Jutaan Manfaat Air Bersih untuk Warga Karamat, Cianjur
Habitat for Humanity dan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas menginisiasi instalasi air bersih bagi penyintas gempa Cianjur.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F08%2F28%2Fabc312e5-8a24-4e85-9a37-7eb3edea65e5_jpg.jpg)
Didin (52), warga RT 003 RW 008, Kampung Karamat, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Cianjur, membasuh mukanya setelah seharian bekerja sebagai tukang bangunan, Rabu (28/8/2024). Seumur hidupnya, baru kali ini Didin memiliki keran terpasang di rumahnya.
Musim kemarau di Kampung Karamat, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tidak pernah seindah tahun ini. Air bersih kini lebih mudah didapat warga. Perselisihan dipicu perebutan air tidak terdengar lagi.
Srottt !!!
Air bersih itu mengalir kencang saat Muhamad Solehudin (40), warga RT 003 RW 008 Kampung Karamat membuka keran di kamar mandi rumahnya. Warna airnya bening, tanpa bau.
”Lima belas tahun tinggal di sini, baru kali ini saya punya keran di dalam rumah. Ini sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,” kata Soleh, panggilannya, penuh haru, saat ditemui di rumahnya pada Rabu (28/8/2024).
Tinggal di kaki Gunung Gede-Pangrango bukan berarti air bersih mudah didapatkan Soleh dan warga Karamat lainnya. Tidak ada sumber air layak dekat permukiman.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F08%2F28%2F100b77c0-d6fe-4f79-967a-9a4f3f4513f1_jpg.jpg)
Suasana peresmian bak penampungan air dalam acara Serah Terima Program Penyediaan Air Bersih untuk Penyintas Gempa Cianjur di Kampung Karamat, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, pada Rabu (28/8/2024). Infrastruktur ini mengatasi persoalan warga Karamat akan sulitnya mendapat air bersih.
Satu-satunya sumber air ada di kawasan Lebak Salada, berjarak 500 meter dari permukiman. Setelah ditampung, air rembesan dari Lebak Salada disalurkan melalui banyak selang-selang plastik ke rumah warga.
Akan tetapi, Lebak Salada tidak selalu murah hati. Saat musim hujan, airnya memang melimpah. Namun, kualitasnya jauh dari sempurna. Airnya keruh tercampur material tanah.
Di musim kemarau bahkan lebih parah. Debit air berkurang drastis. Akibatnya, warga berebut demi mendapat setetes air yang kerap terlanjur tercemar limbah rumah tangga.
Fatalnya, perebutan air itu berujung adu mulut antarwarga. Saat masa sulit air antara Juni-Oktober, semuanya berdampak pada hubungan buruk antarwarga.
”Saat kemarau, hampir setiap hari terdengar adu mulut warga berebut air. Mereka yang tidak mau rebutan biasanya mengangkut air dari kampung tetangga, jaraknya sekitar 500 meter, dari sini. Itu terpaksa dilakukan karena jadwal bantuan air tidak pernah pasti,” kata Soleh.
Tidak kunjung tuntas, puncaknya semakin menyiksa ketika gempa bermagnitudo 5,6 melanda Cianjur pada 21 November 2022. Pascagempa Lebak Salada semakin irit saja mengalirkan air.
Ratusan warga
Titik terang muncul di awal tahun 2024. Saat itu, Habitat for Humanity Indonesia dan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) menawarkan bantuan air bersih bagi warga.
Warga diajak ikut serta dalam Program Penyediaan Air Bersih untuk Penyintas Gempa Cianjur. Sebelumnya, Yayasan DKK terlibat merenovasi Puskesmas Pacet dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Sarbini di Desa Sukamanah, Cugenang. Kedua tempat itu juga rusak berat akibat gempa.
Dari hasil survei, Karamat sebenarnya punya potensi sumber air bersih melimpah. Salah satu yang terdekat adalah Mata Air Persemehan, sekitar 3 kilometer dari RW 008.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F08%2F28%2F8d989c59-47d1-4960-9455-9ad96f0aba07_jpg.jpg)
Warga RW 008 Kampung Karamat, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, menanam pohon di sekitar areal bak penampungan yang terletak di kaki Gunung Gede Pangrango di Cianjur, Jawa Barat. Warga berkomitmen ikut menjaga keasrian daerah sekitar demi menjamin ketersediaan air bersih.
Lokasinya diambil dari nama lokasi persemaian kebun teh di dekatnya. Saat kemarau, debit airnya 1 liter per detik dan lebih banyak ketika musim hujan.
Akan tetapi, berada di area Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP), butuh izin pengelola kawasan untuk memanfaatkannya. Pembicaraan dan pengajuan izin pun dilakukan. Hasilnya, pengelola TNGGP meluluskan permohonan itu.
”Syarat utamanya, warga ikut menjaga hutan. Hutan terjaga juga menjamin air bisa terus menghidupi warga,” kata Lana Sari, Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 1 Cianjur di TNGGP.
Lana kembali menyampaikan hal itu saat acara Serah Terima Program Penyediaan Air Bersih untuk Penyintas Gempa Cianjur, Rabu (28/8/2024). Saat itu, banyak warga hadir ikut mensyukuri perjuangan mereka siang dan malam sejak Februari 2024 mengundang air ke rumah.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F08%2F28%2F2b802a7a-6ca8-425e-b2ec-49fc32ad3532_jpg.jpg)
Warga RW 008 Karamat berpose di salah satu bak penampungan air bersih yang dibangun atas inisiasi Habitat for Humanity Indonesia, dan Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas, Rabu (28/8/2024). Keberadaan bak penampungan itu menjadi bagian dari instalasi air bersih untuk warga setempat.
Kerja keras itu memberikan manfaat bagi 921 jiwa yang tersebar di 225 kepala keluarga yang berada di RT 001, 002, dan RT 003. Semuanya di RW 008 Karamat.
Melalui meteran berkelir biru Yayasan DKK, air dialirkan juga untuk kebutuhan 11 fasilitas umum, enam sarana pendidikan, 1 posyandu, serta empat sarana sosial seperti masjid dan mushala.
Ketua Yayasan DKK Gesit Ariyanto mengatakan, semua usaha baik ini adalah hasil kolaborasi semua pihak selama sembilan bulan terakhir. Dia berharap, air yang untuk pertama kalinya mengalir lewat keran di rumah warga bisa memberikan banyak manfaat untuk beragam kegiatan lainnya.
”Semoga air di sini tetap tiris teu ngajieun panas (dingin tidak lantas membuat suasana menjadi panas),” katanya merujuk harapan air itu terus memberikan kesejukan lahir batin bagi warga sekitar.
Untuk pertama kalinya sejak lama, tahun ini, tidak ada warga berselisih air saat kemarau datang. Setelah mendamaikan kehidupan dan menjamin kebutuhan dasar warga, semoga air bersih ini bisa memicu banyak hal baik untuk warga.
Komite air
Manajer Proyek Program Penyediaan Air Bersih untuk Penyintas Gempa Cianjur dari Habitat for Humanity Indonesia Dani Agustianto mengatakan, sebagian besar infrastruktur ini dibuat warga.
Setiap RT mengirimkan minimal 10 orang per hari. Pengerjaan tetap dilakukan saat hujan turun deras hingga warga menunaikan ibadah puasa. Biasanya, warga bekerja pada pukul 07.00-12.00 WIB.
Total warga membuat tiga bak. Berada 15 meter dari mata air dan tersambung pipa high density polyethylene (HDPE) berukuran 3 inci, ada bak pengolahan berukuran 3 m x 4 m x 2 m yang terbagi dalam tiga ruangan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F05%2F23%2F8aec81aa-a01d-41b4-9e47-b3c15269beca_jpg.jpg)
Sukarelawan muda Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) membantu pemasangan pipa saluran air bersih RW 008 Kampung Karamat, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (22/5/2024). Habitat for Humanity Indonesia dan Yayasan DKK membantu memulihkan jaringan saluran air bersih warga Kampung Karamat yang rusak karena gempa Cianjur pada November 2022 lalu.
Selanjutnya, dari bak pengolahan, tersambung pipa HDPE sepanjang 2.400 m berukuran 2 inci adalah bak penampungan berukuran 3 m x 3 m x 2,5 m. Sekitar 15 meter dari bak penampungan itu ada bak pelimpas berukuran 2 m x 2 m x 1,5 m.
Dari bak penampungan, Dani mengatakan, air lalu disalurkan ke rumah warga menggunakan pipa HDPE berukuran 1,2 inci. Jarak rumah terdekat penerima manfaat sekitar 50 m dan terjauh 350 m.
Tidak hanya pembangunan fisik, Dani juga menyebut warga mendapat pelatihan tentang pengelolaan air. Ke depan, air akan diurus Komite Air Anugrah Kehidupan. Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani.
Tanpa bayaran, ada 15 warga yang akan bertugas merawat, mengatur, dan mengelola tarif pemakaian air. Soleh menjadi ketua komite air periode awal ini.
Kata Soleh, setelah sebulan mendapat aliran air secara gratis, mulai September 2024, warga akan ditarik biaya penggunaan dan perawatan. Untuk penggunaan per kubik air, warga harus membayar Rp 2.100.
Baca juga: PKBM Sarbini di Cianjur, Persembahan Pembaca "Kompas"
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F08%2F28%2F33612fa5-7a7e-4007-8c7d-133cd518b207_jpg.jpg)
Muhamad Solehudin memeriksa meteran air yang terpasang di rumahnya di Kampung Karamat, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (28/8/2024). Air bersih kini leluasa mengalir melalui keran di rumahnya. Inisiatif ini buah kerja sama warga, Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas, dan Habitat for Humanity Indonesia.
Akan tetapi, penggunaan juga dibatasi. Bila lebih dari 10 kubik, maka akan ditambah biaya Rp 2.500 per kubik. Bila ada warga yang menunggak, dendanya Rp 500 per hari. Bukan semata-mata mencari untung, itu dilakukan sebagai bagian edukasi agar warga lebih menghargai air.
”Untuk pertama kalinya sejak lama, tahun ini, tidak ada warga berselisih air saat kemarau datang. Setelah mendamaikan kehidupan dan menjamin kebutuhan dasar warga, semoga air bersih ini bisa memicu banyak hal baik untuk warga,” kata Soleh.
Masa depan anak
Mendengar harapan Soleh, Didin (52), warga RT 003 RW 008 Karamat lainnya, menyambut gembira. Tukang bangunan itu berjanji, bakal lebih aktif terlibat dalam kegiatan masyarakat, terutama membersihkan sampah di saluran air.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F08%2F28%2F2cc4dde5-3731-4799-bc59-c02c36cdffc0_jpg.jpg)
Rini (22), memasukkan air dari bak ke ember-ember kecil di kamar mandi rumahnya di Kampung Karamat, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (28/8/2024). Dia kini lebih tenang menyiapkan kelahirannya yang tinggal beberapa hari lagi karena memiliki banyak persediaan air bersih.
Didin paham, sampah bisa rentan mengganggu pasokan air. ”Saya sudah pernah merasakan sulitnya air. Saking sulitnya, pernah buat rumah pakai air bekas cuci piring. Semoga itu tidak terulang lagi,” kata Didin.
Rini Rahmawati (22) warga RT 003 lainnya juga semringah. Beberapa hari lagi, ia hendak melahirkan anak keduanya. Berbeda dengan saat melahirkan dan mengasuh anak pertamanya 4 tahun lalu, ia kini lebih tenang.
Alasannya tidak lain, ia kini mudah mendapat air bersih untuk merawat bayinya kelak. Tidak ada lagi air berwarna keruh dan berbau yang terpaksa digunakan anaknya untuk berbagai kebutuhan.
”Kami sekarang tidak kekurangan air bersih. Saya yakin anak saya bakal lebih sehat,” kata Rina bahagia.
Dulu air bersih di Kampung Karamat dinanti dengan curiga dan diwarnai adu mulut warga. Kini, air bersih yang datang lewat keran-keran di rumah-rumah warga di Karamat dirasakan sangat bermanfaat. Mereka menyambut dan memanfaatkannya dengan bahagia.
Baca juga: Puskesmas Terbaik untuk Penyintas Gempa Cianjur
Kontribusi pembaca bisa disalurkan melalui rekening BCA 0123021433 atas nama Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Jutaan Manfaat Air Bersih untuk Warga Karamat".
Baca Epaper Kompas
Kirimkan Komentar Anda
Jadilah yang pertama memberikan komentar. Silakan masuk atau daftar akun untuk menggunakan fitur komentar.