Minat Jadi Guru Makin Rendah, Kekurangan Guru Jadi Masalah Serius
Kondisi kerja guru yang tidak menjanjikan membuat minat jadi guru rendah. Kekurangan guru pun terjadi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kekurangan guru jadi masalah serius Indonesia dan dunia. Kondisi kerja guru perlu ditingkatkan agar guru semakin bermutu dan sejahtera sehingga minat orang-orang terbaik menjadi guru pun meningkat.
Meskipun secara umum rasio guru dan siswa di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara maju, namun dari sisi kewilayahan terjadi kesenjangan.
Kepala Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Irsyad Zamjani mengatakan, secara umum rasio guru di Indonesia tidak jauh dari rasio guru di dunia. Pada 2023, rasio guru terhadap siswa 15,7. Kondisi ini tidak jauh dari Singapura, Jepang, mapun Belanda di tahun 2017.
”Tapi, ada masalah distribusi guru yang belum merata antarwilayah. Ada kekurangan guru yang cukup besar dari yang ideal di daerah tertentu. Selain itu, ada juga distribusi guru mata pelajaran yang tidak merata, terutama untuk guru kelas, guru Olahraga, guru Matematika, hingga guru Teknologi Informasi dan Komunikasi,” jelas Irsyad, dalam webinar bertajuk ”Penghargaan terhadap Profesi Guru melalui Pemenuhan Kebutuhan Guru di Indonesia” di Jakarta, Kamis (18/7/2024).
Mengutip laporan UNESCO tahun 2024, kata Irsyad, kekurangan guru jadi masalah global. Di 2030 diperkirakan kebutuhan guru baru untuk SD dan SMP di dunia mencapai 44 juta orang. Sementara di Asia Tenggara kebutuhannya mencapai 4,5 juta guru.
Ada kesulitan untuk memenuhi kebutuhan guru. Salah satunya ketidakpuasaan pada profesi guru karena beban kerja tinggi sehingga memicu stres. Selain itu, pendapatan profesi guru tidak sebanding dengan beban kerja sehingga menjadi guru kian tidak populer.
Guru merasa paling stres dalam mendisiplinkan kelas, terutama di kelas dengan jumlah siswa banyak. Guru juga merasa kesulitan melayani siswa berkebutuhan khusus sekaligus harus memenuhi beban administrasi sambil memastikan siswa tetap memiliki prestasi akademik yang baik.
Tidak diminati
Di banyak negara, gaji guru lebih kecil dari gaji profesi lain dengan kualifikasi yang sama. Besarnya gaji guru di jenjang SD, SMP, dan SMA hampir sama.
Karena itu, tidak aneh semakin banyak anak muda enggan memilih profesi guru. Minat menjadi guru di berbagai negara pun rendah. Berdasarkan hasil survei PISA 2018, proporsi murid usia 15 tahun yang ingin menjadi guru saat mereka berusia 30 tahun di bawah 25 persen. Bahkan, di Indonesia hanya 0,3 persen dari peserta yang ingin menjadi guru.
”Di berbagai negara minat jadi guru yang kurang justru dari murid-murid berprestasi. Padahal, guru jadi sosok penting untuk mendukung pendidikan berkualitas sehingga butuh anak-anak muda berprestasi," kata Irsyad.
Menurut Irsyad, mewujudkan kondisi kerja guru baik sangat penting sehingga para guru dapat memberikan pengalaman belajar menyenangkan bagi siswa. "Sayangnya, interpretasi tentang prioritas dan penggunaan anggaran untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru ini masih belum dimiliki semua pihak yang turut mendapat alokasi anggaran pendidikan 20 persen," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi mengatakan, mengatasi kekurangan guru yang serius harus dilakukan bersama-sama. Pemerintah semestinya proaktif mengajak organisasi guru dan pihak lain untuk sama-sama mencari solusinya.
Negara yang memiliki komitmen politik yang tinggi pada pendidikan tentunya akan menghargai guru.
”Kami percaya pemerintah punya keinginan untuk menghargai guru. Namun, ini tidak bisa sendiri, perlu diskusi bersama untuk memastikan keinginan ini terwujud dalam program dan kebijakan nyata yang berdampak. Tanggung jawab moral negara untuk memajukan pendidikan bangsa dengan memprioritaskan guru,” kata Unifah.
Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Ace Suryadi menyampaikan, negara yang memiliki komitmen politik yang tinggi pada pendidikan tentunya akan menghargai guru. Hal ini terlihat di Finlandia, di mana profesi guru terhormat, bahkan 5-10 persen siswa terbaik memilih jadi guru.
”Untuk memperbaiki sistem pembelajaran berkualitas tinggi, faktor guru ini jadi salah satu hal penting. Jadi, tidak boleh abai pada guru, apalagi tidak menghargai profesi guru,” kata Ace.