Bagaimana Mencegah Kecanduan Gawai pada Anak?
Penggunaan gawai oleh anak ibarat pisau bermata dua. Orangtua perlu mencegah agar anak tidak kecanduan gawai.
Apa yang bisa Anda pelajari dari artikel ini?
1. Apa dampak kecanduan gawai pada anak?
2. Apa saja gejala anak yang kecanduan gawai?
3. Bagaimana mencegah anak kecanduan gawai?
4. Bagaimana sebaiknya mengatur penggunaan gawai oleh anak?
Apa dampak kecanduan gawai pada anak?
Di era digital, penggunaan gawai tidak lagi mengenal batas usia. Anak-anak semakin akrab dengan gawai untuk mengakses gim daring, media sosial, dan fitur lainnya. Padahal, kondisi ini berpotensi berdampak buruk pada anak.
Penggunaan gawai pada anak ibarat pisau bermata dua. Bisa menambah referensi belajar, tetapi juga rawan mendatangkan berbagai sisi buruk jika ketergantungan memakainya.
Menurut Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso, pemakaian gawai berhubungan dengan mental atau emosional anak. Adiksi atau kecanduan terhadap gawai berisiko menimbulkan masalah emosional pada anak.
Baca juga: Kecanduan terhadap Gawai Mengganggu Emosi dan Mental Anak
Orang dengan kecanduan gawai atau gim daring itu akan mengalami sulit konsentrasi dan fokus, pengendalian diri buruk, penurunan kapasitas proses memori, serta kognisi sosial negatif.
Dokter spesialis tumbuh kembang anak dan penulis buku Cerdas Memilih Mainan Anak dan Remaja, Bernie Endyarni Medise mengatakan, ”paparan gawai ini bersifat satu arah sehingga bisa mengakibatkan keterlambatan berbicara. Orangtua dapat mengajak untuk bermain bersama dan berkomunikasi dua arah."
Sementara ahli Adiksi Perilaku dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM Jakarta Kristiana Siste, menyebut, orang dengan kecanduan gawai mengalami perubahan di otaknya. Jika dampak kecanduan itu tidak segera diobati bisa terjadi demesia di usia dini.
Baca juga: Kecanduan Internet pada Anak Sama Buruknya dengan Kecanduan Narkoba
”Dampaknya sama, adiksi internet dan adiksi narkoba merusak otak. Penelitian 2019, pada remaja yang adiksi internet, kerusakan otaknya ada. Adiksi internet juga menghabiskan uang besar untuk paket data ataupun games online. Ada pasien remaja yang juga sampai mengambil uang orangtuanya hingga puluhuan juta. Mirip dampaknya dengan narkoba,” ujar Siste.
Apa saja gejala anak yang kecanduan gawai?
Gejala kecanduan gawai atau internet bisa dilihat, antara lain, dari durasi penggunaan internet makin meningkat dan tidak dapat mengontrol. Harusnya waktu tidur, tetapi bermain terus. Konten yang diakses bertambah tinggi.
Deteksi dini kecanduan internet bisa diakses lewat laman kdai-online.id atau aplikasi KDAI di Google Playstore. Jika skor di bawah 107 ulangi setiap enam bulan. Jika di atas 107, kunjungi dokter umum atau psikiater.
Untuk itu, perlu detoksifikasi digital bisa dilakukan dengan berpuasa main gim daring selama 1 hari per minggu, cari kegiatan lain yang bisa dilakukan bersama-sama, dan matikan notifikasi.
Baca juga: Gawai yang Kian Mencandu
Bagaimana mencegah anak kecanduan gawai?
Mencegah anak kecanduan gawai bisa dilakukan dengan membangun ruang tumbuh dan budaya literasi bagi anak. Menurut pendiri Fun Garden of Literacy Palupi Mutiasih, budaya literasi perlu dibangun sejak dini. Namun, literasi tidak sekadar membaca, tetapi juga berbagai aktivitas lain, termasuk bermain dan membuat karya sehingga anak memperoleh pengetahuan baru.
”Anak butuh ruang tumbuh yang mendukung perkembangan mereka. Apa kita tega hanya menggantungkan ruang tumbuh mereka pada gawai?” ujarnya.
Baca juga: Anak-anak Melawan Candu Gawai
Dalam sebuah kegiatan, misalnya, Palupi mengajak anak-anak membaca buku, mendengarkan dongeng, dan membuat boneka tangan atau puppet. Kegiatan ini berlangsung selama empat jam.
Baca juga: Mencegah Kecanduan Gawai
Di samping itu, permainan tradisional juga bisa dimanfaatkan untuk menjauhkan anak-anak dari gawai.
Peneliti permainan tradisional Indonesia yang juga pendiri Komunitas Hong, Zaini Alif, mengatakan, permainan tradisional menghadirkan kesenangan kolektif. Sebab, orientasinya tidak pada kemenangan melainkan menikmati prosesnya.
Zaini mencontohkan, dalam permainan kucing-kucingan, anak yang menjadi ”kucing” (penjaga), justru sangat menikmati perannya. Padahal, dia harus berlari mengejar teman- temannya untuk menggantikan posisinya sebagai kucing.
Baca juga: Lawan Candu Gawai dengan Permainan Tradisional
Baca juga: Permainan Tradisional Dukung Tumbuh Kembang Anak
”Dalam permainan tradisional, yang kalah tidak selalu di bawah. Intinya bukan menang atau kalah, melainkan kegembiraan bersama,” ujar Zaini. Menurut Zaini, sedikitnya terdapat 2.600 permainan tradisional di Indonesia. Sekitar 350 di antaranya berada di Jabar.
Bagaimana sebaiknya mengatur penggunaan gawai oleh anak?
Kecanduan gawai pada anak menjadi salah satu teror paling menakutkan bagi orangtua. Sebab, tidak hanya berpotensi memicu gangguan kesehatan seperti sakit mata, tetapi juga memengaruhi emosional anak dan membuat mereka sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan rekomendasi agar anak berusia kurang dari satu tahun tidak menggunakan gawai. Anak berusia 1-4 tahun boleh menggunakan gawai maksimal 60 menit dalam sehari. Namun, anak pada kelompok usia ini disarankan melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan, melompat, menari, berenang, atau bermain selama 180 menit (3 jam) sehari.
Baca juga: Waspadai Ketergantungan Anak pada Gawai
Baca juga: Ketika Maluku Punya Cara Jauhkan Anak dari Adiksi Gawai