Kesegarisan 6 Planet di Langit Pagi
Selama awal Juni, 6 dari 8 planet Tata Surya membentuk kesegarisan. Namun, jangan berharap bisa melihatnya sekaligus.
Selama awal Juni 2024, langit pagi akan dihiasi oleh kesegarisan sejumlah planet. Sejatinya, ada enam planet yang membentuk satu baris. Namun, hanya ada dua atau tiga planet yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Fenomena ini sebenarnya normal dalam astronomi, tetapi menjadi ”heboh” dalam kacamata astrologi, internet, dan media sosial.
Tata Surya hanya memiliki delapan planet. Karena itu, kesegarisan enam planet yang terjadi di langit timur selama awal Juni 2024 pada pagi hari sesaat sebelum Matahari terbit menjadi fenomena yang menarik bagi masyarakat. Namun, sebelum kecewa, jangan pernah berharap untuk bisa menyaksikan keenam planet itu akan benar-benar terlihat segaris.
Keenam planet yang membentuk kesegarisan itu, mulai dari yang paling bawah atau di dekat ufuk hingga ke atas atau mendekati meridian langit, adalah Jupiter, Merkurius, Uranus, Mars, Neptunus, dan Saturnus. Dua planet Tata Surya lain yang tidak bergabung dalam kesegarisan itu adalah Bumi yang kita injak dan Venus yang sedang berada di bawah ufuk.
Waktu terbaik untuk mengamati kesegarisan planet itu, seperti dikutip dari Earthsky.org, 30 Mei 2024, adalah Senin (3/6/2024) dan Selasa (4/6/2024) sekitar pukul 05.00 WIB.
Namun, peristiwa ini sudah terjadi sejak 31 Mei 2024 dan terus berlangsung hingga 5 Juni 2024. Hanya ada jendela waktu pendek untuk mengamatinya karena Matahari akan segera terbit.
Selama kesegarisan itu, hanya ada dua planet yang relatif mudah untuk diamati dengan mata telanjang, yaitu Saturnus dan Mars. Pada Senin pukul 05.00 WIB, Saturnus terlihat kuning terang di ketinggian 66 derajat. Sementara Mars pada saat yang sama akan terlihat merah pada ketinggian 32 derajat.
Uranus sebaiknya diamati dengan teropong karena kecerlangannya berada di batas kemampuan manusia untuk melihatnya. Sementara Neptunus adalah planet yang hanya bisa diamati dengan teleskop.
Meski demikian, mengamati Uranus dengan teleskop selama awal Juni ini tetap sangat sulit, bahkan mustahil. Alasannya, posisi Uranus baru terbit sekitar sejam sebelum Matahari terbit.
Posisi Uranus yang berada di dekat Matahari membuat cahayanya akan tersamarkan oleh cahaya Matahari. Sementara mengamati Neptunus biasanya hanya bisa dilakukan pengamat berpengalaman.
Merkurius dan Jupiter sejatinya adalah planet yang lebih terang dibandingkan Mars dan Saturnus. Namun, karena keduanya baru terbit sekitar setengah jam sebelum Matahari terbit, maka posisinya masih sangat rendah dan akan sangat sulit untuk bisa diamati dengan mata telanjang. Bahkan, dari belahan Bumi utara, peminat pemandangan langit hanya bisa melihat sekilas planet ini dengan teleskop.
Meski relatif jarang terjadi, apalagi yang melibatkan banyak planet, kesegarisan ini adalah fenomena biasa dalam astronomi.
Di Indonesia, menurut profesor riset astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional, Thomas Djamaluddin, Jupiter diperkirakan masih bisa teramati oleh mata tanpa bantuan alat. ”Namun, kemungkinan (ketampakannya) akan terganggu oleh cahaya fajar,” katanya.
Belahan Bumi selatan memang memiliki peluang lebih baik untuk mengamati planet-planet ini karena posisinya berada di atas Matahari terbit. Adapun di Bumi utara, posisi kesegarisan planet-planet itu ada di sisi Matahari sehingga lebih menyulitkan pengamatan.
Jika tetap ingin mengamati Jupiter sebagai planet terterang yang diamati dari Bumi dan bersisian dengan Merkurius, maka dibutuhkan medan langit di arah timur yang benar-benar bebas dari bangunan, pohon, atau perbukitan.
Seiring bertambahnya waktu, Jupiter akan terlihat makin tinggi sehingga makin berpotensi untuk diamati. Namun, Matahari juga akan semakin tinggi dan segera terbit sehingga membuat cahaya Jupiter akan segera terkalahkan oleh terangnya sinar Matahari.
Baca juga: Menjelajahi Luar Angkasa Jadi Langkah Awal Manusia Menaklukkan Tata Surya
Selama enam hari kesegarisan enam planet itu berlangsung, ketampakan urutan atau posisi planet tidak akan banyak berubah. Perbedaan pemandangan yang terlihat hanya dipicu oleh perubahan posisi Bulan (moon). Saat ini adalah fase Bulan tua atau akhir dari bulan (month) Zulkaidah, bulan ke-11 dalam kalender Hijriah.
Jika pada Jumat (31/5/2024) pukul 05.00 WIB Bulan berada di dekat Saturnus pada ketinggian 64 derajat, maka pada Rabu (5/6/2024) waktu yang sama Bulan sudah berada di dekat Jupiter pada ketinggian sekitar 3 derajat di dekat ufuk. Sementara pada Senin dan Selasa (3-4/6/2024), Bulan ada di bawah Saturnus dan Mars.
Pada fase Bulan tua ini, bukan hanya ketinggian Bulan yang makin turun seiring bertambahnya hari, tetapi ketebalan sabit Bulan tua juga akan semakin tipis. Bulan akan mencapai konjungsi atau kesegarisan dengan Matahari dan Bumi pada Kamis, 6 Juni 2024, pukul 19.37 WIB. Konjungsi Bulan ini yang menandai fase baru Bulan dan awal penentuan bulan dalam kalender Hijriah.
Karena itu, klaim-klaim yang menyebut bahwa kesegarisan enam planet itu bisa disaksikan hanya hoaks semata. Dalam kondisi langit bersih, hanya Saturnus dan Mars yang mudah diamati selama awal Juni ini. Merkurius dan Jupiter berpotensi sangat kecil untuk diamati karena keduanya akan gampang dikalahkan oleh cahaya pagi.
Tidak langka
Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung di Lembang, Jawa Barat, dalam akun Instagram-nya menyebut kesegarisan enam planet ini bukanlah peristiwa fenomenal, melainkan normal dan biasa saja. Kesegarisan itu sejatinya hanya terlihat oleh pengamat di Bumi. Aslinya, posisi planet-planet tersebut berjauhan dan bergerak mengelilingi Matahari pada lintasannya masing-masing.
Keenam planet itu bisa segaris karena semua planet di Tata Surya mengitari Matahari dalam orbit koplanar atau mendatar. Akibatnya, pada satu waktu tertentu, sejumlah planet akan terlihat segaris.
Selain itu, menurut penulis Kelly K Whitt dan Deborah Byrd di Earthsky.org, kesegarisan planet-planet berdasarkan pengamatan dari Bumi tersebut tidak bisa dipisahkan dari sejarah terbentuknya Tata Surya pada 4,6 miliar tahun lalu.
Tata Surya berasal dari awan debu dan gas raksasa yang runtuh secara tiba-tiba. Setelah Matahari terbentuk, awan debu dan gas itu bergerak mengelilingi Matahari. Pada miliaran tahun berikutnya, planet-planet yang terbentuk beserta satelit alam atau bulannya akan berada di sekitar bidang edar Bumi mengelilingi Matahari atau ekliptika.
Akibatnya, meski umumnya terpencar di langit malam, pada satu waktu planet-planet itu akan berada dalam kesegarisan. Meski relatif jarang terjadi, apalagi yang melibatkan banyak planet, kesegarisan ini adalah fenomena biasa dalam astronomi.
Namun, dalam kacamata astrologi, kesegarisan itu dianggap memiliki makna tertentu bagi kehidupan manusia di Bumi. Meski ini adalah pseudosains dan tidak masuk akal, banyak warga masyarakat meminatinya, termasuk mereka yang berada di negara-negara maju.
Informasi yang tersebar via internet dan media sosial pun banyak yang melebih-lebihkan dan bombastis hingga memancing keingintahuan banyak pihak. Padahal, disinformasi dan hoaks terkait peristiwa astronomi sudah cukup sering terjadi, bahkan ada sejumlah isu yang muncul berulang hampir setiap tahun.
Jika masyarakat ingin melihat empat planet terang dalam satu waktu sekaligus plus bonus cahaya sabit muda Bulan, Joe Rao, pengajar tamu di Planetarium Hayden New York, Amerika Serikat, dan kolumnis Space.com, 25 Mei 2024, menyarankan untuk mengamati langit malam pada 31 Januari atau 1 Februari 2025.
Saat itu, empat planet paling terang, yaitu Jupiter, Venus, Mars, dan Saturnus, akan sama-sama terlihat di langit pada awal malam. Pemandangan langit saat ini dinilai Rao tidak akan mengecewakan dibandingkan isu kesegarisan enam planet yang ramai sekarang. Selain planet-planet terang itu mudah diamati, juga akan banyak bintang terang dan rasi-rasi bintang populer yang bisa disaksikan.
Posisi planet saat itu adalah Saturnus dan Venus ada di langit barat dengan Saturnus berada di bawah Venus. Pada 31 Januari 2025, Bulan sabit muda akan terletak di dekat Saturnus dan sehari kemudian atau 1 Februari 2025, sabit Bulan sudah akan berada di dekat Venus. Sementara Mars akan terlihat di langit timur laut pada ketinggian 45 derajat dan Jupiter di langit utara pada ketinggian 60 derajat.
Jadi, silakan menyaksikan keindahan langit pagi selama awal Juni ini. Namun, jangan berharap bahwa enam planet itu akan bisa teramati secara bersamaan. Setidaknya masih ada Saturnus dan Mars yang bisa diamati di langit timur. Kalaupun tidak bisa mengamatinya karena mendung atau tertutup awan, tetap berbahagialah karena setidaknya Anda sudah bangun pagi.