Kisah Priska, Berganti Transportasi Darat, Air, dan Udara demi Bertemu Paus Fransiskus
Kendati harus bergonta-ganti moda transportasi, Priska tetap berangkat ke Jakarta merayakan misa bersama Paus.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
Hari ini, 2 September 2024 Paus Fransiskus diagendakan berangkat dari Roma ke Indonesia. Salah satu agenda Paus ialah mempersembahkan misa kudus di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Kamis (5/9/2024). Misa tersebut menjadi kesempatan bagi 80.000-an umat untuk bertemu dengan pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia itu.
Salah satu umat yang mendapat kesempatan hadir dalam misa akbar tersebut ialah Natalia Priska Kusmiati (37). Sejak Sabtu (31/8/2024) atau enam hari jelang bertemu Paus Fransiskus, Priska sudah berangkat dari kampung halamannya di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Untuk bisa sampai ke Jakarta, Priska harus berganti moda transportasi darat, air, dan udara. Perjuangan untuk bertemu Paus bukan dimulai sejak ia berangkat. Perjuangan itu harus ia mulai sejak informasi kedatangan Paus diumumkan di parokinya.
”Saat ada informasi kedatangan Paus Fransiskus, saya rajin bertanya dan mencari info di paroki. Puji Tuhan, saya mendaftar dan berhasil mendapat kuota misa berama Paus Fransiskus. Sudah dari dulu ada cita-cita ingin misa bersama Paus di Vatikan. Namun, belum bisa ke Vatikan. Sekarang, kebetulan Paus ke Indonesia, tentu tidak ingin saya lewatkan begitu saja,” tutur Priska.
Usaha Priska untuk bertemu Paus dimulai sejak Sabtu pagi. Priska yang tinggal di Ketapang, mula-mula harus menempuh perjalanan sejauh 96 kilometer untuk menuju Kota Sukadana, ibu kota Kabupaten Kayong Utara.
Setibanya di Kabupaten Kayong Utara, perjalanan Priska dilanjutkan menuju Kota Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat. Perjalanan itu ia tempuh menggunakan perahu cepat (speedboat) selama 30 menit. Dalam perjalanan itu ia harus menyisir lautan dan mengarungi dua sungai, Sungai Kubu dan Sungai Kapuas.
”Saya memilih menggunakan trevel dan speedboat karena biayanya murah. Saya hanya perlu mengeluarkan dana Rp 380.000. Bandingkan jika naik pesawat terbang Ketapang-Pontianak saja selama 30 menit saya harus menyediakan anggaran sekitar Rp 1 juta,” tuturnya.
Setibanya di Pontianak, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Sekitar 2 jam melepas lelah, ia melanjutkan perjalanan ke Jakarta menggunakan pesawat terbang melalui Bandara Supadio Pontianak di Kabupaten Kubu Raya.
”Beruntung saya dapat tiket pesawat Pontianak-Jakarta kemaren (Sabtu) hanya Rp 600.000. Saya sudah membeli tiket ini jauh-jauh hari,” kata Priska. Kini, Priska sudah tiba di Jakarta. Ia harus menumpang menginap di rumah sudaranya di Jakarta Timur. Ia masih punya waktu tiga hari untuk menyiapkan fisik sebelum membaur bersama 80.000 umat di GBK.
Mengumpulkan dana
Usaha bertemu Paus Fransiskus juga dijalani Martinus Martin (24), mahasiswa Universitas Panca Bhakti Pontianak, dan Junianti (21), mahasiswi Semester VII Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Pontianak. Untuk berangkat ke Jakarta, mereka tidak hanya menyisihkan uang saku, tetapi juga menjual kaus bersama rekan-rekan dari pastoral mahasiswa sebagai bentuk penggalangan dana.
”Ini akan menjadi pengalaman pertama saya misa bersama Paus secara langsung. Semangat Paus dalam mendorong perdamaian dunia menjadi teladan bagi kami kaum muda,” kata Junianti.
Penggalangan dana dengan menjual kaus dilakukan sejak awal Juli. Sudah lebih dari 400 kaus yang terjual. Junianti dan rekan-rekannya mempromosikan kaus tersebut melalui media sosial.
”Kami meminta bantuan lewat pastor dan umat untuk ikut membagikan informasi penjualan kaus itu ke grup-grup Whatsapp paroki dan lingkungan,” ujar Junianti. Selain digunakan untuk membiayai keberangkatan ke Jakarta, hasil penjualan kaus juga akan digunakan untuk kas kegiatan Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Pontianak.
Pastor Moderator Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Pontianak Gregorius Kukuh Nugroho CM menuturkan, Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Pontianak membuat kaus bergambar Paus Fransiskus lengkap dengan moto kunjungan Paus, Faith-Fraternity-Compassion (Iman-Persaudaraan-Bela Rasa). ”Ada 1.000 kaus yang dijual oleh para mahasiswa. Untuk area Kalimantan Barat, kaus tersebut dijual dengan harga Rp 110.000 per kaus,” ujar Gregorius.
==========
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Group Pembaca Kompas”Liputan Khusus Kunjungan Paus". Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.