Mikroplastik Ditemukan di Sperma Manusia, Dikaitkan dengan Penurunan Kesuburan
Peneliti di China menemukan mikroplastik di sperma, dan dikaitkan dengan penurunan tingkat kesuburan.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebuah tim peneliti kesehatan masyarakat yang berafiliasi dengan berbagai institusi di China telah menemukan mikroplastik dalam sperma dari setiap sampel yang mereka uji. Peneliti juga menemukan motilitas atau gerakan spontan, sperma yang lebih rendah pada sampel yang mengandung potongan plastik, yang dikaitkan dengan penurunan tingkat kesuburan.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science of the Total Environment terbaru, yang diakses daring pada Minggu (9/6/2024), para peneliti menganalisis mikroplastik dalam sampel sperma yang diperoleh dari pria dewasa sehat. Ning Li dari Key Laboratory of Birth Regulation and Control Technology of National Health Commission of China, Shandong Provincial Maternal and Child Health Care Hospital Affiliated to Qingdao University, menjadi penulis pertama kajian ini.
Studi ini dilakukan di Jinan, China bagian timur, sebuah kota yang terletak sekitar 180 kilometer dari garis pantai laut terdekat. Tempat ini dianggap relatif jauh dari cemaran plastik. Konteks geografis Jinan membedakan penelitian ini dari penelitian sebelumnya yang berfokus pada populasi yang tinggal di daerah yang sangat tercemar.
Dalam upaya baru ini, tim peneliti mencoba mencari keterkaitan antara mikroplastik yang tertelan sebagai penyebab penurunan tingkat kesuburan secara global. Untuk mengetahuinya, mereka merekrut 36 pria dewasa sehat di kota Jinan. Masing-masing menyumbangkan sampel sperma untuk pengujian.
Masing-masing sampel disiapkan dengan cara mencampurkannya dengan larutan kimia kemudian disaring untuk dianalisis oleh anggota tim menggunakan mikroskop. Para peneliti menemukan mikroplastik di setiap sampel.
Mereka juga menemukan delapan jenis plastik. ”Kami menemukan mikroplastik terdeteksi di semua sampel air sperma, dengan dua partikel per sampel, berkisar 0,72-7,02 mikrometer (μm). Delapan polimer berbeda diidentifikasi, dengan polistiren (31 persen) yang paling umum,” tulis Li dan tim.
Polistiren atau styrofoam merupakan plastik yang biasa digunakan dalam busa kemasan. Jenis plastik ini termasuk polimer dengan monomer stirena, sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi.
Tim juga menemukan motilitas sperma yang lebih rendah pada sampel yang mengandung potongan plastik polivinil klorida. ”Kelainan morfologi sperma diamati, tetapi tidak berhubungan secara signifikan dengan jenis plastik tertentu. Kesimpulannya, penelitian ini mengungkap kontaminasi mikroplastik pada sperma dari individu yang tidak terpapar di tempat kerja dan menunjukkan korelasi diferensial dengan motilitas progresif sperma,” ujar Li.
Temuan ini memberi indikasi keterkaitan mikroplastik dengan tingkat kesuburan. Sekalipun demikian, peneliti menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut mengenai dampak mikroplastik terhadap reproduksi ini dan bagaimana hal itu terjadi.
Cemaran mikroplastik ke tubuh
Penelitian sebelumnya menunjukkan, mikroplastik telah mencemari di semua bagian bumi. Cemaran mikroplastik telah ditemukan di puncak gunung, pulau-pulau terpencil, lapisan atas atmosfer, dan kedalaman lautan. Mereka juga ditemukan di setiap organ tubuh manusia.
Para ilmuwan juga menemukan rata-rata orang mengonsumsi plastik dalam jumlah yang setara dengan satu kartu kredit setiap minggunya. Penelitian tersebut dipublikasikan Kala Senathirajah dari The University of Newcastle, Australia dan tim di jurnal Hazardous Material (2021).
Menurut kajian Senathirajah, satu orang dapat menelan 0,1-5 gram mikroplastik per minggu atau seberat satu kartu kredit. Ini berarti, dalam 10 tahun satu orang bisa menelan sekitar 2,7 kg partikel plastik.
Menurut studi peneliti Cornell University yang diterbitkan di jurnal Environmental Science & Technology pada Mei 2024, negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina, menduduki peringkat teratas dalam daftar konsumsi mikroplastik per kapita global. Masyarakat Indonesia diperkirakan mengonsumsi mikroplastik dari makanan yang tercemar sekitar 15 gram per kapita per bulan.
Para peneliti mencatat bahwa plastik dapat masuk tubuh melalui berbagai cara, seperti melalui minum dari botol air, menghirup partikel udara, atau memakan makanan yang dipanaskan dalam wadah plastik. Mereka lebih lanjut mencatat bahwa kini hampir mustahil bagi masyarakat untuk menghindari konsumsi mikroplastik.
Sejauh ini, dampak dari konsumsi mikroplastik terhadap kesehatan masih belum banyak diketahui. Banyak ilmuwan di seluruh dunia sedang menyelidikinya. Mereka curiga konsumsi mikroplastik mungkin menjadi penyebab banyak penyakit inflamasi. Setidaknya, riset terbaru dari China ini memberi indikasi bahwa mikroplastik bisa menyebabkan penurunan tingkat kesuburan pada pria.