Kedatangan Paus Fransiskus Memperkokoh Kebinekaan Indonesia
Masyarakat Indonesia akan melihat keteladanan dari Paus Fransiskus sehingga dapat semakin memperkokoh kebinekaan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September mendatang tidak hanya memiliki makna yang penting bagi umat Katolik, tetapi juga seluruh masyarakat. Sebab, masyarakat akan melihat keteladanan dari Paus sehingga dapat semakin memperkokoh kebinekaan yang menjadi dasar kehidupan dan bernegara di Indonesia.
Hal tersebut mengemuka dalam seminar nasional agama dan kemanusiaan bertajuk ”Lintas Keyakinan Menuju Persaudaraan Sejati” yang diselenggarakan Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya Jakarta di Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Cendekiawan Muhammadiyah, Sukidi Mulyadi, mengemukakan, kedatangan Paus Fransiskus dapat memperkokoh kebinekaan mengingat Indonesia memiliki berbagai perbedaan. Kedatangan Paus ke Indonesia ini sekaligus dapat saling mengenalkan satu sama lain.
”Bapa Paus Fransiskus memberikan keteladanan untuk menyapa dan mengenal kita semua, terutama yang berbeda dari segi agama, latar belakang, dan etnis atau suku. Paus Fransiskus akan melihat kita semua sebagai manusia yang memiliki satu kehormatan atau harkat dan martabat yang sama,” ujarnya.
Menurut Sukidi, masyarakat akan melihat keteladanan sekaligus rasa cinta kasih Paus Fransiskus yang memiliki keberpihakan terhadap kaum miskin dan kelompok marjinal lainnya. Pemahaman dan perhatian Paus terhadap kelompok tersebut sangat tinggi mengingat dia berasal dari Argentina yang memiliki permasalahan serupa.
Masyarakat akan melihat keteladanan sekaligus rasa cinta kasih Paus Fransiskus yang memiliki keberpihakan terhadap kaum miskin dan kelompok marjinal lainnya.
Selama ini, Paus Fransiskus memang dikenal memiliki perhatian yang besar terhadap umat manusia di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Para pemuka agama Katolik kerap menyebut bahwa Paus Fransiskus selalu mengapresiasi kerukunan dan persaudaraan di Indonesia serta Pancasila yang menjadi dasar negara.
Kepedulian Paus Fransiskus terhadap persaudaraan salah satu juga ditunjukkan melalui penerbitan ensiklik Fratelli Tutti. Ensiklik yang diterbitkan di Assisi, Italia, ini berbicara tentang persaudaraan dan persahabatan sosial. Assisi sendiri merupakan kota di mana para pemimpin agama biasa berkumpul untuk mengadakan dialog antaragama.
Pada 2019, Paus Fransiskus juga bertemu dengan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb di Uni Emirat Arab dan menandatangani Deklarasi Abu Dhabi. Deklarasi yang merupakan dokumen persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup berdampingan ini berupaya mendorong hubungan yang lebih kuat antar-umat manusia.
Guru Besar Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno menuturkan, hubungan baik antara umat beragama menjadi unsur fundamental bagi persatuan dan kesatuan di Indonesia. Hal ini juga sudah dilakukan Indonesia sejak awal kemerdekaan.
Hubungan baik antara umat beragama menjadi unsur fundamental bagi persatuan dan kesatuan di Indonesia.
Franz Magnis menyebut, dengan penduduk 80 persen mayoritas Muslim, Indonesia sebenarnya bisa menjadi negara Islam pada tahun 1945. Akan tetapi, para pendiri bangsa lebih memilih ideologi Pancasila dengan merumuskan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
”Kedatangan Paus diharapkan dapat memperkuat umat Katolik dan terus mendorong persaudaraan dengan penganut agama lain sehingga kita benar-benar menjadi bangsa yang bisa menerima perbedaan. Masyarakat Indonesia lainnya juga bisa berkenalan dengan Paus sebagai salah satu tokoh dunia yang selalu mengedepankan persaudaraan,” ucapnya.
Saya sangat percaya, jalan menuju ketuhanan itu tidak bisa dilalui tanpa kemanusiaan.
Menjadi inspirasi
Putri bungsu Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sekaligus penggagas jaringan Gusdurian, Inayah Wahid, mengatakan, kedatangan Paus Fransiskus harus ikut disambut dengan bangga oleh masyarakat Muslim dan non-Katolik lainnya di Indonesia.
”Harapan besar dari kedatangan Paus ini bisa menjadi inspirasi persaudaraan yang terejawantahkan melalui kerja-kerja nyata. Saya sangat percaya, jalan menuju ketuhanan itu tidak bisa dilalui tanpa kemanusiaan,” tuturnya.
Menurut Inayah, anggota Jaringan Gusdurian percaya bahwa keyakinan terhadap agama harus benar-benar diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, salah satu yang dilakukan Jaringan Gusdurian adalah membicarakan isu-isu terkini dan dielaborasikan dalam kegiatan nyata.
”Misalnya, sekarang kita tengah dalam kondisi krisis iklim, krisis pangan, hingga krisis demokrasi. Permasalahan ini kemudian dibahas dan dicari penyelesaiannya bersama-sama tanpa perlu melihat suku, agama, maupun latar belakang orang tersebut,” katanya.
=============================
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Group Pembaca Kompas ”Liputan Khusus Kunjungan Paus". Anda bisa bergabung dengan lebih dahulu mengisi survei pembaca melalui tautan berikut: Isi Survey