Presiden Jokowi Minta Gencarkan secara Merata Imunisasi Polio
Pemerintah mendorong cakupan tinggi imunisasi polio. Harapannya, tak ada lagi anak yang terkena virus dan lumpuh layuh.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta imunisasi perlu digencarkan, terutama di daerah-daerah dengan cakupan vaksin polio masih rendah, supaya tidak ada anak Indonesia yang lumpuh layuh. Terjadinya beberapa kasus polio pada anak di Jawa Tengah dan Jawa Timur harus menjadi pengingat supaya segera ada langkah antisipasi.
Presiden Joko Widodo bersama Nyonya Iriana Joko Widodo memantau langsung pemberian vaksin polio kepada anak di Posyandu Rajawali 3, kompleks Graha Nendali, Jalan Raya Sentani-Waena, Nendali, Kecamatan Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Selasa (23/7/2024).
Turut mendampingi dalam peninjauan ini antara lain Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia.
Selain itu, juga Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Wakil Kepala Kepolisian Negara RI Komisaris Jenderal Agus Andrianto, dan Penjabat Gubernur Papua Muhammad Ridwan Rumasukun. Nyonya Wury Ma’ruf Amin dan para anggota Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia Maju hadir pula ada kegiatan tersebut.
”Ya, kita harus mawas diri bahwa saat ini di seluruh dunia outbreak (kejadian luar biasa) polio itu terjadi lagi. TBC juga naik,” kata Presiden kepada wartawan seusai peninjauan.
Imunisasi, menurut Presiden, perlu segera dilakukan secara merata, terutama di daerah-daerah dengan cakupan vaksin polio masih rendah. ”Kemenkes (Kementerian Kesehatan), dinkes (dinas kesehatan) dikerahkan semuanya agar semuanya sudah mendapatkan vaksin polio anak-anak kita sehingga tidak terjadi lumpuh layuh,” kata Presiden.
Di Jawa Timur, sampai 17 Januari 2024, kasus polio ditemukan pada 11 anak. Dari jumlah tersebut, sembilan anak tidak bergejala klinis. Adapun dua anak lainnya dari Pamekasan dan Sampang, Madura, Jatim, bergejala klinis sehingga memerlukan penanganan intensif.
Adapun di Jawa Tengah ditemukan kasus polio pada satu anak berusia enam tahun di Klaten. Anak ini mengalami lumpuh sejak 20 November 2023 dan memiliki riwayat imunisasi polio tetes (OPV) dua kali.
Selain itu, masih ada juga kasus dengan virus polio yang diturunkan dari vaksin polio tipe 2 (VDPV2-n), yang ditemukan di Nduga, Papua, pada anak laki-laki berusia enam tahun pada 20 Februari 2024. Selain itu, kasus VDPV2-n juga ditemukan pada anak laki-laki berusia delapan tahun di Sidoarjo, Jatim, 29 Februari 2024. Satu kasus lain terdapat di Asmat, Papua.
Imunisasi polio serentak
Sejak ditemukannya kasus polio di Jateng dan Jatim ini, sub-pekan imunisasi nasional (Sub-PIN) polio serentak dimulai 15 Januari 2024. Setidaknya 8,4 juta anak Indonesia berusia 0-7 tahun menjadi sasaran.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine, Minggu (14/1/2024), di Jakarta, mengatakan, pelaksanaan Sub-PIN Polio dimulai serentak di seluruh Jateng, Jatim, serta Daerah Istimewa Yogyakarta. Imunisasi putaran pertama dimulai 15 Januari, sedangkan putaran kedua mulai 19 Februari.
Pemberian imunisasi juga diberikan tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Karena itu, semua anak dengan usia sasaran akan mendapatkan imunisasi polio.
Imunisasi polio dosis lengkap perlu diberikan empat kali melalui imunisasi polio tetes (oral polio vaccine/OPV) pada bayi usia 1, 2, 3, dan 4 bulan serta dua dosis vaksin suntik polio (inactivated poliovirus vaccine/IPV) untuk bayi usia 4 bulan dan 9 bulan.
Pemberian imunisasi dosis lengkap ini diharapkan bisa mencegah risiko kesakitan dan lumpuh layuh (acute flaccid paralysis/AFP) akibat virus polio tipe dua.
Masalahnya, cakupan imunisasi rendah. Disparitas cakupan imunisasi juga menjadi masalah dan meningkatkan risiko penularan polio.
Data Kementerian Kesehatan per 29 Februari 2024, sebanyak 32 provinsi (84 persen) serta 399 kota/kabupaten (78 persen) masuk dalam kategori berisiko tinggi polio. Adapun enam provinsi yang berisiko sedang adalah Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Saat peninjauan berlangsung, Presiden dan Nyonya Iriana juga berinteraksi dengan masyarakat yang hadir mengikuti imunisasi polio bagi anak-anaknya. Abigail, salah satu anak, sangat antusias dengan program pemberian vaksin polio tersebut.
”Sangat membantu biar anak-anak tercegah dari virus yang menakutkan juga sebenarnya, masuk di Indonesia, sudah masuk di Papua. Program pemerintah sangat membantu dan kami sangat senang, antusias,” ujarnya.
Tak hanya mengantisipasi polio, pemerintah juga masih berupaya menurunkan angka tengkes (stunting/kekurangan gizi kronis yang menyebabkan kekerdilan). Diakui, penurunan tengkes cukup baik dari 37 persen pada 2014 menjadi 21 persen pada 2020.
”Tapi (menurunkan dari) 21 (persen) ke 14 (persen pada 2024 seperti target semula) memang tidak secepat sebelumnya. Karena memang stunting ini tak hanya menyangkut makanan tambahan makan bergizi, tapi juga sanitasi, lingkungan tempat tinggal, rumah, air bersih, semuanya harus terkonsolidasi dengan baik,” kata Presiden.