Pemugaran Muarajambi Rampung September, Banyak Temuan Baru Terungkap
Temuan di KCBN Muarajambi semakin beragam. Temuan ini juga memperkaya narasi sejarah untuk mengungkap peradaban di sana.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA, SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS — Pemugaran dan penelitian pemugaran empat situs candi di Kawasan Cagar Budaya Nasional atau KCBN Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, ditargetkan rampung pada September 2024. Struktur utama bangunan candi semakin jelas terlihat.
Pemugaran dilakukan di Candi Kotomahligai dan Candi Parit Duku, sementara penelitian pemugaran dilakukan di Candi Sialang dan Menapo Alun-alun. Proyek revitalisasi ini juga meliputi normalisasi kanal, revitalisasi kapal tradisional, dan penataan lingkungan di situs-situs candi lainnya dengan melibatkan sekitar 500 pekerja warga lokal.
Pengamatan Kompas, Rabu (10/7/2024), rekonstruksi beberapa struktur utama di Candi Kotomahligai, seperti cetiyaghara atau candi induk, mandapa (tempat ritual), dan pagar luar sudah memasuki proses akhir. Rekonstruksi cetiyaghara, misalnya, telah mencapai titik tertinggi sekitar 2,6 meter.
Beberapa pekerja memasang bata merah untuk merekonstruksi struktur tangga cetiyaghara, sementara pekerja lainnya menyusun bata dengan pola melingkar menyerupai stupa di atas mandapa. Struktur gapura sisi timur yang bulan lalu masih ditutupi gundukan tanah juga sudah diekskavasi.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko mengatakan, progres pemugaran sudah hampir mencapai 80 persen. ”Targetnya selesai September. Berarti waktunya tinggal sekitar dua bulan lagi. Struktur utama candi, seperti di Kotomahligai, sudah semakin jelas terlihat,” ujarnya.
Candi Kotomahligai diindikasikan sebagai wihara atau tempat ibadah dan belajar bagi umat Buddha di masa lalu. KCBN Muarajambi seluas 3.981 hektar merupakan situs Buddha terbesar di Asia Tenggara yang memiliki 115 situs percandian dan lebih dari 3.000 koleksi.
Pemugaran juga menghasilkan temuan-temuan terbaru. Pada Jumat (5/7/2024), pekerja menemukan arca Awalokiteswara di struktur gapura utara di Candi Kotomahligai. Di gapura itu pula ditemukan sisa arang pada Maret lalu.
”Sepertinya di lokasi itu pernah dibakar, lalu gapuranya ambruk. Saat ini lokasinya ditutup dulu. Akan dilakukan penelitian lebih lanjut,” kata Agus.
Beberapa temuan terbaru tidak hanya membuat temuan di KCBN Muarajambi semakin beragam. Hal ini juga memperkaya narasi sejarah untuk mengungkap jejak peradaban di KCBN Muarajambi.
Semula, situs Muarajambi diperkirakan dibangun pada abad ke-7 hingga abad ke-12. Namun, berdasarkan hasil penanggalan karbon dari temuan terbaru, peradaban di sana diperkirakan berdiri pada abad ke-6 dan setidaknya bertahan hingga abad ke-13.
”Itu gunanya dilakukan penanggalan karbon karena akan menentukan era peradabannya. Kita akan cek lagi berdasarkan penemuan terbaru. Kalau hanya menemukan arca lalu dikonservasi, tidak akan terjawab masa peradabannya. Sekarang kita mulai tahu kapan era akhir peradabannya,” paparnya.
Arca Awalokiteswara di Candi Kotomahligai ditemukan oleh dua pekerja, Zakaria (54) dan Ruslan (61). Mereka menemukan arca berbahan perunggu itu saat sedang menggali tanah yang menutupi lantai gapura utara.
Semula, situs Muarajambi diperkirakan dibangun pada abad ke-7 hingga abad ke-12. Namun, berdasarkan hasil penanggalan karbon dari temuan terbaru, peradaban di sana diperkirakan berdiri pada abad ke-6 dan setidaknya bertahan hingga abad ke-13.
Zakaria mengatakan, arca itu ditemukan pada Jumat (5/7/2024) sekitar pukul 16.00. ”Pak Ruslan menggali pakai linggis. Saya yang menggaruk tanahnya. Setelah dikorek, ditemukan benda seperti arca. Lalu diangkat oleh konservator dan terlihat arca dalam posisi telungkup,” ucapnya.
Koordinator Pemugaran Candi Kotomahligai Kurnia Prastowo Adi menuturkan, pemugaran struktur candi di kompleks berukuran 110 meter x 90 meter itu telah memasuki tahap akhir. Bangunan struktur utama sudah hampir selesai.
”Tinggal penyelesaian untuk bagian anak tangga mandapa. Nanti akan ada juga selasar yang mengelilingi cetiyaghara. Sebab, bagian itu lebih tinggi tiga lapis bata dibandingkan sekitarnya,” katanya.
Berbagai bidang ilmu
Ekskavasi juga masih dilakukan di kompleks Candi Sialang yang berukuran sekitar 50 meter x 50 meter. Ada ribuan bata merah yang ditemukan terkubur di dalam tanah, termasuk di bawah akar pohon. Bata tersebut lantas ditumpuk, dikategorikan, dan dicatat untuk penelitian lebih lanjut. Proses penelitian di kompleks candi ini melibatkan 65 pekerja, termasuk arkeolog serta petugas keamanan.
Menurut tenaga konservasi di Candi Sialang, Ruci Ardi, penelitian di Candi Sialang tak hanya dikerjakan dengan perspektif arkeologis. Penelitian melibatkan bidang ilmu lain, seperti botani, radiometri, serta keramologi. Pelestari cagar budaya juga digandeng.
Botanis, misalnya, dilibatkan untuk menganalisis kondisi 40 pohon yang ada di kompleks Candi Sialang. Saat ekskavasi berlangsung, pohon tidak boleh ditebang dan akarnya tidak boleh dipotong. Ini agar pemugaran selaras dengan pelestarian alam. Tumbuhan di kompleks candi ini antara lain pohon durian, duku, bungur, sebelik sumpah, dan anggrek.
”Bata ini stabil karena lingkungannya saat ini. Kalau kita potong pohonnya, (lingkungannya) malah jadi ekstrem. Bata bisa jadi kering dan rapuh,” kata Ruci, Senin (8/7/2024).
Selain bata, ada temuan lain selama proses ekskavasi di kompleks Candi Sialang. Beberapa di antaranya adalah arca, koin, batu andesit, keramik, dan arang. ”Tempo hari ada temuan arca gajah berkepala tiga. Bahannya belum bisa ditentukan karena belum selesai dianalisis. Bulan ini rencananya akan diperiksa bersama ahli,” tutur Ruci.
Hasil analisis itu akan menjadi pendukung untuk menyusun narasi Candi Sialang. Selain itu, narasi juga disusun melalui analisis sampel tanaman dan struktur yang ditemukan. Hingga kini, ada enam struktur yang ditemukan di kompleks Candi Sialang.
Pemugaran Candi Parit Duku juga mengungkap struktur-struktur yang berada di kompleks berukuran 81 meter x 80 meter tersebut. Semula, lokasi itu hanya berupa enam gundukan tanah. Namun, setelah digali, ditemukan sedikitnya 23 struktur bangunan. Mayoritas bangunan berbentuk persegi.
Di candi ini banyak ditemukan bata berprofil, bata stupa, dan tembikar. Candi Parit Duku diindikasikan sebagai kompleks stupa yang dijadikan area pemakaman untuk menyimpan abu kremasi.