Tantangan Terbesar Saat Ini adalah Menemani Anak-anak di Dunia Digital
Ranah digital bagai pisau bermata dua bagi anak. Bermanfaat, tapi juga membahayakan jika anak tak dibekali pengetahuan.
Teknologi informasi tidak bisa lagi dipisahkan dalam kehidupan masyarakat, termasuk anak-anak. Namun, di balik berbagai kemudahan dan manfaatnya, berbagai ancaman di dunia daring membayangi kehidupan mereka.
Dari waktu ke waktu, anak terus menjadi korban kejahatan di ranah daring, terpapar konten-konten negatif dan pornografi, adiktif dengan permainan daring, bahkan dieksploitasi secara seksual oleh pelaku-pelaku kejahatan daring. Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah, terutama meningkatkan literasi mereka agar cerdas dan bijak berinternet.
Situasi perlindungan anak-anak Indonesia di ranah daring juga mendapat perhatian Unicef. Bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2024, Kompas berbincang dengan Astrid Gonzaga Dionisio, Spesialis Perlindungan Anak, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) Indonesia, Senin (22/7/2024). Berikut wawancaranya:
Bagaimana pandangan Unicef Indonesia melihat tantangan yang dihadapi anak-anak di era digital saat ini?
Kalau kita berbicara tentang era digital dan implikasinya pada perlindungan anak. Pertama, bahwa sebenarnya akses internet bagi anak-anak itu mempunyai manfaat kalau dilakukan dengan baik. Manfaatnya tentu adalah mereka bisa mendapatkan pengetahuan, bisa juga mereka gunakan untuk membangun jaringan dengan teman-teman mereka, dan bersosialisasi dengan keluarga. Namun, di lain pihak, ada tantangannya. Tantangan utama adalah mayoritas anak-anak kita ini belum paham tentang apa risiko-risiko yang ada di dalam dunia maya.
Ada studi dari Unicef. Kebetulan kami punya baseline study di tiga provinsi, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, dengan lebih dari 500 anak yang terlibat. Risiko anak-anak kita menggunakan internet lebih dari lima jam setiap hari adalah mereka rentan terpapar berbagai konten. Ini satu hal yang perlu diantisipasi. Masalahnya, mereka terhubung dengan internet, tetapi tidak dibarengi dengan pengetahuan. Hanya sedikit sekali anak-anak yang tahu tentang bagaimana melindungi dirinya, bagaimana berinternet dengan aman. Dan, hanya sedikit ini yang mendapatkan informasi tentang penggunaan internet yang sehat dan aman, baik dari keluarga, sekolah, maupun guru. Jadi, sangat-sangat terbatas. Ini yang menjadi tantangan utama kita, yakni tidak seimbang antara waktu mereka berinternet dengan pengetahuan yang mereka dapatkan untuk melindungi diri sendiri.
Bagaimana dengan literasi digital dan kampanye-kampanye yang dilakukan selama ini?
Masih perlu sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan untuk semua masyarakat, terutama anak-anak. Namun, ada hal-hal yang mungkin perlu dilakukan dari sisi regulasi, misalnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sebenarnya ada satu klausul yang memberikan tanggung jawab kepada sektor-sektor yang membuat produk atau jasa terkait dengan secara daring. Nah, ini yang sebenarnya mungkin perlu ditingkatkan. Karena harusnya pihak yang mengeluarkan produk, sosial media atau segala macam, itu harus bertanggung jawab untuk membuat hal tersebut aman. Nah, ini yang belum kita lihat, karena ketika misalnya anak-anak mengakses media sosial atau platform apa saja, tiba-tiba masuk konten yang tidak pantas untuk anak-anak. Pemahaman ini yang harusnya ditingkatkan. Akuntabilitas mereka juga harus ditingkatkan.
Baca juga: Hati-hati, Eksploitasi Seksual Anak secara Daring Kian Mengerikan!
Jadi, bagaimana kita melindungi anak-anak di ranah daring?
Ya, mungkin dimulai dari lingkungan yang terdekat anak. Itu, kan, ada orangtua, ada guru, misalnya. Mereka juga harus ada pemahaman. Karena sudah ada di undang-undang, harus dibuat internet jadi aman dan ramah anak. Misalnya, pihak pemilik platform harus membuat mekanisme pelaporan. Jika yang menggunakan produknya mengalami satu persoalan, mereka harus lapor ke mana? Ini untuk menjamin bagaimana ranah daring menjadi lebih aman bagi anak-anak kita. Kalau dari anak-anak, mereka inovatif dan banyak ide, seperti bagaimana menjamin ranah daring itu ramah dan aman untuk digunakan teman-temannya. Salah satunya di Jawa Tengah itu, anak-anak membuat aplikasi namanya Jogo Konco. Di Jawa Timur ada Lare Jatim (Lapor Arek Jatim) untuk bagaimana menjaga teman-temannya di ranah daring. Jadi, mereka membuat teman-temannya bisa mengakses informasi secara sehat. Bagaimana menjadi teman yang baik di dalam internet; atau, kalau temannya mengalami masalah, dia bisa kontak teman-temannya yang ada di situ. Makanya, yang penting adalah bagaimana kita ini membangun sensitivitas dari semua kalangan, bagaimana kita bisa (saling) menjaga bersama anak-anak.
Kerja sama Unicef dengan Pemerintah Indonesia seperti apa?
Unicef bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta berbagai kementerian terkait dan stakeholder saat ini masih menyusun peta jalan untuk menolong anak di ranah daring. Harapannya, peta jalan nanti bisa menjadi satu peraturan presiden. (Proses) Ini sudah sampai harmonisasi, siapa tahu jadi kado Hari Anak Nasional, ya. Ranah daring bukan hanya masalah Indonesia, melainkan masalah global. Di tingkat global, setiap negara diminta melakukan langkah-langkah konkret untuk melakukan literasi buat keluarga, anak-anak, guru dan siapa pun yang berinteraksi dengan anak-anak.
Baca juga: Anak Dikepung Kejahatan Daring hingga Luring
Lalu, peran dari yang memproduksi itu semua, baik alatnya, platformnya, maupun segala macamnya, agar mempunyai tanggung jawab membuat produk tersebut menjadi aman bagi anak-anak. Tentu ini membutuhkan peran pemerintah dari segi penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan. Dari peraturan perundang-undangan, Indonesia juga ada banyak kemajuan. Baru-baru ini, Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual memasukkan kekerasan seksual secara elektronik sebagai bentuk kekerasan seksual. Jadi, ini juga bisa menjadi acuan.
Apakah ada pesan kepada pemerintah yang sedang dalam masa transisi ini, terutama bagi pemerintahan baru?
Ya, Unicef sangat mengharapkan Pemerintah Indonesia konsisten dengan komitmennya menjalankan hak-hak anak, seperti yang sudah tertuang di dalam Undang-Undang Perlindungan anak dan Konvensi Hak Anak.
Adakah pesan untuk masyarakat?
Unicef tetap konsisten mengimbau dan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan internet agar aman dan nyaman bagi anak-anak. Seperti halnya lapangan tempat bermain anak-anak, internet ini kan sekarang menjadi tempat bermain anak-anak. Jadi, bagaimana kita menjaga tempat bermain anak-anak kita itu dan juga tempat memperoleh pengetahuan menjadi aman dan nyaman. Kami berharap Hari Anak Nasional menjadi satu milestone untuk kita sama-sama bergandeng tangan menjaga lingkungan daring, lingkungan ranah daring, menjadi aman dan nyaman bagi anak-anak kita.
Apa pesan Unicef kepada anak-anak di Indonesia terkait Hari Anak Nasional 2024?
Kami mengajak anak-anak untuk have fun karena ini adalah hari untuk anak-anak itu sendiri, menjadi model untuk perilaku yang baik bagi teman-teman mereka sendiri, bagi adiknya atau kakaknya, terutama di ranah daring. Jadi, gunakan internet secara aman dan bijak untuk berteman.