Menumbuhkan Kembali Kebiasaan Menulis dengan Tangan pada Anak
Kebiasaan menulis dengan tangan harus dikembalikan lagi di tengah kemajuan teknologi. Ini bisa tingkatkan literasi anak.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas menulis dengan tangan semakin berkurang di tengah kemajuan teknologi dan perubahan perilaku pascapandemi Covid-19. Padahal, dengan menumbuhkan kebiasaan rajin menulis dengan tangan sejak dini pada anak bisa meningkatkan kecerdasan, kreativitas, dan daya ingat hingga tua.
Hasil riset Hope McCarrol dan Tina Fletche dalam jurnal Cogent Education (2017) menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara keberhasilan akademik dalam menulis dan membaca dengan kualitas tulisan tangan. Menulis dengan tangan bisa mengembangkan kemampuan berpikir reflektif dan kritis, serta keterlibatan emosional siswa dengan materi pelajaran.
Selain itu, menulis dengan tangan berdasarkan hasil penelitian Wiley dan Rapp pada 29 Juni 2021 justru lebih efektif dibandingkan dengan mengetik pada papan ketik atau kibor ataupun menonton video.
Sementara itu, kondisi literasi Indonesia saat ini menghadapi tantangan. Hal ini mulai dari kurangnya minat baca, pengaruh gawai dan media elektronik, kurangnya kualitas pendidikan, minimnya sarana dan prasarana, serta peran keluarga hingga kemiskinan.
Guru harus menjadi fasilitator yang mampu menyampaikan semangat menulis dengan tangan.
Ini tergambar dari laporan Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022, kemampuan literasi Indonesia masih rendah, yakni peringkat ke-71 dari 81 negara. Oleh karena itu, kebiasaan yang mulai memudar ini harus ditanamkan kembali kepada anak-anak melalui proses belajar di sekolah.
”Dengan menulis dengan tangan, terjadi beberapa kali pembelajaran, mulai dari dia membaca dan mendengar, lalu menuliskan kembali. Setelah itu, dia membaca dan menceritakan kembali apa yang dia tulis,” kata Muniarti Agustian, pakar pendidikan dari Universitas Atma Jaya di Jakarta, Kamis (22/8/2024).
Muniarti bersama tim peneliti dari Universitas Atma Jaya dan SiDU (Sinar Dunia) kini tengah melakukan riset terkait pengaruh kebiasaan menulis di atas kertas terhadap kemampuan literasi siswa Indonesia. Penelitian akan dilakukan kepada siswa-siswi di 100 sekolah dasar yang tersebar di wilayah Jabodetabek, baik negeri maupun swasta, dengan akreditasi yang sama.
Saat penelitian, anak-anak akan diajak untuk aktif menulis dengan tangan di atas kertas secara rutin minimal selama 21 hari berturut-turut. Modul khusus bagi guru SD telah disiapkan untuk membimbing anak dalam menumbuhkan kebiasaan menulis dengan tangan.
”Orangtua, apalagi guru yang kadang-kadang lebih didengarkan anak-anak, sangat berperan membiasakan menulis dengan tangan kepada anak,” ujarnya.
Tulisan anak-anak ini bisa berupa catatan harian sehari-hari anak ataupun catatan pelajaran. Isinya akan diteliti secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian diproyeksikan akan selesai pada tahun 2025 dan akan dipublikasikan dalam jurnal akademis.
Head of Marketing Domestic Stationery Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, Arif Darmawan, mengatakan, program Ayo Menulis, kerja sama SiDu dan majalah Cahaya Inspirasi Anak (CIA), sudah berlangsung dari 2017 dan menyasar ratusan ribu siswa. Penelitian ini penting untuk mengukur tingkat keberhasilan dari semangat ini.
”Kami percaya bahwa menulis dengan tangan bukan hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga tentang kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan penguasaan bahasa,” ucap Arif.
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo menilai, menulis dengan tangan penting untuk meningkatkan literasi. Pendidik dan peserta didik bisa bersama-sama menumbuhkan kemampuan penalaran, kreativitas, dan keterampilan berpikir kritis di dalam proses pembelajaran.
Dia menilai, anak-anak juga tetap perlu melek literasi digital dengan menguasai teknologi melalui proses menulis di gawai. Namun, aktivitas menulis dengan tangan tetap harus ditanamkan demi menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas.
”Guru harus menjadi fasilitator yang mampu menyampaikan semangat menulis dengan tangan ini kepada peserta didik dengan metode yang menarik dan informatif, hadirlah di tengah mereka sebagai sahabat,” kata Purwosusilo.