Merawat Jiwa Jemaah yang Gelisah
Demensia banyak diderita anggota jemaah haji lanjut usia. Mereka membutuhkan dukungan psikososial.
Raut wajah Arsi (83), bukan nama sebenarnya, tampak gelisah. Ketika melihat seorang lelaki hendak memasuki lift didampingi seorang tenaga kesehatan, ia pun bergegas mengikutinya. Namun, langkahnya segera dihalangi sejumlah perawat.
Anggota jemaah haji asal Kabupaten Serang, Banten, itu meronta ingin melepaskan pegangan dua perawat itu. ”Aku mau pulang,” tutur perempuan yang siang itu mengenakan daster panjang berwarna putih kombinasi biru tersebut bernada merengek, Kamis (6/6/2024).
Setelah dibujuk petugas kesehatan, ia akhirnya sedikit tenang dan duduk di balik meja perawat. Kemudian ia meminta selembar kertas dan pulpen serta minta salah seorang petugas menuliskan surat bagi keluarganya agar menjemputnya. ”Emak lagi sakit, tolong ke sini,” tulisnya.
Arsi telah beberapa hari dirawat di Poliklinik Psikiatri, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Mekkah, Arab Saudi. Sebelumnya, ia merajuk dan membongkar barang-barang di penginapan, termasuk barang milik anggota jemaah lain yang sekamar dengannya.
Karena dianggap mengganggu anggota jemaah lainnya, ia kemudian dibawa ke KKHI Mekkah untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Hasil diagnosis dokter menunjukkan, Arsi menderita demensia dan harus dirawat inap.
Baca juga: Pneumonia Menjadi Kasus Tertinggi pada Jemaah Haji
Hal serupa diderita Suriyam (77), bukan nama sebenarnya, anggota jemaah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat melaksanakan umrah, ia muntah hingga mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.
Seusai melaksanakan umrah wajib di Masjidil Haram, Mekkah, sebagai rangkaian ibadah haji, nenek dari lima cucu ini mengalami gejala demensia. Ia menyobek handuk dan selimut di kamar penginapannya dengan kuku karena dianggap palawija.
Ada juga anggota jemaah lanjut usia yang mengalami demensia karena mencemaskan kondisi istrinya yang dirawat di KKHI Mekkah. ”Dalam sehari ia berulang kali minta menemui istrinya yang dirawat di lantai berbeda di klinik. Romantis sekali,” kata Kepala KKHI Mekkah Enny Nuryanti.
Poliklinik Psikiatri KKHI Mekkah, terdapat 11 kamar dengan 44 tempat tidur pasien.
Kasus terbanyak
Demensia merupakan salah satu jenis penyakit terbanyak diderita jemaah haji yang dirawat di KKHI Mekkah selain pneumonia atau radang paru.
Menurut dokter spesialis kedokteran jiwa di KKHI Mekkah, Ahmad Andi, demensia ialah kumpulan gejala pada orang berusia di atas 65 tahun karena gangguan otak yang bersifat kronis progresif. Gangguan tersebut berupa gangguan daya ingat (memori) dan daya pikir (mengolah informasi).
Sejumlah pasien terdeteksi demensia ringan sebelum berangkat haji. Namun, kondisinya memburuk akibat kelelahan dan kurang cairan, situasi baru, dan kurangnya dukungan antaranggota jemaah. ”Saat di kamar tertutup, penderita mengira berada di asrama haji,” tuturnya.
Baca juga: Beragam Cara Melindungi Jemaah Lansia dengan Hati
”Faktor pemicunya yakni situasi baru. Bayangkan, ada anggota jemaah lansia tak pernah keluar kampung dan naik pesawat, selalu ada yang mendampingi. Saat berangkat haji tidak ada pendamping, menghadapi suhu panas, dan bersama orang asing,” ungkap Ahmad.
”Penderita demensia mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang, misalnya mencari anak dan istri di kampung. Saat disorientasi waktu, penderita tak paham waktu pagi, siang, dan malam. Penderita tak mengenali jemaah lain dan merasa terasingkan,” tutur Ahmad.
Selain itu, orang dengan demensia mengalami gangguan emosi dan perilaku sosial, misalnya berjalan mondar-mandir dan buang air sembarangan. ”Penderita khawatir ditinggal sendiri dan cemas apa bisa berinteraksi dengan anggota jemaah lain,” ujarnya.
Penderita demensia mengalami disorientasi waktu, tempat, dan orang, misalnya mencari anak dan istri di kampung.
Ada beberapa jenis demensia, di antaranya demensia alzheimer, yakni kemunduran daya ingat dan demensia vaskular akibat gangguan pembuluh darah. Kasus demensia pada anggota jemaah umumnya jenis demensia alzheimer kombinasi gangguan metabolik.
Deteksi dini
Agar kondisi tak bertambah parah, perlu deteksi dini gejala demensia, di antaranya murung, enggan mengobrol, nafsu makan berkurang, lupa waktu shalat, atau disorientasi waktu. ”Berikan rasa aman, misalnya mengajak ngobrol dan menyuapi penderita,” kata Ahmad.
”Tanyakan perasaannya. Kalau kangen, kita membantu video call dengan keluarga di Tanah Air, menepuk bahu penderita. Jadi lebih pada memberikan perhatian dan penghargaan. Hal ini perlu disosialisasikan kepada jemaah,” ujarnya.
Jika terdeteksi anggota jemaah tidak mau makan dan tidak mau beraktivitas serta kebingungan, segera konsultasikan ke tenaga kesehatan. ”Jangan sampai menunggu penderita membongkar koper jemaah lain, merusak pintu, dan gangguan perilaku lain,” kata Ahmad.
Penderita demensia baru dipulangkan dari klinik jika gejala klinis sudah tertangani, sudah tidak lagi mengalami disorientasi waktu dan tempat, mempunyai kesadaran beribadah haji, dan mandiri dalam mengurus diri, serta patuh minum obat.
Baca juga: Beragam Kiat Tangani Jemaah Demensia
Dalam menjalankan rangkaian ibadah haji, anggota jemaah dengan demensia yang dirawat di KKHI menjalani safari wukuf dan dibadalhajikan. ”Penderita demensia bisa dipulangkan lebih awal agar mendapat penanganan medis lebih lanjut,” tutur Ahmad.
Dukungan psikososial dari anggota jemaah lain juga amat penting untuk mempercepat pemulihan penderita. Dalam sejumlah kasus, anggota jemaah yang mengalami demensia telah pulih tetapi ditolak keluarga dan jemaah lain saat akan dipulangkan ke penginapan.
Petugas bimbingan ibadah mengedukasi jemaah lain agar menerima pasien yang pulih. Perlu pemahaman, ibadah haji tak hanya seberapa banyak beribadah, tetapi bisa jadi haji mabrur ketika merawat orang yang sakit. ”Jangan kucilkan anggota jemaah yang demensia,” ujarnya.