Jokowi Sebut Target Menurunkan Tengkes ke 14 Persen Ambisius
Target penurunan tengkes melambat. Presiden menyebut target ambisius.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menilai, penurunan tengkes memerlukan koordinasi banyak kementerian/lembaga. Target menurunkan prevalensi tengkes dari 37 persen di tahun 2014 menjadi 14 persen di akhir 2024 juga diakui sangat ambisius.
Satu dari tiga anak balita Indonesia mengalami tengkes atau kekurangan gizi kronis yang menyebabkan kekerdilan (stunting) pada 2014. Pada 2014, angka tengkes mencapai 37 persen. Setelah intervensi, angka menurun menjadi 21,6 pada 2022. Namun, pada 2023 penurunan hanya 0,1 persen dari tahun 2022.
”Memang, ini kemarin turunnya hanya kecil 0,1 (persen). Tapi, apa pun, kerja keras dan usaha yang telah dilakukan oleh daerah, oleh posyandu, harus kita hargai,” ujar Presiden Joko Widodo, Selasa (11/6/2024).
Menurut Presiden, penurunan tengkes memang memerlukan konsolidasi dan kerja sama semua pihak. Sebab, banyak faktor yang perlu dipenuhi untuk mencegah tengkes mulai dari sanitasi, kondisi kesehatan calon ibu, ataupun pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi. Oleh karena itu, mencapai target penurunan tengkes sampai 14 persen di akhir 2024 tak mudah.
”Stunting ini, kan, tidak hanya urusan makanan, tambahan urusan gizi, (tapi) juga menyangkut sanitasi, lingkungan dari kampung, lingkungan dari RT juga berpengaruh. Masalah air yang ada juga sangat berpengaruh sekali terhadap stunting. Ini memang kerja bareng-bareng, kerja bersama, kerja terintegrasi, kerja terkonsolidasi sehingga hasilnya akan kelihatan,” tutur Kepala Negara.
Pada kesempatan tersebut, Presiden juga menyebut target tengkes 14 persen di tahun 2024 yang ditentukannya sangat ambisius. ”Ya, yang namanya target, kan, kita, kan, memiliki target yang sangat ambisius dari 37 melompat ke 14. Ini ambisius banget, tapi memang kita harus bekerja keras mencapai target. Nanti, akhir tahun, kita lihat berapa,” kata Presiden, menambahkan.
Penanganan Covid-19 juga disebut sebagai penyebab berkurangnya perhatian untuk menurunkan tengkes. ”Kadang-kadang, kan, situasi kayak Covid itu hati-hati. Kayak Covid kemarin, 2,5 tahun, memengaruhi konsentrasi kita ke penanganan stunting,” kata Presiden lagi.
Presiden dan Nyonya Iriana mengunjungi Posyandu Wijaya Kusuma, Kebon Pedes, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Selasa pagi. Keduanya meninjau langsung kegiatan Gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting. Kegiatan ini dilakukan secara serentak pada bulan Juni dan merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mengurangi angka tengkes di Indonesia.
Kegiatan penimbangan anak balita ini pun dilaksanakan secara serentak di 338.000 posyandu yang ada di Indonesia. Perkembangan anak balita diharapkan bisa dipantau dan intervensi pada anak balita kurang gizi juga bisa dilakukan sedini mungkin.
Dari Bogor, Presiden dan Nyonya Iriana melanjutkan kunjungan ke Posyandu Integrasi RW 002 di RPTRA Taman Sawo, Cipete Utara, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ikut mendampingi Presiden dan Nyonya Iriana, antara lain, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Di kedua lokasi acara, Presiden Jokowi meninjau kegiatan yang dilakukan di posyandu, meliputi pendaftaran, penimbangan, pengukuran berat badan dan tinggi badan, pencatatan, serta penyuluhan kesehatan.
Selain itu, ada tambahan dua meja khusus di posyandu Kebon Pedes, Bogor, yaitu untuk pencegahan tengkes dan ketahanan keluarga. Ini sekaligus menunjukkan inovasi lokal dalam menghadapi masalah tengkes.
Ya, yang namanya target, kan, kita, kan, memiliki target yang sangat ambisius dari 37 melompat ke 14. Ini ambisius banget, tapi memang kita harus bekerja keras mencapai target.
Ketua Pokja 4 PKK Kota Bogor Meira Sophia menjelaskan, kegiatan ini melibatkan proses yang terpadu, mulai dari pendaftaran hingga penyuluhan dengan tujuan mengoptimalkan pencegahan tengkes. ”Masyarakat sangat antusias bahkan sebetulnya ingin berbondong-bondong datang ke tempat ini untuk bertemu dengan Bapak Presiden,” ujarnya.
Kegiatan di Posyandu Wijaya Kusuma menyasar sedikitnya 105 bayi dan anak balita, calon pengantin, dan sejumlah ibu hamil. Meira berharap gerakan serentak ini bisa menurunkan angka prevalensi tengkes di Tanah Air secara signifikan.