa.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan Markus Solo Kewuta SVD dari Kantor Kepausan untuk Dialog Antariman disebutkan, Paus Fransiskus akan memberi perhatian pada isu-isu seputar dehumanisasi dan krisis lingkungan.
Sederhana
Paus Fransiskus dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan rendah hati. Setiap hari, sebelum pukul 05.00, salah satu kamar di Domus Sanctae Marthae, Vatikan, tempat Paus Fransiskus tinggal, sudah terang oleh lampu. Ini karena Paus telah terjaga dan mempersiapkan diri.
Jam pertama didedikasikan oleh Paus Fransiskus untuk berdoa, meditasi. Dalam keheningan pagi, ia lantas mencecapi nas-nas dalam Kitab Suci hingga waktu menunjukkan pukul 07.00. Itulah saat Paus bersama dengan beberapa orang yang diundangnya menjalani misa pagi di Kapel Sanctae Marthae.
Tatkala makan pagi tiba, tidak ada petugas khusus untuk melayaninya. Seperti biasa, ia bergabung dengan yang lain di ruang makan. Tidak ada meja khusus sehingga Paus Fransiskus dapat berbincang-bincang dengan siapa saja di meja makan itu.
Baca juga: Kenangan Bertemu Paus Yohanes Paulus II Saat Misa Akbar Tahun 1989
”Di Domus Sanctae Marthae, Paus Fransiskus tinggal di salah satu kamar sederhana. Ada kamar lain yang biasa digunakan untuk menerima tamu informal. Di koridor yang berada di depan pintu kamar Paus, selalu ada Garda Swiss yang berjaga 24 jam sehari. Kerap kepada mereka, Paus mengatakan, duduk saja atau makanlah snack,” kata Superior Jenderal Ordo Imam-imam Misionaris Keluarga Kudus Agustinus Purnama MSF, Minggu (1/9/2024).
Setelah terpilih sebagai paus dalam konklaf pada 13 Maret 2013, Paus Fransiskus memilih untuk tetap tinggal di Domus Sanctae Marthae atau juga dikenal sebagai Residen Santa Marta. Residen itu, menurut Purnama, adalah satu tempat penginapan untuk uskup atau kardinal yang tengah tinggal atau berada di Vatikan.
Letak residen itu di bagian belakang Basilika Santo Petrus. Sebelumnya, umumnya paus tinggal di Istana Apostolik. Di istana itu ada satu ruang perpustakaan dan beberapa ruang lain yang biasa digunakan paus untuk menerima tamu resmi. Purnama yang beberapa kali diundang oleh Paus Fransiskus untuk sejumlah pertemuan menceritakan, Paus Fransiskus kerap menggunakan ruang perpustakaan itu untuk menerima tamu negara atau menerima kredensial dari sejumlah duta besar negara sahabat.
Saat musim panas, seperti saat ini, Paus tidak tinggal di Castel Gandolfo yang berada di wilayah perbukitan, yang sejuk dan tenang. ”Paus lebih memilih tetap berada di Roma. Paus Fransiskus memilih untuk hidup dalam kontak dengan sebanyak mungkin orang,” ujar Purnama.
Paus, menurut Purnama, ingin menjadi sosok yang mudah dijangkau. Paus Fransiskus tidak ingin mengisolasi dirinya dari ”keriuhan” dunia. ”Keinginan Paus adalah hidup sederhana seperti umumnya orang lain, tinggal di kamar yang sederhana dan tenang, bisa menerima teman-teman lama dan baru. Fransiskus ingin mudah didekati. Dengan cara ini, dia juga dapat belajar lebih banyak dan mendengarkan banyak orang,” lanjutnya.
Tentang apa yang dimiliki, banyak orang mengatakan, Paus Fransiskus tak memiliki banyak hal. Mobil yang biasa digunakannya adalah Fiat Panda, buatan tahun 2014. Ia memang pernah mendapat hadiah sebuah Ferrari, tetapi langsung dilelangnya. Uang yang diperoleh lantas diberikannya untuk kaum miskin dan papa.
Paus Fransiskus tidak pernah kehilangan energi meskipun menghadapi situasi berat dan sulit.
Seorang Yesuit menceritakan, sebagai seorang paus, Fransiskus tentu mendapat banyak kemudahan. Bahkan, banyak pihak ingin memberikan sesuatu secara gratis. ”Akan tetapi, Paus selalu menolaknya. Ia tetap memaksa untuk membayarnya. Dia adalah pribadi dengan jiwa dan hati yang merdeka,” tambahnya.
Buah dari pengalaman diskresi itu membuat Paus Fransiskus tidak pernah kehilangan energi meskipun menghadapi situasi berat dan sulit. Termasuk ketika ia terpilih menjadi paus dan mengemban perutusan itu. Jabatan ”agung” itu diterimanya dengan rendah hati. ”Doakanlah aku,” kata Bergoglio setelah terpilih menjadi paus. Ia pun memilih nama Fransiskus—dari Fransiskus Asisi—seorang santo yang hidupnya dipenuhi dengan kesederhanaan.
Jiwa merdeka sebagai buah dari proses diskresi dan intimitasnya dengan Allah—sebagaimana setiap hari ditemuinya saat meditasi di kamarnya yang sederhana—itu membuat Paus Fransiskus selalu tampak gembira dan selalu menebarkan energi kreatif. Hidup dengan rasa penuh bahagia itu bukan berarti tanpa kesulitan. Akan tetapi, sebagaimana selalu orang temui dari sosok Paus Fransiskus adalah harapan.
Harapan itu pula yang menjadi jiwa Takhta Suci sekaligus memperkuat seruan-seruan yang digaungkannya, seperti Fratelli Tutti dan Laudato Si. Meskipun dihadapkan dengan banyak tantangan, termasuk sulitnya negara-negara mengerem laju pemanasan global lantaran tetap menggenjot konsumsi energi fosil, seruan Paus Fransiskus tetap menjadi energi inspiratif.
Jiwanya yang merdeka membuat Paus Fransiskus tidak pernah surut menyuarakan apa yang harus terus disuarakannya.