Risiko Serangan Jantung Meningkat Seiring Lamanya Waktu Muda di Depan Monitor
Orang yang menghabiskan waktu di depan monitor saat usia 20-an tahun secara signifikan lebih berisiko serangan jantung.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menghabiskan masa muda dengan terpaku pada ponsel, komputer, dan televisi dapat mengurangi peluang untuk hidup hingga usia 60 tahun. Mereka yang menghabiskan banyak waktu di depan monitor di awal usia 20-an tahun secara signifikan lebih berisiko terkena serangan jantung.
Hasil kajian ini dilaporkan dalam Journal of General Internal Medicine pada Kamis (22/8/2024).
Tim peneliti melacak kesehatan sekitar 4.000 orang dewasa muda selama lebih dari 30 tahun dan menemukan risiko lebih tinggi terkena serangan jantung bagi mereka yang menghabiskan banyak waktu di depan monitor di awal usia 20-an tahun.
”Temuan kami menunjukkan jumlah waktu yang dihabiskan orang dewasa muda untuk menonton layar secara signifikan memengaruhi risiko mereka terkena kondisi jantung serius di kemudian hari,” kata penulis utama studi, Jason Nagata, profesor di Divisi Kedokteran Remaja dan Dewasa Muda, Universitas California.
Data baru ini berasal dari studi Coronary Artery Risk and Development in Young Adults (CARDIA) yang telah lama dilakukan. Studi tersebut telah melacak risiko penyakit jantung pada ribuan orang dewasa selama beberapa dekade.
Menurut Nagata dan tim, tiap jam tambahan menonton televisi saat peserta berusia 23 tahun dikaitkan dengan kemungkinan 26 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung selama studi. Hal itu juga dikaitkan dengan kemungkinan 16 persen lebih tinggi untuk terkena serangan jantung dan atau stroke.
Waktu menonton layar tidak hanya berbahaya bagi remaja. Setiap jam tambahan waktu menonton televisi tiap hari selama usia paruh baya juga meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit jantung koroner sebesar 55 persen, stroke 58 persen, dan penyakit jantung secara keseluruhan 32 persen.
Jumlah waktu yang dihabiskan orang dewasa muda untuk menonton layar secara signifikan memengaruhi risiko mereka terkena kondisi jantung serius di kemudian hari.
Nagata menambahkan, waktu menonton layar di usia dewasa muda menentukan arah kebiasaan menonton layar di masa mendatang hingga dewasa. ”Lebih banyak waktu menonton layar dapat menggantikan aktivitas penting seperti tidur dan aktivitas fisik,” katanya.
Dengan temuan ini, Nagata dan tim merekomendasikan tentang pentingnya mengurangi kebiasaan menonton layar yang sehat sejak dini untuk mencegah penyakit jantung dan stroke di masa mendatang.
Menonton dan sedentari
Orang yang menghabiskan waktu di depan ponsel, komputer, dan televisi pada umumnya berperilaku tidak banyak bergerak. Kondisi sedentari inilah yang menjadi sumber masalah kesehatan. Tak hanya meningkatnya risiko penyakit jantung dan stroke, hal ini juga terbukti bisa meningkatkan sindrom metabolik.
Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal BMC Public Health pada Juli 2024 menemukan kaitan gaya hidup tidak banyak bergerak dan peningkatan waktu menonton layar pada sindrom metabolik di kalangan individu muda China.
Sindrom metabolik ini mengacu pada sekelompok parameter metabolik abnormal, termasuk obesitas perut, hipertensi, kadar trigliserida (TG) tinggi, kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL-C) rendah, dan resistensi insulin dengan gangguan toleransi glukosa atau diabetes melitus tipe 2.
Adapun sindrom metabolik ini biasanya juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Xue Cheng dari National Institute for Nutrition and Health, Chinese Center for Disease Control and Prevention, yang jadi penulis pertama kajian ini, menyebut, risetnya menyelidiki bagaimana perilaku tak banyak bergerak dan waktu menonton layar terkait sindrom metabolik di kalangan anak muda China berusia tujuh dan 17 tahun.
Data diperoleh dari survei yang dilakukan sebagai bagian dari Survei Gizi dan Kesehatan Nasional China antara tahun 2016 dan 2017. Riset menemukan, di antara 58.712 anak yang termasuk dalam penelitian saat ini, 5,5 persen didiagnosis dengan sindrom metabolisme.
Sebanyak 15,6 persen, 15,9 persen, 11,3 persen, 1,6 persen, dan 38,1 persen didiagnosis dengan obesitas perut, TG tinggi, HDL-C rendah, hiperglikemia, atau tekanan darah tinggi.
Menurut Cheng dan tim, anak-anak muda yang lebih banyak nonton sehingga kurang aktivitas fisik memiliki risiko obesitas perut sebesar 40 persen lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang lebih banyak bergerak.
Kemungkinan kadar TG tinggi dan HDL-C rendah juga meningkat sebesar 16 persen dan 12 persen di antara anak-anak yang lebih sedentari. Dengan tiga jam atau lebih waktu menonton layar setiap hari, risiko obesitas perut dan sindrom metabolisme meningkat sekitar 15 persen.