Dua Bulan Bersiap demi Sekali Seumur Hidup Bisa Misa Akbar bersama Paus Fransiskus
Demi bertemu Paus Fransiskus, umat Katolik di Indonesia telah bersiap sejak berbulan-bulan lalu.
Dua bulan lamanya sejumlah umat Katolik bersiap-siap demi misa akbar yang akan dipimpin Paus Fransiskus pada 5 September di Gelora Bung Karno atau GBK, Jakarta. Bagi mereka, kesempatan beribadah bersama dengan Paus di Indonesia menjadi peristiwa yang mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup.
Sejak Welly Sugianto (48) terkonfirmasi dapat mengikuti misa akbar bersama Paus Fransiskus di Gelora Bung Karno (GBK), dia langsung memesan tiket pesawat dan penginapan pada Juli lalu. Demi bertemu Paus Fransiskus, dia mempersiapkan dengan rapi dan terencana. Persiapan yang matang memudahkannya menemukan ”kelegaan rohani” yang menjadi misinya ketika bertemu pemuka agama Katolik dunia tersebut.
Welly berangkat bersama istri serta mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Mereka ingin merasakan nuansa yang berbeda dan nyata guna melihat Paus Fransiskus walau dari kejauhan.
”Apalagi dengan berkumpulnya umat sekian puluh ribu orang menjadi satu, auranya pasti berbeda. Kami minoritas di negara ini sehingga jarang sekali bisa berkumpul dan berdoa bersama dipimpin Bapa Paus. Itu sangat jarang,” kata warga asal Blitar, Jawa Timur, tersebut.
Baca juga: Kardinal Suharyo: Di Mata Vatikan, Indonesia Itu Hebat
Rasa beruntung dapat bertemu dengan Paus Fransiskus menyelimuti hatinya. Sebab, beribadah melalui televisi pasti berbeda dengan berpartisipasi secara langsung. Belum lagi, misa akan dipimpin langsung gembala umat Katolik sedunia. Ia pun amat menantikan momen tersebut.
Baca juga: Si Kecil dengan Keberuntungan Besar
Hajatan besar ini, lanjut Welly, akan menjadi sebuah kisah yang diturunkan ke anak-cucu serta sanak saudaranya. Pertemuan langsung dengan Paus Fransiskus dapat mengobati kerinduan batinnya.
Begitu dengar Paus Fransiskus mau datang, kami mau ikut karena belum punya kesempatan langsung untuk ke Roma, Italia. Mumpung Paus ke sini, kami ikut saja dulu, ingin merasakan auranya.
Masih dari Blitar, umat lain, Christine Indrawati (54), juga mempersiapkan rencana keberangkatannya sebaik mungkin. Keputusan mengikuti misa akbar justru telah ia tetapkan sejak tahun lalu.
Setelah terkonfirmasi dapat mengikuti misa, dia dan suami memilih berangkat secara mandiri. Dampaknya, dia perlu menyiapkan akomodasi. Sejak Juli lalu, dia telah memesan penginapan di Jakarta.
Sebenarnya, perjuangan mempersiapkan diri untuk mengikuti misa akbar bersama Paus Fransiskus tersebut ditengarai penyesalan yang menghantui dirinya. Christine menyesal karena tak sempat mengikuti misa akbar saat kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Yogyakarta pada 1989.
Baca juga: Kenangan Bertemu Paus Yohanes Paulus II Saat Misa Akbar Tahun 1989
”Saya enggak ikut, ternyata jadi penyesalan yang panjang. Begitu dengar Paus Fransiskus mau datang, kami mau ikut karena belum punya kesempatan langsung untuk ke Roma, Italia. Mumpung Paus ke sini, kami ikut saja dulu, ingin merasakan auranya walau Paus jauh sekali saat di GBK,” ujar pengurus Dewan Pastoral Paroki (DPP) Santo Yusup, Blitar ini.
Christine meyakini berkat Tuhan melalui Paus Fransiskus akan tetap terasa walau dipandang dari kejauhan. Belajar dari pengalaman masa lalu, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada, apalagi secara kesehatan pun masih mendukung.
Adanya media sosial menciptakan animo lawatan kali ini menggema ketimbang kunjungan 35 tahun lalu. Efek ini tak lepas dari adanya beragam pelantar informasi dan media sosial yang membuat pesan kunjungan dapat diterima banyak orang.
Paus Fransiskus, bagi Christine, menginspirasinya untuk menjadi seorang umat yang taat. Pemuka agama sekaligus Kepala Negara Vatikan itu memiliki kepedulian yang begitu besar bagi anak-anak, penyandang disabilitas, serta masyarakat papa, kecil, dan terpinggirkan.
Baca juga: Perjuangan Masyarakat Adat, Kegundahan Paus Fransiskus
Biaya lebih
Sejumlah umat dari provinsi lain memilih berangkat ke Jakarta sehari menjelang misa akbar bersama Paus Fransiskus di GBK, Kamis (4/9/2024). Zefanya Shandisa (28), misalnya, umat yang akan bertolak menggunakan kereta api ke Jakarta dari Semarang, Jawa Tengah, Rabu (4/9/2024).
Zefanya sekeluarga rela mengeluarkan biaya lebih demi bertemu Paus Fransiskus. Kerelaan itu disebabkan pengalaman yang akan dijalani disebut-sebut hanya dapat terjadi sekali dalam kehidupan banyak orang.
”Jadi bisa dibilang once in a life time opportunity, sama seperti orang-orang ke konser musik dibelain jauh-jauh. Hanya saja, ini bedanya adalah Paus Fransiskus. Aku yakin ini bakal jadi event yang besar banget karena seluruh (umat Katolik) Indonesia datang. Enggak sabar ingin lihat acaranya,” kata Zefanya.
Menginap di Jakarta
Sebagian besar masyarakat yang berpartisipasi dalam misa akbar bersama Paus Fransiskus berasal dari luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Agar perjalanan tidak terasa begitu melelahkan, sejumlah umat memilih menginap di Jakarta.
Baca juga: Berduyun-duyun ke Jakarta, Lawatan Paus Fransiskus Tingkatkan Okupansi Hotel
Zefanya dan keluarga menginap di hotel bintang tiga daerah Tanah Abang, Jakarta. Dalam kondisi normal, kamar hotel tersebut dihargai Rp 2,1 juta per kamar untuk dua malam. Ketika hari perhelatan, Zefanya perlu merogoh hingga Rp 2,4 juta untuk tipe dan durasi yang sama. Itu artinya, ada kenaikan sekitar 14,3 persen dibandingkan hari biasa.
”Cukup lumayan harganya dan yang pasti cari akomodasi sudah susah. Cuma tinggal 1-2 opsi karena cari hotel kebetulan mepet,” ujar Zefanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (30/8/2024).
Hotel menjadi pilihan utama Zefanya karena dinilai lebih praktis dan dekat dengan lokasi misa akbar diselenggarakan. Ia mempertimbangkan kepadatan di jalan raya. Apabila transportasi umum tak dapat diandalkan, setidaknya dia masih bisa berjalan kaki dari hotel ke GBK.
”Pertimbangannya, bakal ramai transportasinya. Kalau di hotel, kan, juga sudah pasti beres semuanya,” kata Zefanya.
Baca juga: Tiada Kantong Parkir, Peserta Misa Akbar Paus Fransiskus Diimbau Naik Angkutan Publik
Sementara itu, Welly memilih tak bergabung dengan rombongan besar karena lawatan Paus bersamaan dengan pekerjaan dinasnya ke Jakarta. Ibarat pepatah, sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Ia bercerita, beberapa rekannya kesulitan mencari akomodasi di sekitar GBK. Saat ini, ketika dicek ulang, penginapan-penginapan sekitar lokasi misa akbar telah penuh terpesan.
”Posisi dekat GBK itu full booked, itu sudah enggak bisa cari kamar. Kemarin terpikir kalau tak segera dibereskan, khawatir enggak dapat yang dekat GBK,” ujar Welly.
Selagi di Jakarta, Christine dan suami berencana bertemu dengan sanak saudara di ibu kota. “Awal Juli, kami sudah langsung booking hotel. Waktu itu, harga masih standar dengan harga sekitar Rp 600.000,” kata Christine.
Hajatan besar ini telah diprediksi Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran atau BPD PHRI DKI Jakarta. Para pengelola hotel telah bersiap melayani kenaikan jumlah tamu yang dalam masa low season tersebut.
”Rata-ratanya (naik) 10-15 persen (keterisian hotel) dibandingkan dengan normal. Namun, ada juga yang bisa lebih tinggi,” kata Ketua BPD PHRI DKI Jakarta Sutrisno Iwantono.
Paus Fransiskus akan tinggal di Jakarta pada 3-6 September 2024. Dalam acara besar, biasanya para tamu hotel akan mulai tinggal sehari sebelum hingga sehari sesudah acara berlangsung.
Baca juga: Misa Akbar Paus Fransiskus Embuskan Angin Segar bagi Jasa Sewa Bus
Berbeda dengan pergelaran konser musik yang segmentasinya kelas menengah atas, Sutrisno menilai kunjungan Paus Fransiskus akan berdampak lebih besar. Sebab, kunjungan keagamaan akan menarik banyak orang dari semua kelas ekonomi.
Ia berharap kedatangan Paus Fransiskus dapat membawa manfaat sekaligus efek pengganda bagi banyak orang. Tak hanya hotel bintang tiga ke atas, tetapi juga akomodasi yang menyasar konsumen kelas menengah ke bawah.
Hal senada diutarakan Director Inbound PT Panorama Sentrawisata Tbk Ricky Setiawanto. Kedatangan umat dari beragam penjuru Indonesia pasti akan meningkatkan mobilitas domestik. Efek pengganda akan besar karena sekitar 90.000 orang akan hadir.
Baca juga: ”Durian Runtuh” dari Paus Fransiskus untuk UMKM Tanah Air
Jadi bisa dibilang once in a life time opportunity, sama seperti orang-orang ke konser musik dibelain jauh-jauh. Hanya saja, ini bedanya adalah Paus Fransiskus. Aku yakin, ini bakal jadi event yang besar banget
”Saya melihat dari kacamata sebagai pihak yang mendatangkan turis, (acara) ini menjadi very, very good exposure. Kunjungan Paus akan di-cover banyak media,” kata Ricky.
Baca juga: Belum Kesampaian Bertemu Paus Fransiskus, Obati dengan Pernak-pernik Ini
Berkaca dari kedatangan Paus Fransiskus ke Thailand sebelumnya, kunjungan pemuka agama Katolik sedunia ini memberikan eksposur yang begitu kuat bagi negara terkait. Apalagi, Thailand didominasi penduduk beragama Buddha. Harapannya hal serupa akan terjadi juga di Indonesia dengan penduduk mayoritas beragam Islam.
=============================================================
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Group Pembaca Kompas ”Liputan Khusus Kunjungan Paus”. Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.