Apa Saja Bahan Tambahan Pangan yang Berbahaya bagi Kesehatan?
Bahan tambahan pangan biasa digunakan di masyarakat. Namun, sejumlah bahan tambahan berbahaya bagi kesehatan.
Apa yang bisa Anda pelajari dari artikel ini?
1. Apa saja bahan tambahan pangan?
2. Bagaimana fungsi bahan tambahan dalam pangan?
3. Apa saja bahan tambahan pangan yang berbahaya bagi kesehatan?
4. Bagaimana menghindari bahan tambahan pangan yang berbahaya?
Apa saja bahan tambahan pangan?
Bahan tambahan pangan merupakan zat yang terutama ditambahkan pada produk pangan yang diproduksi dalam skala industri untuk tujuan teknis. Bahan tambahan itu berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, ataupun disintesis secara kimia. National Institutes of Health mencatat, lebih dari 2.500 zat kimia ditambahkan ke makanan demi mengubah rasa, warna, stabilitas, tekstur, dan biaya.
Sebagai agen penyedap, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di lamannya, bahan tambahan pangan merupakan bahan kimia yang memiliki rasa atau wewangian dan ditambahkan pada makanan untuk mengubah aroma atau rasanya. Penyedap rasa dapat diekstraksi dari sumber alami misalnya tumbuhan dan hewan, serta agen penyedap buatan.
Baca juga: WHO: Pemanis Buatan Tidak Menurunkan Berat Badan, Justru Membahayakan Kesehatan
Selain itu, ada jenis bahan tambahan berupa sediaan enzim, yakni protein alami yang meningkatkan reaksi biokimia. Enzim ini diperoleh melalui ekstraksi dari tumbuhan atau produk hewani ataupun dari mikroorganisme seperti bakteri, terutama untuk pembuatan kue, bir, jus buah, dan keju.
Adapun bahan tambahan lain digunakan untuk berbagai alasan seperti pengawetan, pewarna, dan pemanis. Bahan ini ditambahkan ketika makanan disiapkan, dikemas, diangkut, atau disimpan, dan menjadi komponen makanan. Pewarna ditambahkan agar makanan agar tampak lebih menarik.
Bagaimana fungsi bahan tambahan dalam pangan?
Bahan tambahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsinya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) di lamannya menyebut, bahan tambahan yang biasa ditemukan pada label makanan meliputi antioksidan, pewarna, pengemulsi, penstabil, pengawet, dan pemanis.
Selama ini bahan tambahan pangan digunakan untuk membantu tersedianya makanan lezat, bergizi, aman, praktis, dan terjangkau sepanjang tahun. Bahan tambahan ini juga untuk memastikan makanan olahan tetap aman dan dalam kondisi baik dari pabrik gudang dan toko, hingga sampai ke konsumen.
Baca juga: Pewarna Makanan Sintetis Dapat Memicu Penyakit Radang Usus
Zat tambahan juga untuk mengubah sifat sensorik makanan, termasuk rasa, bau, tekstur, dan penampilan. Bahan-bahan ditambahkan ke makanan untuk menjaga keamanan dan kesegaran, serta sebagai bahan pengawet yang memperlambat pembusukan produk akibat jamur, udara, bakteri, dan ragi.
Selain menjaga mutu makanan, bahan tambahan pangan berfungsi meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi. Nutrisi seperti vitamin dan mineral ditambahkan ke makanan untuk menggantikan nutrisi yang kurang dalam makanan seseorang atau hilang dalam proses pengolahan.
Untuk meningkatkan rasa dan tekstur, rempah-rempah, perasa alami dan buatan, serta pemanis biasanya ditambahkan pada makanan. Pengemulsi, penstabil, dan pengental memberikan tekstur dan konsistensi yang diharapkan konsumen pada makanan.
Zat pengembang memungkinkan makanan panggang mengembang selama pemanggangan. Beberapa bahan tambahan membantu mengendalikan keasaman dan alkalinitas makanan, sedangkan bahan lain mempertahankan rasa dan daya tarik makanan dengan kandungan lemak rendah.
Apa saja bahan tambahan pangan yang berbahaya?
Badan Standar Pangan Inggris (Food Standards Agency) menjelaskan, konsumsi pewarna makanan buatan tertentu memicu peningkatan hiperaktif pada anak meliputi sunset sunset yellow FCF (E110), quinoline yellow (E104), carmoisine (E122), allura red (E129), tartrazine (E102), ponceau 4R (E124). Beberapa pewarna buatan dikaitkan kanker tiroid dan gangguan ginjal.
Baca juga: Awas, Pemanis Buatan Eritritol Meningkatkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke
Penggunaan sejumlah pemanis buatan juga membahayakan kesehatan manusia. Salah satunya adalah sirup jagung fruktosa tinggi atau high fructose corn syrup (HFCS). Pemanis ini tidak mengandung nutrisi, tetapi tinggi kalori, meningkatkan trigliserida, dan hormon penyimpan lemak sehingga bisa memicu obesitas.
Sementara aspartame, sakarin, dan sukralosa juga merupakan pemanis buatan yang diklaim rendah kalori. Namun, beberapa jenis pemanis ini mengelabui otak untuk melupakan bahwa rasa manis berarti kalori ekstra sehingga membuat orang cenderung mengonsumsi makanan manis lebih banyak.
Studi terbaru Cleveland Clinic menunjukkan, konsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan eritritol meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Temuan ini menunjukkan, eritritol membuat trombosit lebih aktif sehingga bisa memicu pembekuan darah.
Bahan tambahan pangan lainnya, yakni pengawet buatan seperti natrium benzoat yang jika digunakan dalam jumlah besar bisa memicu reaksi alergi atau memperburuk gejala asma. Bila dikombinasikan dengan asam askorbat, pengawet ini berubah jadi benzena yang meningkatkan risiko kanker.
Baca juga: Kandungan Tinggi Lemak Trans pada Jajanan, dari Roti Maryam hingga Martabak
Beberapa bahan tambahan makanan yang juga memiliki dampak buruk bagi kesehatan, yakni penggunaan monosodium glutamat (MSG) berlebihan dinilai meningkatkan risiko gangguan pada kimia otak. Sementara sejumlah studi menunjukkan konsumsi lemak trans buatan bisa memicu peradangan dan mengganggu kesehatan jantung.
Bagaimana menghindari bahan tambahan yang berbahaya?
Konsumen sebaiknya memilih bahan tambahan makanan yang telah melalui penilaian keamanan otoritas pengawas makanan setempat dan terbukti tidak menimbulkan risiko kesehatan besar bagi konsumen yang dapat digunakan secara internasional. Hal ini berlaku baik bahan tambahan makanan berasal dari sumber alami maupun sintetis.
Semua bahan tambahan pangan harus dicantumkan pada label makanan. Produsen makanan bertanggung jawab untuk memasarkan makanan yang aman, termasuk memastikan status keamanan dan regulasi bahan yang mereka gunakan dalam makanan sebelum tersedia bagi konsumen.
Komisi Codex Alimentarius menetapkan standar dan pedoman pelabelan makanan. Standar ini diterapkan di sebagian besar negara dan produsen wajib menunjukkan bahan tambahan pada produk mereka. Orang dengan alergi atau kepekaan pada bahan tambahan makanan tertentu harus memeriksa label dengan cermat.
Baca juga: Pemanis Buatan Dikaitkan Peningkatan Risiko Kanker
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mendorong otoritas nasional untuk memastikan bahan tambahan pada makanan dan minuman yang diproduksi di negaranya mematuhi ketentuan. Otoritas nasional harus mengawasi bisnis makanan untuk memastikan penggunaan bahan tambahan makanan aman.