Kasus polio ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Papua. Respons dilakukan dengan PIN Polio.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus polio kembali ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Setidaknya tiga kasus sudah ditemukan di Papua. Satu kasus di Mimika, Papua Tengah; satu kasus di Nduga, Papua Pegunungan; dan satu kasus di Asmat, Papua Selatan. Sebelumnya, kasus polio juga ditemukan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Merespons temuan ini, Kementerian Kesehatan kemudian menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio. Upaya ini akan dilakukan di 33 provinsi dalam dua tahap.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine, Jumat (31/5/2024), di Jakarta, mengatakan, PIN Polio tahap pertama akan dimulai pada 27 Mei 2024. Sementara PIN Polio kedua dimulai pada 15 Juli 2024. Tahap pertama akan dilakukan di enam provinsi di Papua dan tahap kedua akan dilaksanakan di 27 provinsi lain.
Sejumlah provinsi di Indonesia tidak turut melakukan PIN Polio karena sebelumnya sudah menggelar kegiatan yang sama setelah ada laporan kasus polio. Beberapa provinsi itu meliputi Sumatera Utara, Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
”Pelaksanaan Sub-PIN di lima provinsi tersebut juga sudah mencapai target sehingga tidak ikut dalam PIN Polio kali ini. Target pada PIN Polio di 33 provinsi ini sebanyak 17,2 juta anak pada seluruh anak usia 0-7 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya,” katanya.
Kementerian Kesehatan menerima laporan, satu kasus lumpuh layu ditemukan pada anak laki-laki berusia enam tahun di Kabupaten Nduga pada 9 Maret 2024. Dalam pemeriksaan, anak tersebut terkonfirmasi positif virus polio tipe II. Kelumpuhan terjadi pada 20 Februari 2024.
Kemudian, satu kasus polio tipe II juga ditemukan di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, pada 25 April 2024 pada anak perempuan usia 11 tahun. Kelumpuhan terjadi pada 25 Februari 2024.
Target pada PIN Polio di 33 provinsi ini sebanyak 17,2 juta anak pada seluruh anak usia 0-7 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Selain itu, satu kasus lain juga ditemukan pada anak usia sembilan tahun di Kabupaten Mimika, Papua Tengah yang positif virus polio tipe 1. Kelumpuhan terjadi pada 20 Desember 2023.
Dari pemeriksaan spesimen tinja pada anak-anak yang berada di sekitar kasus menunjukkan adanya delapan anak sehat yang positif polio. Artinya, transmisi polio sudah terjadi di wilayah tersebut.
Sebelumnya, kasus lumpuh layu ditemukan pula di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pada 6 April 2024. Kasus ini terjadi pada anak perempuan usia 11 tahun dengan hasil pemeriksaan yang menunjukkan positif virus polio tipe II.
Prima mengatakan, dalam pelaksanaan PIN Polio kali ini, khusus enam provinsi di Papua akan menggunakan jenis vaksin nOPV2 dan vaksin bivalen Oral Polio Vaccine (bOPV). Itu dilakukan karena di Papua Tengah ditemukan kasus VDPV1 sehingga vaksin bOPV masih harus diberikan. Mobilitas masyarakat yang tinggi di satu pulau dinilai dapat meningkatkan risiko penularan.
Kasus polio
Dari catatan Kementerian Kesehatan, kasus polio masih ditemukan di beberapa daerah pada tahun sebelumnya. Pada 2022 dan 2023, tiga kasus ditemukan di Aceh. Pada 2023 ditemukan juga satu kasus polio di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menuturkan, cakupan imunisasi yang rendah menjadi penyebab masih ditemukannya kasus polio di Indonesia. Kasus polio juga erat kaitannya dengan kondisi kebersihan dan sanitasi yang kurang baik.
Dari laporan Kementerian Kesehatan, pelaksanaan imunisasi polio pada tahun 2024 ini belum mencapai target di seluruh provinsi. Pemerintah telah menargetkan imunisasi bisa mencapai 100 persen pada akhir 2024 sehingga pada empat bulan pertama ditargetkan bisa mencapai 33,3 persen.
Namun, cakupan imunisasi IPV2 (inactivated poliovirus vaccine dosis kedua) secara nasional baru 10 persen. Cakupan imunisasi dasar lengkap pun masih belum mencapai target. Capaian nasional kini baru 11,7 persen.
Terkait penularan polio, Nadia mengimbau agar masyarakat bisa memperkuat upaya pencegahan penularan virus polio dengan memastikan anak memperoleh imunisasi rutin dan lengkap. Selain itu, pastikan pula penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti buang air besar di jamban dengan tangki septik, serta mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air.
”Segera lapor pada petugas kesehatan atau puskesmas jika menemukan anak usia di bawah 15 tahun dengan gejala lumpuh layu mendadak,” katanya.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Hartono Gunardi, dalam seminar web bertajuk ”Sepekan Mengejar Imunisasi” beberapa waktu lalu, menuturkan, imunisasi merupakan upaya perlindungan yang paling efektif pada anak untuk mencegah penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, termasuk polio. Imunisasi menjadi salah satu hak anak dan kebutuhan dasar anak yang harus didapatkan.
”Imunisasi harus diberikan secara lengkap. Jika ada anak yang tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap, ia harus segera mendapatkan imunisasi melalui imunisasi kejar. Pemberian imunisasi ganda bisa dilakukan. Imunisasi ganda ini aman, efektif, dan efisien,” tuturnya.