Terjun ke dunia kerja tidak cuma butuh keterampilan teknis, tetapi juga karakter yang sesuai dengan budaya kerja.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga kursus dan pelatihan dapat jadi pilihan masyarakat untuk meningkatkan keterampilan dalam waktu singkat dan fleksibel guna menambah daya saing masuk dunia kerja. Namun, pendidikan di lembaga kursus kini tidak cukup hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi perlu juga memperkuat karakter peserta didik yang selaras dengan budaya dunia kerja.
Direktur Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nahdiana di webinar bertajuk ”Penguatan Pendidikan Karakter di Lembaga Kursus dan Pelatihan” di Jakarta, Rabu (31/7/2024), mengatakan, lembaga kursus dan pelatihan sebagai satuan pendidikan nonformal mengacu pada standar kompetensi lulusan. Dengan demikian, para peserta didik tidak hanya dituntut terampil secara teknis, tetapi juga mencakup sikap dan tata nilai yang merupakan penerapan pendidikan karakter.
”Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat penting untuk membangun kesadaran diri bagi peserta didik kursus dalam pengamalan nilai-nilai sebagai warga negara Indonesia yang bermartabat,” kata Nahdiana.
Menurut Nahdiana, karakter peserta didik yang beriman, mandiri, kreatif, bernalar kritis, dan bergotong royong diperlukan dalam menghadapi tantangan dunia kerja. Karena itu, proses pembelajaran di lembaga kursus dan pelatihan perlu memastikan penguatan karakter peserta didik yang selaras dengan Profil Pelajar Pancasila.
”Rendahnya tingkat ketahanan lulusan menghadapi budaya dunia kerja menjadi refleksi bagi Direktorat Kursus dan Pelatihan. Ada ruang pendidikan karakter yang perlu dikuatkan dan menjadi perhatian bersama para pemangku kepentingan,” tutur Nahdiana.
Memberi nilai lebih
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati mengatakan, pendidikan karakter harus diimplementasikan di seluruh satuan pendidikan vokasi.
”Satuan pendidikan vokasi, termasuk lembaga kursus dan pelatihan, mempunyai tanggung jawab untuk mengantarkan peserta didik memiliki nilai lebih sebagai warga negara Indonesia yang lebih bermartabat,” ujar Kiki.
Dalam empat tahun terakhir, kata Kiki, ada 331.033 lulusan program Pendidikan Kecakapan Kerja dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha yang dilayani lembaga kursus dan pelatihan yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Sekitar 73 persen di antaranya mampu bekerja dan berwirausaha. ”Namun, untuk bisa terus bertahan perlu dukungan penguatan sikap dan mental menghadapi budaya di dunia kerja,” kata Kiki.
Rendahnya tingkat ketahanan lulusan menghadapi budaya dunia kerja menjadi refleksi bagi Direktorat Kursus dan Pelatihan. Ada ruang pendidikan karakter yang perlu dikuatkan dan menjadi perhatian bersama para pemangku kepentingan .
Berdasarkan data Tracer Study Program Pendidikan Kecakapan Kerja 2023, sebanyak 140 lulusan program Pendidikan Kecakapan Kerja mampu bekerja di luar negeri. Untuk itu, penguatan pendidikan karakter menjadi hal penting guna meningkatkan kecintaan pada negara Indonesia dan menanamkan nilai luhur bangsa yang berkarakter.
Kepala Pusat Penguatan Karakter Rusprita Putri Utami menyampaikan, pendidikan karakter di pendidikan nonformal menjadi bekal menghadapi tantangan dunia industri yang berubah secara cepat dan tidak terduga serta kerap dipengaruhi banyak faktor. ”Untuk itu, diperlukan karakter yang kuat dan berdaya lenting,” katanya.
Hadirnya Pusat Penguatan Karakter sebagai unit kerja di Kemendikbudristek, kata Rusprita, berperan dalam tiga mandat utama, yakni menguatkan karakter melalui enam dimensi utama yang berpedoman pada Profil Pelajar Pancasila, mencegah kekerasan di satuan pendidikan, serta memperkuat inklusivitas dan kebinekaan.
”Jadi, judulnya walaupun pelajar, batas usianya bukan hanya anak-anak. Bahkan, yang sudah usia dewasa bisa menjadi sosok pelajar sepanjang hayat yang membutuhkan ilmu, pengetahuan, keterampilan baru, dan juga kecakapan hidup,” ujar Rusprita.