Mengenal Parkinson, Penyakit dengan Gejala Tremor dan Pelambatan Gerak
Tremor, kekakuan otot, dan pelambatan gerakan adalah gejala utama penyakit Parkinson yang harus diwaspadai.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Gerakan gemetar atau tremor pada bagian tangan atau jari menjadi gejala utama dari penyakitparkinson yang harus diwaspadai. Biasanya, gerakan gemetar ini terjadi pada saat kondisi istirahat, ketika tangan atau jari tidak digerakkan.
Selain itu, parkinson juga ditandai dengan kondisi kekakuan pada otot (rigiditas). Kekakuan ini dapat mengakibatkan keterbatasan gerak. Gejala lainnya yang patut diwaspadai ialah adanya bradikinesia atau pelambatan gerakan yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan dan menulis.
Sejumlah orang dengan parkinson juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh. Hal itu membuat orang dengan parkinson sangat berisiko mudah terjatuh.
Dokter spesialis neurologi RS Pondok Indah-Bintaro Jaya Gea Pandhita, Selasa (9/7/2024), mengatakan, gejala tersebut harus lebih diwaspadai pada orang yang memiliki faktor risiko parkinson. Risiko penyakit parkinson meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 60 tahun.
Meski begitu, risiko parkinson juga bisa dialami oleh usia yang lebih muda sebelum umur 50 tahun. Kondisi ini biasa dikenal sebagai young-onset parkinson's disease (YOPD). Beberapa gejala yang mesti diwaspadai antara lain jika pada usia muda sudah muncul gejala motorik, seperti tremor, kekakuan otot, dan gerak yang melambat.
”Penanganan parkinson pada usia muda mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda, dengan fokus untuk mempertahankan kualitas hidup dan fungsional aktivitas keseharian sebaik mungkin melalui terapi fisik, okupasi, dan dukungan psikologis,” tutur Gea.
Risiko parkinson juga bisa dialami oleh usia yang lebih muda sebelum usia 50 tahun. Kondisi ini biasa dikenal sebagai young-onset parkinson's disease (YOPD).
Penyakit parkinson terjadi karena adanya kerusakan atau hilangnya sel substansia nigra yang merupakan sel saraf di bagian otak. Sel itu berfungsi untuk memproduksi dopamin yang amat penting sebagai neurotransmitter untuk mengendalikan gerakan dan koordinasi.
Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif yang progresif sehingga kondisi ini bisa semakin memburuk seiring dengan berjalannya waktu. Belum ada penyebab pasti yang diketahui dari penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya parkinson.
Faktor risiko tersebut, antara lain, usia, jenis kelamin, dan genetik. Parkinson semakin berisiko seiring bertambahnya usia sesudah umur 60 tahun. Penyakit ini juga lebih banyak ditemukan pada laki-laki.
Selain itu, seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan parkinson dapat semakin berisiko. Beberapa mutasi genetik yang spesifik juga dapat meningkatkan risiko parkinson.
Faktor risiko lain yang perlu diperhatikan ialah akibat paparan toksin jangka panjang, seperti pestisida, herbisida, atau logam berat. Paparan terhadap toksin tersebut akan meningkatkan risiko menderita penyakit parkinson.
Risiko untuk terkena penyakit parkinson dapat meningkat pula pada seseorang yang pernah mengalami cedera pada kepala. Cedera kepala yang serius bisa meningkatkan risiko parkinson.
Terdapat sejumlah kondisi yang bisa menjadi komplikasi dari penyakit parkinson, salah satunya gangguan kognitif yang menyebabkan berkurangnya memori dan daya ingat, yang bisa berkembang menjadi demensia. Orang dengan parkinson juga berisiko mengalami depresi dan kecemasan, gangguan tidur, serta masalah bicara dan menelan.
Pemeriksaan
Gea menyampaikan, penyakit parkinson perlu dipastikan dengan diagnosis yang tepat. Diagnosis tersebut umumnya didasarkan pada riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter spesialis neurologi.
Sejauh ini tidak ada tes laboratorium khusus untuk penyakit parkinson, tetapi beberapa tes tambahan bisa dilakukan, seperti tes MRI (magnetic resonance imaging) kepala atau tes PET (positron emission tomography) scan. Tes tambahan ini bisa dilakukan untuk menyingkirkan kondisi lain yang memiliki gejala klinis yang serupa dengan parkinson.
”Pemeriksaan neurologis yang mendalam dan respons terhadap obat seperti levodopa dapat membantu dalam menegakkan diagnosis,” ucap Gea.
Penyakit parkinson sampai saat ini belum bisa disembuhkan secara permanen. Akan tetapi, terapi dan pengobatan bisa diberikan untuk membantu mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Terapi untuk pasien parkinson bisa dilakukan dengan pengobatan yang bertujuan untuk meningkatkan kadar dopamin di otak dan mengurangi gejala gangguan motorik yang dialami.
Terapi fisik dan okupasi juga bisa diberikan untuk membantu meningkatkan mobilitas, kekuatan otot, dan kemampuan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Stimulasi otak dalam (deep brain stimulation) dapat menjadi pilihan pula sebagai terapi pada pasien parkinson.
Stimulasi ini dilakukan dengan prosedur bedah dengan menanamkan elektroda di otak untuk mengurangi gejala gangguan motorik. Meski begitu, tindakan ini hanya diterapkan pada kondisi parkinson tertentu. Konsultasi dengan dokter ahli diperlukan.
Gerakan tai chi
Sebuah penelitian di China menunjukkan, gerakan tai chi ternyata dapat membantu memperlambat gejala parkinson selama beberapa tahun. Seseorang yang berlatih tai chi setidaknya dua kali seminggu memiliki lebih sedikit komplikasi dari parkinson serta mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan tai chi.
Penelitian tersebut dilakukan oleh peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai Jiao Tong pada ratusan pasien parkinson selama lima tahun. Tai chi merupakan latihan tradisional asal China yang menggabungkan gerakan lambat dan lembut dengan latihan napas dalam dan relaksasi.
Dalam laporan penelitian yang dipublikasikan di jurnal Neurologi Bedah Saraf dan Psikiatri disebutkan, penyakit parkinson pada orang yang melakukan tai chi berkembang lebih lambat berdasarkan pengukuran gejala, gerakan, dan keseimbangan. Orang dengan parkinson yang melakukan tai chi juga lebih sedikit terjatuh, sakit punggung, pusing, serta masalah ingatan dan konsentrasi. Pada saat yang sama, kualitas tidur mereka juga meningkat.
Gen Li yang meneliti hal ini menuturkan, tai chi dapat digunakan untuk mengelola parkinson dalam jangka panjang serta memperpanjang kualitas hidup dan membantu pasien tetap aktif. ”Tai chi dapat mempertahankan dampak baik jangka panjang terhadap penyakit parkinson,” ucapnya, seperti dikutip di BBC.